Uzbekistan di Pusaran Sejarah
Secara umum, orang Indonesia sangat mudah untuk mengunjungi Uzbekistan. Selain visa yang diperlukan bisa didapat on arrival (saat tiba), penerbangan langsung Jakarta ke Tashkent
Berwisata ke negara Uzbekistan baru dimungkinkan setelah negara ini merdeka pada 31 Agustus 1991. Sebelumnya, sebagai wilayah Uni Sovyet yang berada jauh di pedalaman, bisa dikatakan Uzbekistan sangat tertutup.
Ulugbek Khodirov, seorang pemandu wisata dari Tashkent, ibu kota Uzbekistan, mengisahkan, sedikit banyak Presiden Soekarno punya jasa ”mengangkat” sebuah sisi sejarah Uzbekistan.
Suatu ketika, pada awal tahun 1960-an, Presiden Soekarno dari Indonesia dalam sebuah kunjungan ke Moskwa minta diantar ke makam Imam Al-Bukhori untuk berziarah.
”Makam Imam Al-Bukhori di Samarkand nyaris terlupakan dalam sejarah. Suatu ketika, pada awal tahun 1960-an, Presiden Soekarno dari Indonesia dalam sebuah kunjungan ke Moskwa minta diantar ke makam Imam Al-Bukhori untuk berziarah. Pemerintah Uni Sovyet waktu itu kebingungan karena mereka tidak tahu tentang hal ini,” papar Khodirov.
Waktu itu, makam Imam Al-Bukhori sungguh telantar dan keberadaannya hanya diketahui oleh sedikit orang. Banyak yang mengira kalau makam itu ada di Bukhara, sesuai dengan nama Imam Al-Bukhori yang berarti ’imam dari Bukhara’. Setelah menemukannya di Samarkand, Pemerintah Uni Sovyet sadar bahwa makam itu dalam kondisi sangat tak layak untuk diziarahi, lalu berusaha mengulur waktu untuk memperbaikinya.
”Dalam cerita yang saya dengar dari ayah dan beberapa orang lain, waktu itu kunjungan Presiden Soekarno ke Samarkand dilakukan dengan kereta api selama beberapa hari dari Moskwa dan cukup dirahasiakan,” papar Khodirov yang memang berasal dari keluarga Muslim ini.
Kenyataan saat ini, makam Imam Al-Bukhori sungguh indah, dalam sebuah kompleks yang indah pula. Namun, kompleks indah itu terletak di sebuah area terpencil, jauh dari pusat keramaian atau hunian penduduk. Sedikit banyak, ini membenarkan paparan Khodirov tentang kisah Presiden Soekarno yang di Indonesia sendiri banyak diragukan kebenarannya.
Saat ini makam Imam Al-Bukhori di tepi kota Samarkand itu banyak dikunjungi wisatawan religi dari sejumlah negara, selain pusat Tarekat Nasyaqbandi yang juga terletak di dekat kota Samarkand. Tempat wisata religi lain adalah puluhan masjid dan madrasah tua yang indah dan bersejarah.
Secara umum, orang Indonesia sangat mudah untuk mengunjungi Uzbekistan. Selain visa yang diperlukan bisa didapat on arrival (saat tiba), penerbangan langsung Jakarta ke Tashkent, ibu kota Uzbekistan (dengan sekali transit di Kuala Lumpur) bisa dilakukan dengan Uzbekistan Air dua kali dalam sepekan. Waktu di Uzbekistan dua jam lebih lambat dari WIB sehingga secara umum orang Indonesia tak terlalu perlu mengubah ritme hidup ketika berada di Uzbekistan.
Secara bahasa, cukup banyak orang Uzbekistan yang fasih bertutur dalam bahasa Inggris. Namun, hal terbaik tetap memakai pemandu lokal yang memang menguasai bahasa Inggris. Khodirov bahkan sangat fasih berbahasa Indonesia karena telah beberapa kali datang dan tinggal cukup lama di Indonesia. Khusus bahasa Rusia, seluruh penduduk Uzbekistan menguasainya karena ini adalah bahasa penghubung seluruh etnis yang ada di sana.
Selain suhu udara nyaris seperti di dataran tinggi di Indonesia, cuaca pun cerah dengan langit biru cerah, nyaris tanpa awan.
Perbedaan utama Uzbekistan dan Indonesia adalah soal iklim dan cuaca. Dengan lintang yang sudah masuk daerah dingin, Uzbekistan memiliki empat musim. Cuaca juga mudah sekali berubah dalam waktu singkat.
Waktu terbaik untuk mengunjungi Uzbekistan adalah pada awal musim gugur, sekitar akhir Agustus sampai awal Oktober. Selain suhu udara nyaris seperti di dataran tinggi di Indonesia, cuaca pun cerah dengan langit biru cerah, nyaris tanpa awan.
Dalam hal makanan, di Uzbekistan dikenal punya menu sejenis nasi dengan lauk daging. Di luar itu, makanan utama di sana adalah sejenis roti yang disebut patyr. Bagi yang sulit menyesuaikan diri dengan makanan asing, restoran ayam goreng banyak tersedia di Uzbekistan. Dengan mata uang som yang nilainya sekitar 1,5 rupiah, harga makanan di Uzbekistan pun secara umum tak terasa berbeda dengan Indonesia.
Hanya dua negara di dunia yang sama sekali tidak punya pantai dan terkurung negara-negara tanpa pantai pula, yaitu Uzbekistan dan Liechtenstein di Eropa. Uzbekistan dikepung negara-negara Kazakhstan di utara, Tajikistan di tenggara, Afghanistan di selatan, dan Turkmenistan di barat daya. Mayoritas daratan Uzbekistan adalah tanah berbatu dengan sedikit tanaman.
Sejarah dunia
Banyak sejarah dunia tertulis di Uzbekistan. Selain negara itu masuk dalam jalur sutra yang menghubungkan Eropa Barat dan China, jejak ekspansi Jengis Khan sangat jelas di sana. Wajah-wajah yang merupakan perpaduan Eropa dan China sungguh mendominasi Uzbekistan.
Tokoh dunia yang mencuat di Uzbekistan dan paling terkenal adalah Timur Lenk yang hidup pada abad ke-14. Timur Lenk adalah cicit Karachar Nevian, salah satu tangan kanan Chagatai Khan, anak Jengis Khan.
Di Uzbekistan, banyak peninggalan Timur Lenk yang juga disebut dengan nama Amir Temur atau Tamerlan. Selain aneka masjid dan madrasah, makam Timur Lenk pun dibuat dengan indah dalam sebuah kompleks masjid.
Cukup mengagumkan melihat perangkat astronomi Ulugbek yang punya akurasi pembuatan sangat tinggi, padahal dibuat dengan peralatan buatan lima abad lalu.
Selain itu, ada juga tokoh astronomi abad ke-16 bernama Mirzo Ulugbek. Observatorium milik Ulugbek kini menjadi salah satu tempat kunjungan wisata. Cukup mengagumkan melihat perangkat astronomi Ulugbek yang punya akurasi pembuatan sangat tinggi, padahal dibuat dengan peralatan buatan lima abad lalu.
Kunjungan ke Uzbekistan bisa dimulai dari kota Tashkent yang sudah dilengkapi dengan jaringan kereta di bawah tanah modern. Keunikan jaringan kereta bawah tanah di Tashkent ada pada kekhasan setiap stasiunnya yang memang dibuat berbeda satu dengan yang lain. Oleh karena itu, tanpa membaca tanda nama, penumpang kereta bawah tanah mudah mengenali stasiun yang disinggahinya.
Di Taskhkent dan sekitarnya, obyek-obyek kunjungan yang menarik antara lain Alun-alun Amir Temur, kompleks Khast-Imam, Madrasah Barak-Khan, Masjid Sheikh Tillya, Mausoleum Abu Bakr Kaffal Shashiand, dan Institut Islam Imam Al-Bukhori. Tak lupa pasar tradisional Chorsu Bazaar.
Dari Tashkent, perjalanan darat sekitar lima jam menuju kota Samarkand juga sangat menyenangkan. Jalan aspal mulus dengan pemandangan khas alam Asia Tengah yang tandus, pada beberapa tempat terlihat masjid-masjid tua yang terawat.
Di Samarkand, tempat-tempat penting untuk dikunjungi adalah makam Imam Al-Bukhori, pusat tarekat Naqsyabandi, kompleks makam Timur Lenk yang disebut Gus Emir Mausoleum, Registan Square, Masjid Bibi-Khanum, Siab Bazaar, Ulugbek Observatory, dan Shakhi-Zinda Necropolis yang merupakan kompleks makam ulama yang indah dan luas.
Bukhara banyak diisi masjid dan madrasah tua yang dibuat dengan citra arsitektur tinggi, penuh ornamen keramik yang rumit dan rapi.
Dari Samarkand, perjalanan darat bisa diteruskan ke kota Bukhara yang ditandai dengan sebuah benteng tanah liat bernama Ark. Sama seperti Samarkand, Bukhara banyak diisi masjid dan madrasah tua yang dibuat dengan citra arsitektur tinggi, penuh ornamen keramik yang rumit dan rapi.
Tempat-tempat penting di Bukhara antara lain Masjid Magoki-Attori, Madrasah Chor-Minor, Menara Kalyan, Masjid Kalyan, Madrasah Miri-Arab, Masjid Bolo-Khauz, serta Ismail Samani dan Chashma-Ayub Mausoleum.
Untuk meninggalkan Uzbekistan hanya bisa dilakukan lewat Tashkent. Perjalanan pulang ke Tashkent dari Bukhara bisa dilakukan dengan kereta malam yang berangkat sekitar pukul 22.00 dan tiba di Tashkent saat matahari terbit. Kereta malam yang dipakai adalah kereta tidur, jadi penumpang berbaring, bukan duduk di kereta masing-masing.
Mengunjungi Uzbekistan adalah perjalanan sejarah dan religi sekaligus. Uzbekistan yang berada di Benua Asia pernah menjadi bagian dari Kekaisaran Rusia. Lebih dari 90 persen penduduknya beragama Islam Sunni, tetapi wajah-wajah mereka banyak yang mirip orang Eropa.
Satu lagi yang tak kalah menarik, Uzbekistan dan keramahan penduduknya sungguh sulit untuk dilupakan.