Reuni Haru Geng Bebas
Masa remaja di bangku SMA kerap dikenang sebagai salah satu fase kehidupan terindah bagi kebanyakan orang.
Masa remaja di bangku SMA kerap dikenang sebagai salah satu fase kehidupan terindah bagi kebanyakan orang. Fase ketika persoalan terberat hidup hanyalah sebatas pekerjaan rumah yang menumpuk, ulangan mendadak, nilai merah di rapot, atau hubungan asmara ala cinta monyet.
Bagi sebagian orang, kenangan pada masa itu sangatlah penting untuk kembali disegarkan. Cara paling efektif dengan menggelar reuni. Dalam kondisi normal, reuni antar-teman sekolah biasanya diadakan pada kelipatan tahun atau momen peringatan tertentu. Tentunya dengan persiapan dan kepanitiaan yang matang.
Namun, bagaimana jika reuni harus dilakukan lantaran salah seorang teman dekat ada yang tak lagi punya waktu panjang untuk menunggu setelah divonis tak berumur panjang? Dia tak punya cukup waktu untuk menunggu datangnya kelipatan tahun yang pas menggelar reuni.
Seolah berlomba dengan waktu, ditambah campuran semangat antusias untuk kembali berjumpa dan kesedihan akan kemungkinan kehilangan, menjadi titik masuk awal bagaimana rangkaian kisah bermula dan berjalan di film Bebas ini.
Diadaptasi dari film aslinya asal ”Negeri Ginseng” Korea Selatan, Sunny (2011), kemudian digarap versi Indonesia-nya oleh Miles Film. Sebelumnya Miles Film juga sudah pernah sukses dengan film drama bertema sama, Ada Apa dengan Cinta (2002) dan Ada Apa dengan Cinta 2 (2016).
Di negaranya sendiri, film Sunny, yang naskah dan skenarionya digarap sendiri oleh sineas muda berbakat Kang Hyeong-cheol, terbilang sangat sukses. Setelah dirilis pada 4 Mei 2011, film Sunny berhasil menjual sedikitnya 5 juta tiket. Hal itu menempatkannya di peringkat ke-13 film terlaku sepanjang sejarah perfilman di Korsel.
Di Indonesia, film Bebas disutradarai oleh Riri Riza, sementara adaptasi skenarionya dibuat oleh Mira Lesmana dan Gina S Noer. Film Bebas terbilang menonjol lantaran dalam penggarapannya juga melibatkan banyak aktor ternama dan berpengalaman, selain juga bintang-bintang muda berkemampuan peran menjanjikan.
Kurasi 200 lagu
Selain bertabur bintang, film berlatar dua garis waktu, masa kini dan pertengahan tahun 1990-an itu, juga diperkaya taburan musik-musik hit berbagai genre dari era 1980-an dan 1990-an. Mulai dari lagu ”Sendiri” milik mendiang Chrisye, ”Aku Makin Cinta” Vina Panduwinata, ”Bebas” rapper Iwa K, ”Cukup Siti Nurbaya” Dewa 19, ”Cerita Cinta” Kahitna, dan ”Kebebasan” Singiku.
”Ada lebih kurang 200 lagu yang dikurasi dan diseleksi Mira sebagai penulis skenario utama. Lagu-lagu itu dipilih tidak hanya secara periode waktu, tetapi juga secara isi cerita tepat untuk dijadikan soundtrack. Era 1990-an, kan, juga masa keemasan musik Indonesia, terutama pop,” ujar Riri.
Selain bergelimang lagu-lagu asyik untuk soundtrack, Bebas juga melibatkan banyak aktor berpengalaman yang kemunculannya dalam film dibuat singkat. Sebut saja Oka Antara, Reza Rahadian, Darius Sinathrya, Happy Salma, Cut Mini, Irgi Fahrezi, Tika Panggabean, Sarah Sechan, dan Daan Aria.
Kemunculan spesial seperti itu, menurut Mira Lesmana, menjadi semacam tuntutan. Apalagi mengingat ada banyak peran kecil, tetapi penting, yang tak mungkin diperankan oleh selain pemeran berpengalaman. Hal itu disampaikannya dalam rekaman video wawancara di media kit.
Riri bercerita, dirinya dan Mira bertemu pihak CJ Entertainment di sebuah pasar film di Busan, Korea Selatan, 2017. Mereka mengajak kerja sama lantaran tertarik setelah menonton film garapan Miles Film, sekuel Ada Apa dengan Cinta (AADC).
Mereka memuji sekuel tersebut sebagai film yang tepat menggambarkan kehidupan remaja di Indonesia. Pihak CJ Entertainment lantas menawarkan film Sunny untuk diadaptasi menjadi film dan dipasarkan di Indonesia.
”Apa yang diangkat dalam film Sunny itu menurut mereka sama dengan yang disampaikan juga di AADC. Lalu mereka mengajak bekerja sama. Kami saat itu mau lihat dulu seperti apa filmnya (Sunny). Kami tidak ingin mengulang apa yang sudah kami kerjakan di AADC kalau isinya ternyata mirip,” ujar Riri.
Namun, Mira dan Riri mengaku tertarik setelah menonton film Sunny yang bagi mereka adalah sebuah drama cerdas. Pada satu sisi, film itu bercerita tentang dinamika kehidupan remaja dan pada sisi lain mengajak orang berefleksi dengan kehidupan sekarang. Riri juga mengaku yakin akan ada banyak orang yang bisa menemukan diri mereka melalui film seperti itu.
Film Bebas berkisah tentang sebuah geng satu sekolah yang terdiri dari enam remaja berbeda latar belakang keluarga. Diawali dari perkenalan Vina Panduwinata (Maizura) di kelas barunya. Vina adalah gadis Pasundan yang baru saja pindah dari Sumedang ke Jakarta.
Vina lalu direkrut masuk geng Bebas oleh teman sekelasnya, yang juga bernama sama dengan artis penyanyi terkenal, Kris Dayanti (Sheryl Sheinafia). Selain Kris, ada juga Jessica (Agatha Pricilla), Suci (Lutesha Sadhewa), Gina (Zulfa Maharani), dan satu-satunya anggota pria, Jojo (Bhaskara Mahendra).
Lantaran film ini memiliki dua lini masa cerita, masa kini dan masa remaja, berturut-turut para pemeran di masa dewasa, antara lain, Marsha Timothy, Susan Bachtiar, Indy Barends, Widi Mulia, dan Baim Wong. Reuni lantas menjadi pintu pembuka kisah diri mereka.
”Apa yang terjadi di masa lalu pelan-pelan terbuka saat masing-masing menjelaskan siapa mereka sekarang,” tambah Riri.
Walau latar waktu berubah maju dan mundur, plot cerita tetap terjaga dan mengalir halus membentuk urut-urutan cerita yang logis dan enak diikuti. Kemunculan penggalan-penggalan lagu hit di beberapa adegan menonjol juga lumayan membantu pikiran penonton mencerna alur cerita.
Nyaris semua bagian film ini bisa dinikmati. Kemunculan beberapa ikon penting penanda waktu, baik barang, tempat, maupun peristiwa, juga mampu melontarkan kembali ingatan penonton ke masa lalu. Terutama mereka yang mengalami masa remaja di era 1990-an.
Selain itu, para remaja kekinian juga bisa menikmati bintang-bintang idola mereka saat ini. Tidak hanya itu, mereka juga dapat sedikit mengintip bagaimana rasanya menjadi remaja di era orangtua mereka saat masih belia.
Era pra-gawai dan media sosial di mana bahkan berkelahi pun dilakukan secara fisik dan tatap muka langsung. Bukan sekadar bertukar makian di dunia maya yang sering kali membingungkan secara emosional.