Kenali Musuhmu!
Kenalilah musuhmu. Begitu bunyi penggalan kalimat bijak filsuf dan ahli strategi perang China kuno, Sun Tzu. Boleh jadi ungkapan itu mendasari langkah John Douglas, agen polisi federal Amerika Serikat (FBI), dalam melakukan profiling kondisi psikologi sejumlah pembunuh berantai terkenal asal negerinya.
Selama beberapa tahun Douglas mendatangi, mewawancarai, dan kemudian menganalisis beberapa pembunuh berantai terkenal, seperti David Berkowitz, Edmund Kemper, dan Charles Manson. Ketiganya menebar teror dan menjalankan aksi sadis mereka sepanjang tiga dekade sejak tahun 1970-an.
Dari hasil profiling itu, Douglas menuliskannya dalam sebuah buku nonfiksi berjudul Mindhunter: Inside the FBI’s Elite Serial Crime Unit. Sejak pertengahan Oktober lalu, buku itu menjadi dasar inspirasi dari serial asli Netflix, Mindhunter, yang kini telah memasuki musim tayang keduanya.
Serial Mindhunter sendiri bercerita tentang dua penyelidik dan seorang profesor riset pakar psikologi forensik dan kriminal. Ketiganya bekerja untuk sebuah satuan elite, Behavioral Science Unit (BSU), di badan penyelidik federal Amerika Serikat (FBI). Unit elite ini mempelajari cara berpikir dan berperilaku para pembunuh berantai.
Mereka yang diwawancarai adalah para terpidana pembunuhan berantai. Dari situ, BSU mempelajari dan menganalisis perilaku psikologis setiap subyek penelitiannya untuk kemudian mencoba memahami cara berpikir dan motif tindakan sadis mereka.
Diharapkan setelah itu pihak FBI dapat menggunakan seluruh informasi dan temuan yang didapat untuk menangkap para pelaku dari pembunuhan berantai lainnya.
Ada tiga tokoh utama dalam serial ini, yang juga terinspirasi para agen FBI asli seperti Douglas. Mereka adalah agen Holden Ford (Jonathan Groff), Bill Tench (Holt McCallany), dan Wendy Carr (Anna Torv). Pada musim kedua ini, BSU diceritakan mendapat perhatian lebih serius dari FBI, yang ingin mengembangkannya lebih serius lagi. Selain dilengkapi dan diperluas kewenangannya, unit elite ini juga dipimpin bos baru, Ted Gunn (Michael Cerveris).
Alur cerita serial yang disutradarai Joe Penhall ini memang terkesan mengalir lamban. Akan tetapi, para penonton yang sabar sebenarnya tetap bisa menikmatinya, seolah menyusun batu bata untuk membangun sebuah dinding kokoh, bricks by bricks. Apalagi, cerita juga diperkaya dengan beragam problematika serta intrik yang melatarbelakangi setiap tokoh utama.
Semisal soal kondisi kesehatan agen Holden yang terkena serangan panik pascaperistiwa traumatis dari episode di musim sebelumnya. Tench juga digambarkan tengah menghadapi persoalan keluarga yang melibatkan istri serta anak angkatnya. Sementara Carr memiliki masalah hubungan pribadi terkait orientasi seksualnya terhadap sesama jenis.
Wawancara
Adegan-adegan wawancara dan profiling yang dilakukan terhadap sejumlah pembunuh berantai ternama dalam film ini juga menarik. Wawancara dilakukan dengan tujuan menggali lebih dalam motif serta latar belakang alasan mengapa pembunuhan terjadi serta pembenaran menurut versi pelaku.
Proses wawancara digambarkan terkadang tak selalu berjalan mulus. Para pelaku yang diketahui juga memiliki kecerdasan di atas rata-rata itu bahkan mampu balik mengintimidasi lawan bicaranya. Akan tetapi, dengan kata atau kalimat kunci yang pas, mereka bersedia menceritakan motivasi dan alasan sebenarnya atau bagaimana mereka memilih para korbannya.
Para pembunuh berantai yang dimunculkan untuk diwawancarai dalam musim tayang kali ini antara lain Berkowitz. Dia lebih dikenal oleh media dengan sebutan ”Son of Sam”. Berkowitz dengan sadis menembak mati enam korbannya yang dipilih secara acak.
Selain itu juga ada sosok Kemper, dikenal sebagai pembunuh berantai berdarah dingin, yang bahkan tega membunuh ibu kandung dan kakek-neneknya saat dia berusia remaja. Ketika dewasa, dia melanjutkan aksi kejinya dengan membunuh enam gadis muda.
Sementara pembunuh berantai ketiga adalah Mason, yang dikenal sebagai pendiri sebuah sekte sesat. Dia melatih para pengikutnya untuk menjadi pembunuh sadis. Tujuan mereka adalah memicu perang antar-ras menjelang akhir dunia, seperti menjadi kepercayaan sekte mereka.
Dalam kehidupan nyata, upaya profiling psikologis terhadap kasus Berkowitz membantu FBI mengungkap kasus BTK Killer. Pelaku, Dennis Rader, dikenal lantaran telah membunuh 10 korbannya secara keji di Sedgwick County, Wichita, Kansas, antara tahun 1974 dan 1991.
Lebih lanjut, dalam Mindhunter, unit elite FBI digambarkan juga terlibat dalam upaya pengungkapan kasus besar, pembunuhan berantai yang menyasar anak-anak kulit hitam di kawasan kumuh Atlanta. Namun, langkah itu diwarnai beragam intrik dan kepentingan politik jelang pemilihan gubernur negara bagian.
Dalam wawancara, seperti dikutip kantor berita Associated Press, pemeran utama Jonathan Groff membenarkan, alur cerita dan ketegangan yang terjadi mirip film sejenis, The Silence of the Lamb. Hal itu lantaran dirinya dan para agen FBI harus berhadapan dengan para pembunuh berantai yang memiliki kecerdasan tinggi macam sosok Hannibal Lecter (Anthony Hopkins).
”Sebetulnya terbilang lebih mudah untuk memahami sosok pembunuh berdarah dingin genius macam tokoh yang diperankan Anthony Hopkins. Namun, (di film ini) kita juga melihat pelaku (pembunuh berantai) adalah sosok serupa tetangga rumah berkelakuan aneh, yang selama ini kita abaikan saja keberadaannya. Bukankah itu lebih mengerikan?” ujar Groff.
Untuk itulah, sangat penting mengenali musuh.