Indonesia sepatutnya mampu menjadi tujuan wisata kuliner nomor satu, setidaknya di Asia Tenggara. Kuliner Nusantara yang amat beragam merupakan potensi yang amat besar. Dibutuhkan lebih banyak agenda wisata kuliner.
Oleh
KOMPAS/DWI BAYU RADIUS
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Indonesia sepatutnya mampu menjadi tujuan wisata kuliner nomor satu, setidaknya di Asia Tenggara. Kuliner Nusantara yang amat beragam merupakan potensi yang amat besar. Namun, tetap dibutuhkan lebih banyak agenda wisata kuliner untuk memikat turis asing datang ke Tanah Air.
Pendiri Good Indonesian Food Astrid Maharani Prajogo di sela Writing Travel Food Forum Potluck Jalansutra di Jakarta, Minggu (29/9/2019), mengatakan, Indonesia belum mampu mengungguli Vietnam dan Thailand sebagai tujuan wisata kuliner di Asia Tenggara.
“Padahal, Indonesia canggih banget. Punya resep yang banyaknya minta ampun. Indonesia memiliki 5.350 resep otentik,” ujarnya. Astrid pernah bertemu pembawa acara, penulis, dan juru masak internasional Anthony Bourdain di Manila, Filipina tahun 2017.
“Menurut Anthony, Indonesia bersama China dan India adalah motherland (semacam tanah air) kuliner Asia Tenggara. Ragam masakan Indonesia banyak banget,” ujarnya. Secara geografis, Asia Tenggara berada di antara China dan India, serta Indonesia di sudutnya.
Karena itu, menurut Astrid, Indonesia seharusnya bisa menjadi tujuan utama kuliner di Asia Tenggara. Potensi Indonesia dinilai paling besar. “Bisa banget. Budayanya juga sangat beragam. Setiap kecamatan saja masakannya bisa beda,” ujarnya.
Acara-acara untuk menggaet wisatawan mancanegara (wisman) harus lebih digencarkan di Indonesia. Tak hanya kuliner, minuman khas Nusantara juga perlu dipromosikan. “Adakan kelas menyeduh kopi, bahkan jamu lebih sering. Saya yakin dampaknya luar biasa,” ujarnya.
Menurut Astrid, wisman rata-rata tinggal di Indonesia selama seminggu dengan bujet 1.300 dollar AS atau sekitar Rp 18,5 juta. “Minimal 25 persen dari uang itu digunakan untuk konsumsi. Perbanyak konten, pemain lokal, dan aktivitas agar lebih banyak wisman tertarik datang ke Indonesia,” katanya.
Jony Yuwono, pendiri Kafe Jamu Acaraki, mengatakan, Indonesia memiliki sekitar 30.000 jenis tanaman yang dapat digunakan untuk bahan baku obat tradisional. “Baru sekitar 1.740 jenis tanaman yang digunakan untuk jamu. Terdapat 15.733 ramuan jamu di Indonesia,” ujarnya.
Berdasarkan besarnya potensi penjualan jamu, termasuk untuk wisatawan asing, Jony mendirikan dua kafe di Jakarta sejak Juli 2018. Jamu itu diracik sesuai selera konsumen. Pengunjung bisa memesan jamu dengan rasa yang ringan, pekat, bahkan dicampur susu, soda hingga es krim.
Menurut Pendiri Aku Cinta Makanan Indonesia William Wongso, ia pergi ke berbagai negara untuk melakukan diplomasi kuliner. “Saya mengenalkan masakan Indonesia. Kuliner Tanah Air amat diminati wisman. Banyak turis asing mau membayar untuk datang dan mencicipi masakan Nusantara,” ujarnya.