Galaksi Shawn Mendes
Shawn Mendes: The Tour 2019 Asia menunjukkan kilau popularitas penyanyi itu. Mendes memadukan kemutakhiran teknologi, fisik prima, dan kemerduan suaranya. Ia menyajikan tak hanya lagu-lagunya, tetapi juga karya musisi lain.
Hujan deras nyaris tanpa henti selama empat jam di area Sentul International Convention Center, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, sejak pukul 15.30, Selasa (8/10/2019). Namun, hujan tak menyurutkan animo penggemar Mendes. Mobil dan bus berduyun-duyun menuju pelataran parkir. Pengunjung dengan pakaian modis dan alas kaki basah terbirit-birit menjejaki genangan menuju gedung pertunjukan.
Sekitar pukul 20.15, Mendes menggebrak dengan lagu ”Lost In Japan”. Ia dilatarbelakangi layar yang menayangkan siluet kepala, batang pohon, dan bunga rwarna jingga. Mendes dengan cuek membiarkan rambut ikalya yang tak tersisir rapi.
Pengunjung, kebanyakan remaja, histeris. Massa di bagian paling depan yang semula duduk spontan merangsek ke depan panggung. Mendes terlihat santai dengan baju merah bata berlengan pendek dan celana hitam. Gitar yang sesekali ia ayunkan membuat fansnya makin memekik riuh.
Disusul lagu kedua yang lebih akrab dengan pendengarnya, ”There’s Nothing Holdin’ Me Back”, kontan kor menggila tak terelakkan. Barulah Mendes menyapa penonton. ”Bagaimana kabar kalian? Sudah lama banget aku pengin ke sini. Aku ucapkan terima kasih,” ujarnya dalam bahasa Inggris.
Audiens menjerit dan mengacungkan tangan tinggi-tinggi sembari menyambut tembang selanjutnya, ”Nervous”. Di deretan balkon, lampu-lampu yang ditanamkan dalam gelang penonton meriah berkelap-kelip. Apalagi, di belakang Mendes, layar besar menampilkan bulatan putih besar.
Di panggung, permainan lampu tak kalah apik dengan kedip-kedipnya. Cahaya gelang yang berpendar atau PixMob LED wristband laksana bintang-bintang di malam cerah. Gambar matahari terbenam dengan burung-burung camar ditayangkan beberapa kali seakan menegaskan Mendes sebagai pusat galaksi.
Teriakan penonton kian tak terkendali saat hitnya yang diluncurkan bersama Camila Cabello, ”Senorita”, dilantunkan. Ia bernyanyi tanpa dukungan vokal perempuan seperti dalam duet yang memuncaki Billboard Hot 100 pada pekan terakhir Agustus 2019 itu.
Tak urung penonton tetap antusias menjadi pendamping Mendes yang sedang bernyanyi. Olah suara primanya, sesekali melengking hingga menyentuh domain falseto. Kadang, Mendes mengibaskan rambutnya, dan kegaduhan kaum hawa pun menjadi-jadi.
Mendes tak berganti kostum hingga konser usai. Penerima penghargaan artis favorit kontemporer dewasa American Music Awards tahun 2017 dan 2018 itu melanjutkan aksinya dengan lagu-lagu ”Nervous”, ”Never Be Alone”, hingga kesenduan yang kerap diputar stasiun radio, ”Stitches”.
Sahabat Indonesia
”Keren banget,” ujar Mendes, penyanyi asal Kanada itu, menanggapi penonton yang tak hentinya melantunkan lagu-lagu yang dia bawakan dengan fasih. Sejenak, ia berkisah tentang masa kecilnya yang berkait dengan Indonesia. Ternyata, Mendes punya sobat dari Indonesia saat ia masih menjadi murid kelas delapan.
”Waktu mau melanjutkan pendidikan ke SMA, ia balik ke Jakarta. Aku sedih banget,” ujar Mendes disambut seruan simpati khalayak. Ia gembira bisa berkonser di Jakarta dan berharap bisa bertemu sahabatnya. Impian buyar karena teman karibnya sedang tidak di Jakarta.
Mendes melanjutkan aksinya di panggung sekunder. Ia sekonyong-konyong muncul di pentas kedua yang berjarak sekitar 5 meter dari panggung utama itu. Di situ ia memainkan piano. Ia bagai mempersembahkan mawar raksasa kepada penggemarnya.
Ornamen bunga itu mengembang di atas Mendes dengan diameter sekitar 2 meter dan tinggi tangkai 5 meter. Ia bermandikan cahaya lampu sorot yang memantul dari lantai seraya jemarinya lincah menari di atas tuts-tuts piano. Alunan ”Ruin” dengan tempo adagio menguarkan atmosfer romantis.
Mendes tak membiarkan semangat fansnya mengendur. Ia menyulut lagi raungan massa dengan nomor andalannya, ”Treat You Better”. Mendes belum kehabisan napas. ”Ayo bernyanyi lebih nyaring lagi,” ujarnya sambil tersenyum lebar dan berjingkrak-jingkrak.
Sambil bermain gitar akustik, Mendes mengajak penonton bertepuk tangan. Selama lebih kurang 2 menit, riuh telapak tangan yang padu semakin nyaring. ”Muda itu bukan persoalan usia belia atau tua, tapi kebebasan dan kegembiraan,” ujarnya menyelingi ”Youth” yang ia buat begitu rancak.
Mendes menyuguhkan kejutan dengan membawakan beberapa lagu penyanyi lain, seperti ”I Wanna Dance With Somebody” dari Whitney Houston, ”Fix You” dari Coldplay, dan karyanya bersama musisi Inggris, Ed Sheeran, ”Fallin’ All In You”.
Ia menari-nari setengah berputar seraya mencabik gitar. Kegaduhan penonton tak kalah heboh sebab Mendes menghampiri pagar yang membatasi panggung lalu menyalami mereka. Penyanyi yang telah berkiprah selama lebih kurang lima tahun itu menggenggam tangan beberapa pengunjung.
Keakraban itu menjadi ambang perpisahan saat pertunjukan sudah melewati durasi hampir dua jam. Letupan disertai asap dan pernak-pernik kertas putih menutup penampilan Mendes yang dipungkasi dengan lagu ”In My Blood”.
Hampir habis
Ia lantas tenggelam di balik panggung. Penonton berharap pujaannya memberikan bonus lagu. Mereka mneriakkan, "We want more.. We want more... (kami ingin lagi).” Para fans terpaksa menghadapi kesia-siaan. Sang bintang tak juga kembali dan lampu gedung telah dinyalakan tanda konser usai.
Mendes menunjukkan daya tariknya yang bersinar di antara penikmat musik Indonesia. Lebih kurang sepekan sebelum konser, sekitar 90 persen dari 9.000 tiket sudah terjual. Tiket kategori 1 seharga Rp 3,75 juta dan kategori 5 seharga Rp 900.000 sudah habis. Tiket lain, kategori 2 dijual Rp 2,75 juta, kategori 3 dijual Rp 2,1 juta, dan kategori 4 dijual 1,6
juta.
”Mendes membawa 49 kru dan kargo dengan berat sekitar 50 ton,” ujar Peter Harjani, Chief Executive Officer PK Entertainment sebagai promotor terkait persiapan konser itu.