Pelaku usaha kedai kopi bersiasat untuk tetap relevan dengan konsumen dari generasi milenial. Strateginya dapat berupa mengubah desain interior, berkreasi dengan menu, dan pemanfaatan teknologi dalam jaringan.
Oleh
M PASCHALIA JUDITH J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pelaku usaha kedai kopi bersiasat untuk tetap relevan dengan konsumen dari generasi milenial. Strateginya dapat berupa mengubah desain interior, berkreasi dengan menu, dan pemanfaatan teknologi dalam jaringan atau daring.
The Coffee Bean & Tea Leaf, misalnya, memilih mendesain ulang kedainya untuk memenuhi selera konsumen milenial. ”Kami berupaya untuk tetap relevan dengan pasar, terutama generasi milenial. Milenial cenderung menyukai tempat yang instagramable saat nongkrong untuk berfoto. Namun, kami tetap menyasar konsumen eksekutif yang bekerja di sini,” kata Brand Manager The Coffee Bean & Tea Leaf Ardian Ramadianto saat ditemui di Jakarta, Jumat (27/9/2019).
Bentuk perubahan desain interior itu salah satunya penggantian furnitur dengan desain terbaru. Pencahayaan juga ditata ulang agar pengunjung dapat berfoto secara nyaman dari setiap sudut pengambilan gambar.
Secara total, saat ini The Coffee Bean & Tea Leaf memiliki 80 kedai yang ada di Indonesia. Terdapat empat kedai yang telah menerapkan konsep baru dalam desain interior, yakni di Grand Indonesia, Summarecon Mall Serpong, Tunjungan Plaza 6 Surabaya, dan Cilandak Town Square. Pihak korporasi menargetkan sebanyak 20 kedai kopi sudah mengusung konsep baru pada 2020.
Penerapan konsep dalam desain interior tersebut tidak menambah jumlah kedai. Ardian menyatakan, mayoritas kedai akan direnovasi. Sejumlah kedai akan ditutup dan membukanya di tempat lain yang lebih strategis.
Selain itu, upaya relevansi juga diterapkan dengan menghadirkan menu minuman kekinian, misalnya boba tea, minuman teh dengan gumpalan bola-bola kecil yang terbuat dari tepung tapioka dan disebut boba. ”Saat ini, minuman boba tea sedang menjadi tren di kalangan milenial. Untuk sementara, kami belum menetapkan sebagai menu tetap. Namun, jika permintaannya cenderung meningkat, kami akan jadikan menu tetap,” tuturnya.
Berdasarkan pantauan, harga minuman yang ditawarkan The Coffee Bean & Tea Leaf berkisar Rp 32.000-Rp 60.000 per gelas. Adapun harga makanannya berkisar Rp 35.000-Rp 110.000 per item.
Sementara itu, Starbucks (yang dikelola oleh PT Mitra Adi Perkasa Tbk) lebih mengandalkan strategi pendekatan melalui penawaran menu. ”Dari produk minuman, kami punya nitro beverage bagi penggemar black coffee yang ingin mendapatkan kesan berbeda. Untuk menu di luar kopi, matcha blended cream menjadi salah satu favorit,” kata Head of Corporate Communication PT Mitra Adi Perkasa Tbk (MAP) Fetty Kwartati saat dihubungi, Jumat.
Selain itu, Starbucks juga membuat gim daring yang dapat membuat konsumen bermain mencocokkan minuman melalui animasi racikan. Jika cocok, konsumen akan mendapatkan keuntungan.
Tahun ini, Starbucks akan membuka 60 gerai lagi di Indonesia. Jumlah kedai yang masih dalam proses pembukaan sebanyak 20 gerai.
Starbucks juga membuat gim daring yang dapat membuat konsumen bermain mencocokkan minuman melalui animasi racikan.
Berdasarkan ”Statistik Gender Tematik: Profil Generasi Milenial Indonesia 2018” yang diterbitkan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak bersama Badan Pusat Statistik, generasi milenial didefinisikan sebagai penduduk yang lahir pada 1980-2000. Penghasilan generasi milenial pada 2017 rata-rata Rp 2,51 juta per bulan.
Dari sisi pemerintahan, Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Kasdi Subagyo berpendapat, tren konsumsi kopi di kalangan generasi milenial dapat meningkatkan permintaan dari dalam negeri. ”Hal ini mengindikasikan perkebunan kopi nasional mesti meningkatkan produktivitasnya,” ujarnya saat ditemui secara terpisah.