Ini kisah tentang rumah tangga, pemikiran tetangga, dan terong balado pedas. Hal-hal yang sekilas tidak nyambung ini dibalut dalam komedi dan disajikan secara ringan. Drama televisi ini menyajikan pula interpretasi dari peribahasa “don’t judge a book by its cover.”
Food Lore adalah drama antologi sekaligus serial televisi terbaru dari HBO Asia, kanal hiburan berlangganan di bawah naungan HBO -- anak perusahaan WarnerMedia. Ada delapan cerita berbeda dalam serial ini. Semuanya dipetik dari kisah delapan negara di Asia: Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, Vietnam, Thailand, India, dan Jepang.
Sutradara masing-masing episode pun berasal dari masing-masing negara, antara lain Eric Khoo (Singapura), Takumi Saitoh (Jepang), dan Pen-ek Ratanaruang (Thailand). Garapan serial dari Indonesia dipercayakan kepada sutradara Billy Christian. Koordinator dari semua sutradara ialah Eric Khoo.
Ada delapan episode yang nanti ditayangkan bertahap mulai 3 November-22 Desember 2019. Masing-masing episode punya sub-judul sendiri. Misalnya, Indonesia menetapkan judul Food Lore: Maria’s Secret Recipe atau “resep rahasia Maria”.
Maria
Sebuah desa kecil di pesisir tiba-tiba kedatangan warga baru nan cantik, Maria (Alexandra Gottardo). Tidak hanya rupawan, ia juga lihai meracik bumbu-bumbu dapur menjadi hidangan lezat. Ia pun lantas membuka sebuah warung makan sederhana yang laris dikunjungi pembeli setiap hari.
Masalahnya, yang rutin datang dan membeli di warung itu adalah para lelaki desa. Mereka tidak hanya terpesona dengan cita rasa makanan yang tersaji, namun juga tersihir eloknya fisik tetangga baru mereka. Hal ini membuat istri-istri para lelaki tadi gelisah.
Dalam kegundahan, Ratih (Putri Ayudya) menghampiri Maria dan minta diajari memasak. Ini tak lepas dari keinginan Ratih untuk menjembatani hubungannya yang kaku dengan sang suami (Dian Sidik). Maria pun mengajari cara menciptakan sihir lewat makanan. Perlahan pun identitas asli Maria si tetangga baru terungkap.
Terong balado pedas
Tontonan 43 menit ini menayangkan masakan pamungkas Maria, yakni terong balado pedas. Terong yang dari segi penampilan mungkin kurang menarik nyatanya bisa jadi enak jika diolah dengan “rasa” si pemasak. Kendati demikian, masih ada orang yang enggan makan terong karena teksturnya mblenyek setelah dimasak.
“Kenapa terong? Karena terong itu bentuknya mungkin enggak bagus. Saat dipegang kok agak aneh rasanya. Tapi, kalau dimasak, terong jadi makanan biasa yang enak. Ini maksudnya agar jangan menilai sesuatu hanya dari tampilan luarnya saja,” kata Billy Christian.
Menurut Billy, terong merupakan media untuk menjembatani kisah tentang komunikasi dan cinta pada serial yang ia garap. Terong balado pedas dipilih jadi masakan utama karena dipandang sederhana dan dekat dengan kehidupan masyarakat. Bahkan, menu ini nyaris selalu ada di warteg (warung tegal) terdekat. Selain itu, terong balado pedas pun rupanya makanan kesukaan sang sutradara.
Alasan kesederhanaan dan kedekatan pula lah membuat Billy lebih memilih terong daripada makanan bahari (mengingat latar cerita berada di daerah pesisir). Yang menarik adalah fakta bahwa terong-terong yang akan masuk ke layar kaca harus diseleksi terlebih dahulu. Persis seperti casting buat para aktor.
“Jadi kami pilih terong yang bagus bentuknya dan warnanya juga oke. Saya disodori beberapa contoh terong oleh tim artistik dan harus memilih terong yang mau dipakai. Kami akhirnya pakai terong mengkal,” kata Billy.
Butuh waktu lebih kurang delapan hari untuk menyelesaikan proses pengambilan gambar untuk serial ini. Selama itu pula para pemain dan kru berada di Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Ada dua pulau yang digunakan untuk shooting, yakni Pulau Genteng Kecil dan Kelapa Dua.
Buat Putri Ayudya, serial ini membuatnya tertarik sekaligus merasa tertantang. Ia merasa tertantang karena dirinya tidak bisa memasak dan karena ketakutannya pada laut. Sementara itu, ia merasa tertarik karena kisah ini disampaikan secara ringan melalui komedi.
“Serial ini jika salah dieksekusi maka bisa dipandang secara judgmental (menghakimi) dan mungkin diprotes oleh para feminis. Tapi, menurut saya, ada dua hal yang bisa menghentikan pertikaian di dunia ini, yaitu musik dan makanan,” kata Putri.
Sementara itu, Alexandra merasa bahwa ada banyak aspek yang disampaikan dalam serial 43 menit ini. Ia mengimbau agar penonton menyimak serial ini dari awal hingga akhir agar esensi ceritanya tidak ada yang terlewat. Menurutnya, hal ini sama dengan menilai sesuatu jauh melebihi kulit luarnya.