Di antara tutur Dermayon dan goyang tarling, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat juga punya keunikan kuliner. Makanan tersebut, pindang gombyang, sungguh membuat lidah bergoyang.
Oleh
DWI BAYU RADIUS
·2 menit baca
Di antara tutur bahasa Dermayon dan goyang tarling, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat juga punya keunikan kuliner. Menu makanan ini, pindang gombyang, sungguh membuat lidah bergoyang. Kepala ikan yang awalnya dianggap limbah, diolah menjadi masakan bercita rasa khas kabupaten di pantura itu.
Rumah Makan Panorama di Desa Tambak, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu, Sabtu (22/9/2019), terlihat ramai. Sudah lewat jam makan siang atau sekitar pukul 14.00 tetapi sebagian besar dari kursi dan saung untuk lesehan di rumah makan itu masih terisi.
Mobil-mobil berderet di pelataran parkir beralaskan bata beton. Panas terik tak menghalangi pengunjung untuk datang. Pramusaji hilir mudik dengan radio panggil lantaran begitu besarnya Panorama yang terletak di Jalan Tambak Raya itu.
“Pindang gombyang,” ujar pramusaji setelah ditanya mengenai makanan yang paling sering dipesan di rumah makan tersebut. Setelah sekitar 10 menit, pindang gombyang sudah terhidang. Kuah kecokelatan pekat dengan kepala ikan manyung yang masih panas menguarkan aroma menggugah selera.
Porsi masakan dalam mangkuk lonjong berwarna hijau itu hampir sama dengan kepala ikan kakap. Pedas dari taburan rawit berpadu asam spontan menyergap lidah saat potongan-potongan manyung lumat dalam mulut. Sedikit manis yang tercecap justru menguatkan gurihnya daging tersebut.
Sensasi paling mantap tentu dapat dinikmati saat jari jemari menyelusup dalam labirin kepala manyung. Serpihan-serpihan daging yang terselip di balik tulang sangat mengasyikkan untuk dicuil. Potongan tomat dan daun salam menambah segar daging yang terlepas dari rongganya itu.
Harga seporsi pindang gombyang di Panorama Rp 45.000-65.000, tergantung ukurannya. Menu lain di rumah makan itu seperti ikan bandeng tanpa duri seharga Rp 45.000-55.000 per porsi. Di Panorama juga tersedia ikan kakap, kerapu, bawal, dan gurami yang dapat digoreng atau dibakar.
Taufik Hadiyat (41), warga Desa Margadadi, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu mengatakan, ia menyukai pindang gombyang karena enak dan tidak amis. “Kuahnya tidak pakai santan. Beda sama gulai kepala kakap yang biasa dihidangkan di rumah makan padang,” ujarnya.
Dokter Puskesmas Cidempet, Kabupaten Indramayu itu juga menggemari pindang gombyang karena potongan rawit dan tomat membuatnya semakin sedap. “Pindang Gombyang dibuat dari kepala ikan manyung. Badannya dibuat asin jambal. Jadi, tidak menyisakan limbah,” katanya.
Herpin Arbono (42), warga Larangan Indah, Kota Tangerang, yang juga menikmati menu masakan ini berpendapat, selain enak, porsi pindang gombyang pun besar. “Seporsi bisa untuk tiga orang,” ucap pegawai Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat itu.