Puncak Baru Kengerian
Tidak mengerikan berarti tidak menyenangkan. Begitu jargon para pencinta film horor. Perempuan Tanah Jahanam dapat memuaskan hasrat itu karena film ini menjadi puncak baru bagi Joko Anwar dalam memberi rangsangan kengerian.
Mari kita sejenak mengingat film-film horor garapan sutradara Joko Anwar. Di sana antara lain ada Kala, Pintu Terlarang, Modus Anomali, dan Pengabdi Setan. Dari tingkat kengerian film, semuanya lewat dibandingkan dengan karya terbaru Joko, Perempuan Tanah Jahanam.
Dari kategori usia, sebenarnya sudah bisa ditebak tingkat kengeriannya. Tetapi, tetap saja banyak kejutan mengerikan saat menontonnya. Karena itu, bisa dimaklumi jika film ini masuk kategori 17 tahun ke atas, sementara Pengabdi Setan yang menghebohkan waktu itu, misalnya, untuk 13 tahun ke atas.
Anda yang pada dasarnya tidak suka film horor sebaiknya tidak perlu nonton jika itu hanya untuk mengikuti tren atau malu disebut penakut. Jika masih ngeyel, silakan nonton. Hanya perlu diingat, jika pada 10 menit pertama Anda mulai mual, sebaiknya pulang. Sebab, adegan-adegan berikutnya bisa bikin Anda lebih mual atau bahkan pingsan. Sudah ada yang tidak doyan makan setelah pulang menonton Perempuan Tanah Jahanam.
Film yang ditulis Joko Anwar selama 10 tahun ini berkisah tentang Maya atau Rahayu (Tara Basro) yang pergi ke kampung terpencil untuk mencari tahu jati dirinya. Konon, dia lahir dari keluarga terkenal di desa tersebut sebelum dibawa ke kota. Dalam proses pencarian jati diri itulah muncul kejutan-kejutan berbalut mistis yang menjadi daging film ini.
Di luar hal yang mengerikan, film ini dapat menjadi guru kehidupan. Selain itu, Joko menyelipkan beberapa humor sehingga ada semacam jeda dalam film ini. ”That’s life, kan. Nggak selalu satu rasa,” kata Joko tentang alasan dia menyelipkan humor tadi.
Akselerasi
Pada film Modus Anomali, Joko cenderung simbolik dalam mengetengahkan adegan kekerasan. Meskipun terdapat lelehan darah, itu hanya simbol kekerasan atau hanya ditampilkan sekilas. Adakalanya kengerian tersebut didominasi oleh sensasi bunyi, seperti ketika John Evans (Rio Dewanto) menghabisi korbannya. Artinya, penonton diberi ruang untuk menafsir sendiri akhir dari sebuah adegan kekerasan.
Begitu juga pada film Pengabdi Setan, kekerasannya relatif simbolik. Joko dalam film ini mengutamakan bangunan horor atmosferik (atmospheric horror). Dia telaten membangun bata-bata logika menuju puncak kemencekaman. Jadinya, bunyi lonceng Ibu pun langsung membuat bergidik.
Pada Perempuan Tanah Jahanam, Joko sepertinya masih setia dengan horor atmosferik tadi, atau bisa dibilang campuran dengan horor psikologi karena unsur kuat permainan watak. Joko sangat setia dan telaten membangun alur logika yang kukuh dan masuk akal hingga akhir film.
Akan tetapi, Joko memberi porsi lebih pada tingkat kengerian film. Adegan pisau menyayat leher, misalnya, dipertontonkan demikian detail, berikut adegan-adegan lain yang dapat mengundang kengerian. Perempuan Tanah Jahanam menjadi puncak baru bagi Joko dalam memberi rangsangan kengerian.
Joko adalah sosok sutradara yang perfeksionis. Ketika menulis film ini, dia sudah membayangkan latar tempat yang sinematik. Butuh waktu sekitar tiga bulan untuk mencari tempat shooting yang pas. Dia dan tim menyisir Jawa Tengah sampai Jawa Timur dan menemukan 23 calon tempat pengambilan gambar, tetapi semuanya belum ada yang sesuai gambaran Joko.
Dia mengatakan, baru dua pekan sebelum shooting timnya menemukan sebuah desa yang terletak di antara Banyuwangi dan Ijen (Bondowoso). Dia membuat jalan baru karena desa tersebut benar-benar tidak bisa dilalui mobil. ”Pertimbangannya semata-mata karena mirip seperti desa yang saya bayangkan ketika menulis skenarionya,” kata Joko.
Di desa ini, Joko juga membangun dua kamar mandi, dua toilet, dan sebuah rumah adat. Rumah seluas 80 meter persegi itu kini dimanfaatkan warga sebagai perpustakaan desa.
Film tersebut banyak juga menggunakan hutan sebagai latar. Untuk mencari hutan yang sesuai, Joko shooting di beberapa kabupaten lain di Jawa Timur. Film ini, antara lain, dibuat di Banyuwangi, Pasuruan, Lumajang, Malang, dan Bondowoso.
Kekuatan perempuan
Yang selalu menarik dari film-film Joko adalah seringnya dia menokohkan sosok-sosok perempuan merdeka. Mereka dia gambarkan sebagai pribadi yang tidak mudah patuh kepada orang lain. Dalam Pengabdi Setan, tokoh Dini (Tara Basro) begitu liat. Begitu juga dengan Ibu (Ayu Laksmi), yang meskipun lumpuh, memiliki determinasi tinggi terhadap orang-orang di sekelilingnya, bahkan ketika dia mati.
Dalam Perempuan Tanah Jahanam, tokoh-tokoh perempuannya sebangun dengan film Joko lainnya, mandiri dan penuh determinasi. Maya alias Rahayu dan sahabatnya, Dini (Marissa Anita), adalah dua perempuan mandiri yang bertahan hidup di Ibu Kota. Adapun Ratih (Asmara Abigail) merupakan sosok perempuan kuat yang sedari kecil menjadi korban perundungan dan mencoba melawan.
Jika tokoh-tokoh tadi protagonis, perempuan ini, Nyi Misni (Christine Hakim), berperan antagonis. Sosoknya yang misterius dan mistis menjadi rujukan sikap warga kampung. Dia mengatur pola pikir dan tindakan warga lewat kuasa dan karisma anaknya, Ki Saptadi (Ario Bayu). Sabda Nyi Misni adalah hukum yang harus dijalankan. Dia adalah sumber pengharapan terakhir ketika warga berada di puncak frustrasi. Sebegitu berkuasanya perempuan ini.
Dari tokoh Misni, kita bisa belajar bahwa seseorang yang kita anggap pahlawan bisa jadi sumber permasalahan.
Akting Christine Hakim sangat memukau. Dia berjalan dengan sebelah kaki sedikit diseret dan kedipan mata yang tidak sinkron. Ekspresinya yang dingin dengan tatapan tak ramah menguatkan karakter mistisnya. Christine berlatih berhari-hari sehingga jemari kakinya seperti invalid dan cara jalannya tidak normal. Dia menempelkan double tape di salah satu kelopak matanya sehingga kedipannya tidak sinkron. Beberapa detail ini menguatkan totalitasnya sebagai aktris.
Dalam film ini, Christine bukan hanya berdialog dan berinteraksi dengan pemain lain. Dalam satu adegan, dia melakukan gerakan teatrikal yang terkesan demikian indah dan mistis sekaligus. Aslinya, adegan ini diambil selama 30 menit tanpa putus. ”CH melakukannya dalam keadaan trance,” kata Joko menggambarkan totalitas Christine Hakim.
Kekuatan akting Christine berikut perempuan-perempuan lain dalam film ini menjadi kunci kekuatan cerita sekaligus kemencekaman. Jadilah Perempuan Tanah Jahanam menjadi puncak baru rangsangan kengerian.