Upaya pelestarian batik kembali dilakukan melalui peringatan Hari Batik Nasional pada 2 Oktober 2019. Kegiatan ini diharapkan juga bisa menggairahkan pertumbuhan industri batik nasional.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Upaya pelestarian batik kembali dilakukan melalui peringatan Hari Batik Nasional pada 2 Oktober 2019. Kegiatan ini diharapkan juga bisa menggairahkan pertumbuhan industri batik nasional.
Peringatan tersebut akan dilakukan di Jakarta pada 24-27 September 2019 dan Solo, Jawa Tengah, pada 2 Oktober 2019. Selain untuk merayakan Hari Batik Nasional, kegiatan ini juga sekaligus memperingati 25 tahun kiprah Yayasan Batik Indonesia yang dibentuk pada 28 Oktober 1994.
”Misi kami adalah melestarikan, mengembangkan, dan memasyarakatkan batik di Indonesia. Sekarang batik sudah populer. Orang-orang sudah mau menggunakannya untuk acara apa saja, baik formal maupun santai,” kata Ketua Umum Yayasan Batik Indonesia Jultin Ginandjar Kartasasmita di Jakarta, Selasa (17/9/2019).
Hari Batik Nasional 2019 akan diperingati dengan sejumlah rangkaian acara. Beberapa di antaranya adalah pameran batik, membatik bersama 500 pembatik dalam acara Membatik untuk Negeri, dan meluncurkan buku berjudul Batik Indonesia.
Buku 50 halaman tersebut disusun oleh Yayasan Batik Indonesia dan akan didistribusikan secara gratis dan terbatas. Buku tersebut berisi tentang panduan singkat seputar batik Indonesia, sejarah, ragam hias, hingga cara merawat batik.
Selain itu, perayaan Hari Batik Nasional juga akan dilaksanakan dengan menggelar pergelaran busana dari sejumlah desainer.
Ada 15 istri duta besar di Indonesia yang akan terlibat dalam pergelaran busana ini. Beberapa di antaranya merupakan istri duta besar dari Myanmar, Jepang, Swedia, Thailand, Brasil, Peru, dan Norwegia.
”Kami juga akan memberi penghargaan kepada sekolah yang mengajarkan pendidikan membatik kepada para siswa. Ini baru pertama kali dilakukan sejak Hari Batik Nasional diadakan. Penghargaan ini diharapkan bisa merangsang sekolah untuk mengajarkan batik sejak dini,” kata Ketua Panitia Hari Batik Nasional 2019 Diana Santosa.
Upaya pelestarian batik dinilai perlu dilakukan secara menerus, terlebih batik ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO sejak 2009. Selain itu, industri batik juga punya kontribusi signifikan pada perekonomian Indonesia.
Direktur Industri Kecil dan Menengah Kimia, Sandang, Kerajinan, dan Industri Aneka Kementerian Perindustrian E Ratna Utarianingrum mengatakan, nilai ekspor batik pada semester I-2019 ialah 17,9 juta dollar AS. Adapun nilai ekspor batik sepanjang 2018 tercatat sebesar 52,4 juta dollar AS. ”Target nilai ekspor tahun ini tentu melebihi nilai ekspor 2018,” katanya.
Diskon batik
Hari Batik Nasional akan dilanjutkan dengan penjualan batik dengan potongan harga yang dilakukan oleh Badan Ekonomi Kreatif. Kegiatan ini bertujuan agar batik bisa diakses oleh masyarakat luas dengan harga terjangkau.
”Kita harus melihat batik sebagai sebuah metode. Jadi, kita tidak memperlakukan batik sebagai barang murahan karena batik harus diapresiasi. Di sisi lain, kita ingin agar masyarakat bisa memiliki batik, baik batik tulis, cap, maupun kombinasi,” kata Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf.
Menurut dia, masyarakat perlu diberi akses untuk membeli batik di pasar. Sebab, industri batik tengah berhadapan dengan produk luar negeri berupa tekstil bermotif batik.
Tekstil tersebut dijual dengan harga lebih murah dibandingkan dengan batik asli di pasar. Triawan mengatakan, salah satu cara menekan peredaran tekstil bermotif batik ialah membuat batik terjangkau oleh masyarakat.