Surga Heliconia di ”Pulau Dewata”
Layaknya sebuah kawasan perkebunan, pemandangan hijau menghampar luas di Sekar Bumi. Sebagian besar kawasan, ditanam berbagai jenis heliconia. Jumlahnya mencapai 200-an
Di ”Pulau Dewata”, Bali, terdapat Sekar Bumi Tropical Farm and Agritourism. Pada lahan seluas 18 hektar itu tumbuh ratusan jenis bunga heliconia, tanaman hias khas tropis yang dikenal juga sebagai pisang hias. ”Surga” heliconia ini tidak hanya indah, tetapi juga menjadi sarana edukasi.
Sekar Bumi Tropical Farm and Agritourism terletak di Jalan Raya Sekar Bumi, Desa Kerta Payangan, Gianyar, Bali. Dari Denpasar, ibu kota Provinsi Bali, jaraknya 47 kilometer, berada di ketinggian 700 meter di atas permukaan laut.
Layaknya sebuah kawasan perkebunan, pemandangan hijau menghampar luas di Sekar Bumi. Sebagian besar kawasan, mencakup 80 persen luas lahan, merupakan wilayah penanaman berbagai jenis heliconia. Jumlahnya mencapai 200-an jenis.
Di situ, antara lain, terdapat Heliconia caribaea ”Barbados Flat”, Heliconia bihai ”Yellow Dancer”, Heliconia orthotricha ”Edge of Nite”, Heliconia wagneriana, Heliconia chartaceaLane ”Sexy Scarlet”, Heliconia psittacorum, Lilian, Sasy, Heliconia xanthovillosa ”golden”, Heliconia gracilis, dan John Hall.
Umumnya, bunga-bunga heliconia itu didominasi warna merah dan kuning menyala. Sangat cantik dipandang mata.
Dengan bentuk pohon yang berdaun besar dan lebar seperti pisang, citra tropikal yang liar dan natural amat lekat pada kebun heliconia.
Walakin, jangan bayangkan Sekar Bumi seperti kebun bunga penuh warna yang tertata rapi level ketinggiannya. Dengan bentuk pohon yang berdaun besar dan lebar seperti pisang, citra tropikal yang liar dan natural amat lekat pada kebun heliconia. Seperti itulah gambaran Sekar Bumi dengan heliconia-nya. Liar dan natural, sangat khas tropikal.
Untuk menemukan ratusan jenis heliconia yang terdapat di Sekar Bumi, pengunjung harus berjalan kaki mengitari kawasan Sekar Bumi. Di sini, heliconia ditanam dengan model berjauhan, tidak berkelompok.
Di antara kawasan penanaman heliconia, pengunjung bisa mendapatkan kawasan penanaman bunga lain, salah satunya bunga gumitir atau marigold yang berwarna kuning kunyit. Sebagian lagi berupa hamparan sawah yang menggunakan sistem pengairan khas subak.
Udara begitu sejuk dengan banyaknya pepohonan dan tanaman hijau serta lokasi yang berada di ketinggian. Pengunjung yang menyukai alam akan senang berada di tengah kawasan Sekar Bumi. Begitu pula para pencinta bunga.
Setelah menikmati keindahan heliconia, pengunjung yang tertarik pun bisa belajar merangkai bunga heliconia di Sekar Bumi. Saat ini, selain menjadi obyek penelitian bagi banyak mahasiswa, Sekar Bumi juga terbuka bagi siapa saja yang tertarik mempelajari heliconia.
Di kawasan itu, pengunjung bisa belajar budidaya heliconia mulai dari proses pembibitan, panen, hingga pengolahan pascapanen.
Peluang pasar
Bermula dari lahan perkebunan yang dikelola keluarga, Sekar Bumi fokus menjadi perkebunan heliconia sejak tahun 2003. Sang pemilik yang merupakan generasi ketiga pemilik lahan, Ketut Subagia, memilih heliconia karena melihat peluang pasar yang besar di Bali.
”Kami menanam heliconia karena Bali adalah daerah pariwisata sehingga sangat jelas pasarnya. Kami tidak menjadi kompetitor atau pesaing pelaku industri pariwisata lainnya, tapi kami menjadi pendukung. Apalagi kami juga bergerak di bidang penyelamatan alam,” tutur Ketut, akhir September 2019, di sela kunjungan World Flower Council yang tengah menggelar pertemuan di Nusa Dua.
Heliconia juga tidak membutuhkan obat-obatan kimia sehingga kebun itu ramah lingkungan.
Sebagai bunga khas tropis, heliconia tidak membutuhkan perawatan rumit. Heliconia juga tidak membutuhkan obat-obatan kimia sehingga kebun itu ramah lingkungan.
”Dengan ketinggian 700 meter di atas permukaan laut, Sekar Bumi berada di hulu. Jadi, selain plasma nutfahnya, kelestarian lingkungan juga kami jaga,” ujar Ketut.
Heliconia yang ditanam, ujar Ketut, akan tetap hijau karena yang dipetik adalah bunganya. Heliconia juga selalu tumbuh di bawah naungan pohon-pohon besar. Dengan begitu, misi membudidayakan heliconia yang memiliki peluang pasar besar dapat berjalan seiring upaya penyelamatan bumi dari pemanasan global.
Berkat upaya-upaya tersebut, Sekar Bumi mendapatkan penghargaan lencana emas dari Kementerian Kehutanan. Tahun 2006, Sekar Bumi juga mendapat penghargaan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai kebun heliconia terbesar di Indonesia.
Saat ini, harga heliconia potong di pasaran berkisar Rp 3.000-Rp 5.000 per tangkai. Pasar heliconia potong terbesar masih dipegang Bali, terutama dari konsumen hotel dan restoran. Kunjungan World Flower Council dengan peserta dari sejumlah negara diharapkan dapat memperkenalkan Sekar Bumi ke mancanegara sehingga dapat menjadi salah satu rujukan dan membuka peluang ekspor.
Kalau bicara bunga, orang hanya menyebut bunga-bunga kecil, seperti krisan (seruni), mawar, dan anggrek. Heliconia belum disebut
”Selama ini heliconia belum terangkat. Kalau bicara bunga, orang hanya menyebut bunga-bunga kecil, seperti krisan (seruni), mawar, dan anggrek. Heliconia belum disebut,” kata Ketut.
Dibandingkan dengan bunga jenis lain, heliconia adalah jenis bunga keras sehingga tidak mudah layu. Di dalam ruangan, daya tahan heliconia bisa mencapai lebih dari dua minggu. Dengan demikian, nilai ekonomisnya cukup tinggi.
Musim panen bunga ini umumnya berlangsung pada Agustus-September. Dengan lahan seluas 18 hektar seperti yang dimiliki Sekar Bumi, dalam satu hari setidaknya panen hingga mencapai 500 tangkai.
Sebelum siap panen, heliconia membutuhkan masa tanam selama satu tahun. Namun, setelah itu heliconia dapat dipanen terus-menerus seperti halnya pohon pisang.
Luar ruang
Saat ini, pengelolaan Sekar Bumi melibatkan masyarakat sekitar Desa Kerta Payangan. Total terdapat delapan kelompok tani yang terlibat dalam budidaya ini dengan jumlah keseluruhan mencapai 160 orang.
Bahkan, limbah heliconia juga bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak, seperti sapi dan gajah
”Pengelolaannya tidak sulit. Kami sudah belajar dari pengalaman, kapan bulan-bulan yang tepat untuk menanam sehingga bisa mengurangi risiko kekeringan. Kami juga belajar dari alam, termasuk soal penanganan penyakit dan jika terjadi overproduksi sehingga tetap memiliki nilai ekonomi,” kata Ketut.
Bahkan, limbah heliconia juga bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak, seperti sapi dan gajah. Kotorannya kemudian dapat dimanfaatkan menjadi pupuk. ”Jadi, sampahnya kami nol-kan,” papar Ketut.
Sebagai bentuk pengembangan, Sekar Bumi kini juga terbuka dengan berbagai aktivitas lain demi mewujudkan cita-cita menjadi kawasan pertanian berwawasan wisata.
Selain lahan heliconia, Sekar Bumi juga menyediakan lahan untuk kamping dan kegiatan alam lain, seperti outbound dan team building,
flying fox dan paintball, area bersepeda, trekking, dan permainan mobil ATV, hingga layanan event organizer, wedding organizer, dan MICE (meeting, incentive, convention, and exhibition).
”Jadi, di Sekar Bumi kita tidak sekadar bicara bunga, tetapi juga potensi daerah karena selain bunga, kami juga ada buah, sayur, dan tembakau dengan zona-zonanya tersendiri,” ujar Ketut. ”Kami juga telah berintegrasi dengan petani-petani lain sehingga harapan kami, kelak Kerta Payangan bisa menjadi desa mandiri.”