Keakraban dan cita rasa steik ala Jepang hadir di pusat keramaian Jakarta Selatan. Daging dengan rasa alami yang gurih semakin sedap dengan pilihan aneka saus racikan sendiri. Di J Steak, restoran dengan konsep komunal itu, pengunjung juga bisa menentukan porsi makanan yang hendak disantapnya.
”Irasshaimase (selamat datang),” ujar beberapa pegawai lantang sambil membuka pintu J Steak untuk menyambut tamu, Selasa (10/9/2019). Saat memasuki restoran di Jalan Mahakam di kawasan Blok M itu, pengunjung bisa menyaksikan juru masak menyiapkan saus di pan.Koki lain memotong-memotong dan menimbang daging sapi agar beratnya pas untuk seporsi hidangan. Di belakang para juru masak yang mengenakan sarung tangan dan penutup kepala, daging segar dapat terlihat disimpan di balik kaca lemari pendingin.
Jam menunjukkan pukul 12.00. Hampir semua kursi di restoran itu penuh pengunjung yang umumnya berpakaian rapi. Lagu-lagu bergenre new wave mengalun di J Steak yang berkapasitas 28 orang. Sejumlah foto kedai di Jepang dipajang di dinding.
Didiet Maulana, salah seorang pemilik J Steak, berbincang ramah dengan beberapa konsumen. Ia menuturkan keakraban yang tercipta di kedai-kedai di Jepang. ”Di kedai yang ada di gang itu, para pengunjung bisa bercengkerama meski tak saling kenal,” ujarnya.
Mereka menanyakan pekerjaan, keluarga, hingga cuaca bagai berkarib. Ikatan semacam itu mengingatkan kepada izakaya, kedai yang buka hingga dini hari dan biasa disinggahi kalangan pekerja untuk minum-minum. Bangku-bangku di izakaya umumnya berdempetan sehingga para pengunjung kerap bertegur sapa.
Didiet ingin membawa kekariban serupa ke J Steak. Restoran itu hanya berjarak sekitar 150 meter dari Blok M Plaza. ”Saya pernah ke beberapa kota di Jepang, seperti Osaka, Tokyo, dan Kyoto. Di kota-kota itu, kedekatan di kedai sering terjalin,” ujarnya.
Didiet ingin membawa kekariban serupa ke J Steak.
Di J Steak tersedia enam meja panjang, masing-masing dilengkapi empat hingga delapan kursi. Di Jepang, makan adalah saat yang intim. ”Orang-orang mengobrol dengan konsep komunal. Tetapi, kalau mau sendirian tentu tak mengapa,” kata Didiet yang juga desainer itu.
Angelique Sabarli (32) terlihat menikmati sajian J Steak favoritnya, Oishii, steik bagian iga dengan tumisan bawang bombai. ”Saya pertama kali datang ke J Steak akhir Agustus lalu. Sudah lima kali saya ke J Steak. Konsepnya steak bar, gitu. Lucu,” katanya sambil tertawa.
Meski datang bersama teman dan keluarga, warga Kembangan, Jakarta Barat, itu beberapa kali juga berbincang akrab dengan para pengunjung. Mereka pun menjadi kawan baru Angelique. ”Teman yang mengenalkan saya dengan mereka. Tempatnya enggak terlalu besar, jadi tamu lebih cepat merasa dekat,” ujarnya.
Berat daging yang bisa dipilih menjadi nilai plus bagi Angelique. Daging yang disajikan pun empuk. Teh hijau atau ocha juga bisa diisi ulang. ”Saya banyak minum, jadi enggak perlu pesan lagi. Harga dan rasa makanannya sepadan,” ujarnya.
Ina Sumanjuntak (31) sudah dua kali berkunjung ke J Steak. Jarak rumah notaris tersebut di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, ke J Steak sebenarnya cukup jauh. ”Saya memang suka steik. Kalau ke Jakarta pasti dibela-belain enggak makan dulu karena mau makan di J Steak,” katanya sambil tersenyum.
Ina yang pertama kali ke J Steak diajak teman, awal September lalu, lantas ketagihan mencicipi steik di restoran tersebut. ”Bingung, steiknya bisa seempuk itu. Dagingnya juicy. Saya coba steik di tempat lain, jarang yang empuk begitu,” katanya.
Di restoran itu tersedia lima pilihan steik, yaitu Ichiban, Meatville, Oishii, Kia Ora, dan J Steak. Pilihan makanan lain seperti rice garlic (nasi bawang putih), kentang goreng, serta es krim vanila dan ogura. Oishii menjadi hidangan khas J Steak.
Sangat lembut
Saat diiris, steik tersebut sangat lembut hingga langsung terpotong tanpa perlu menekan pisau dengan keras. Daging itu diletakkan di atas potongan-potongan bawang putih dan bombai beralaskan hot plate sehingga steik tetap hangat. Uap mengepul diiringi desis daging yang baru dimasak.
Rasa daging yang alami sudah cukup gurih dengan potongan wortel rebus dan jagung panggang sebagai hidangan pendamping. Daging black angus itu diproses lebih dahulu dengan dipak secara vakum selama 21 hari sehingga lembut untuk diolah.
Saat disajikan, dapat diamati daging yang dimasak dengan wajan datar dipadu api besar atau kecil sesuai tingkat kematangannya. Saat proses itu berlangsung, rasa dan aroma steik terbentuk. Pengunjung juga bisa melihat teknik memotong daging yang tepat dan menjadi penentu kenikmatan steik.Hidangan lain yang patut dicicipi ialah Ichiban dengan ketebalan sekitar 2 sentimeter. Steik itu coklat di luar dan kemerahan di dalam jika dipesan dengan tingkat kematangan medium. Tenderloin Australia itu seakan lumat di mulut saat dikunyah.
Pengunjung bisa memilih berat steik mulai dari 150 gram. Pilihan lain yang tersedia adalah 200, 300, dan 500 gram, bahkan 1 kilogram jika tamu menghendaki. Harga setiap steik dihitung per gram. Untuk Oishii, misalnya, dikenakan harga Rp 1.500 per gram dan IchibanRp 1.850 per gram.
Lidah makin dibuat menari dengan saus Wasabi Glaze, J Steak Special, atau Negigo. Wasabi Glaze ialah saus bercampur biji wijen, kental dengan rasa lobak khas Jepang. Negigo gurih dan agak pedas. Adapun saus J Steak Special didominasi asin dengan bawang putih yang kuat.
Restoran yang beroperasi sejak akhir Agustus 2019 itu buka pukul 11.00-22.00. Pengunjung yang datang tak hanya warga Jakarta. ”Ada warga Yogyakarta, Bandung, Bekasi, hingga ekspatriat Jepang. Di luar dugaan, banyak sekali tamu datang. Kadang-kadang mereka antre di luar restoran,” ujar Didiet.
Dhitya Maulana yang turut mendirikan J Steak tampak hilir mudik menemui dan bercakap-cakap dengan tamu atau menyerahkan wadah saus. ”Kalau sedang ramai, tamu yang datang bisa mencapai 170 orang per hari,” kata Dhitya sambil sesekali menjawab pertanyaan dengan aplikasi mengobrol menggunakan ponsel.
Pertimbangan Dhitya dan rekan-rekannya memilih nama J Steak simpel saja. Huruf J mudah diingat sebagai kependekan dari Jepang. ”Steik dipilih karena banyak orang suka makan daging. Restoran Jepang pun tak sedikit, tetapi kalau tamu bisa memilih berat makanannya, punya nilai jual sendiri,” katanya.
Dhitya yang berkunjung ke Jepang beberapa kali ingin menghadirkan keramahan negeri itu. Seperti yang diucapkan pegawai J Steak ketika tamu beranjak pulang. ”Arigatou gozaimasu (terima kasih),” ujar sang pegawai ketika pengunjung beranjak pulang.