Menjejakkan kaki di usia ketiga, komunitas otomotif Civic Turbonesia atau CVT Turbonesia mengajak semua anggotanya membangun kesadaran untuk mengutamakan keselamatan dalam berkendara.
Oleh
Stefanus Osa Triyatna
·5 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Menjejakkan kaki di usia ketiga, komunitas otomotif Civic Turbonesia atau CVT Turbonesia mengajak semua anggotanya membangun kesadaran untuk mengutamakan keselamatan dalam berkendara. Bukan berarti mobil bermesin turbo bisa seenaknya dikendarai di jalan umum, tetapi tetap perlu menunjukkan kesantunan dalam berkendara.
Komitmen itu menandai perayaan HUT ke-3 CVT Turbonesia yang diselenggarakan di Kota Semarang, Jawa Tengah, Sabtu-Minggu (26-27/10/2019). Perayaan yang mengangkat tema ”As Strong As Tree” itu diawali dengan perjalanan konvoi dari titik kumpul Km 102 Tol Cipali, Jawa Barat.
Sebanyak 50 unit Civic Turbo, baik tipe sedan maupun hatchback berjalan beriring-iringan hingga memasuki Kota Semarang. Mereka bukan hanya berasal dari Jakarta dan sekitarnya, melainkan juga dari Bandung dan Karawang. Sementara chapter Jawa Timur dan Jawa Tengah-DI Yogyakarta berangkat dari daerah masing-masing merayakan hari jadinya komunitas yang kini mulai melangkah menjadi sebuah komunitas yang terjalin secara nasional.
Ketua Umum CVT Turbonesia Rizky Pratama mengatakan, ”Sebenarnya, mobil bermesin turbo memang membuat pengendaranya tergoda untuk ngebut. Namun, sesungguhnya ini adalah sifatnya personal.”
Mengawali perjalanan konvoi, Rizky mengungkapkan berbagai peraturan konvoi kendaraan. Safety driving lebih membangkitkan kesadaran tentang jalanan secara nyata terkait dengan kepentingan umum. Pengemudi harus sadar, perilaku mengemudi akan berdampak sangat luas bagi pengguna jalan lainnya.
Prosedur konvoi pun harus disadari para anggota CVT Turbonesia. Untuk selamat berkendara sebagai prioritas utama, perilaku tertib berlalu lintas juga sangat diperlukan. Tidak boleh diabaikan, sekalipun konvoi tersebut mendapat pengawalan polisi.
Sesuai ketentuan umum konvoi, setiap pelaksanaan touring harus dipimpin oleh seorang road captain (RC) dan setidak-tidaknya dibantu seorang officer, sweeper, dan jika perlu technical officer; atau disesuaikan dengan jarak dan jumlah peserta touring. RC adalah pimpinan tertinggi yang memimpin seluruh peserta konvoi dalam perjalanan touring.
Semua peserta touring tanpa kecuali harus menaati etika touring, antara lain datang dan berangkat tepat pada waktu yang telah ditentukan. Anggota harus mematuhi seluruh peraturan dan Undang-Undang Lalu Lintas, termasuk di antaranya, tidak menggunakan bahu jalan atau melanggar lampu lalu lintas.
Juga, tidak menggunakan sirene dan lampu strobo atau klakson yang berlebihan terutama pada kondisi macet, kecuali untuk kondisi darurat. Dilarang menggunakan lampu hazard, cukup menyalakan lampu senja atau lampu utama untuk menunjukkan bahwa Anda adalah peserta konvoi.
Peserta touring juga tidak berhak mengatur perjalanan touring selain koordinator touring. Ada juga prosedur, kata Rizky, dilarang keras untuk mengintimidasi pengguna jalan lain, seperti memukul, mencaci, meludah, atau bentuk-bentuk arogansi lainnya. Peserta harus berbaris sesuai nomor urut dan tidak saling mendahului atau berebut jalan sesama peserta konvoi.
Tidak melakukan manuver berbahaya (racing, drifting, zig-zag, atau aksi-aksi berbahaya lainnya). Memberikan kesempatan kepada pemakai jalan lain yang ingin mendahului atau secara terpaksa harus masuk ke dalam barisan konvoi karena kondisi lalu lintas. Menggunakan lampu sein atau isyarat yang sopan saat meminta jalan kepada pengguna jalan lain serta memberikan isyarat tertentu setelahnya sebagai ucapan terima kasih. Waspada dan tetap konsentrasi selama berkendara.
Perilaku berkendara
Rizky mengingatkan kembali, sewaktu perayaan ulang tahun kedua tahun lalu, tema yang diangkat sebetulnya sudah menjadi pijakan tentang perilaku pengendara Honda Civic Turbonesia. Tahun lalu mengangkat tema ”2Good To be Turbo”.
”Kali ini, CVT Turbonesia mengangkat tema yang lebih bermakna. Karena itulah, komitmen menjadi komunitas yang bisa berdiri secara kokoh ditandai pula dengan penanaman mangrove di daerah Semarang,” kata Rizky dalam sambutannya di Hotel Patra Jasa, Semarang.
Semarang dipilih sebagai lokasi utama Anniversary ke-3 CVT Turbonesia karena lokasinya sangat sentral. Seluruh chapter bisa dengan mudah berkumpul di kota ini. Terlebih saat ini seluruh anggota bisa menggunakan fasilitas infrastruktur jalan tol yang sudah semakin baik.
Ketua CVT Chapter Jawa Tengah Rizal mengatakan, penanaman mangrove dilakukan di pesisir Pantai Mangkang Wetan, Semarang. CVT ingin menunjukkan sebuah bukti untuk negeri ini, sekaligus memberikan makna kekuatan yang harus berkembang di komunitas ini.
Selain berkumpul dan melakukan kegiatan membangun lingkungan hidup melalui penanaman mangrove, seluruh anggota komunitas juga melintasi ikon-ikon Kota Semarang. Selain Kota Tua, Kantor Pos Besar Semarang, dan Kelenteng Sam Po Kong, Museum Lawang Sewu juga menjadi destinasi.
Barisan Civic bermesin 1.500 cc turbo terlihat sangat bervariasi. Bukan sekadar warna yang menarik perhatian, ada pula mobil yang sudah dimodifikasi dengan berbagai aksesori sehingga terkesan memperlihatkan tampilan sebagai mobil balap.
Dalam komunitas ini, memang kecintaan pada mobil membuat mereka rela mengeluarkan kocek agak dalam untuk sekadar mempercantik tampilan eksterior—semirip mungkin dengan Honda Civic Type R versi balap—tetapi juga menambahkan komponen asli untuk menambah power. Doddy, misalnya, dengan tersenyum malu menyebutkan, Civic Hatchback miliknya sudah dilengkapi dengan komponen Hondata sehingga tenaga yang semula dimiliki mobilnya meningkat dari 173 Hp menjadi 250 Hp.
”Ya, persisnya saya memang sangat senang mengendarai mobil ini,” kata Doddy.
Lain halnya dengan Mario, dia memodifikasi bagian mesin. Mulai dari ECU Remap Stage 2, Boomba Bypass Valve, downpipe, HKS Legal Exhaust, dan Intake AFE Power. Hasilnya, berdasarkan dyno on wheel, tenaga bisa mencapai 157,1 HP dan torsi 233,9 Nm. Sedangkan dyno on engine mencatat tenaga sebesar 228 Hp dan torsi 340 Nm.
Prasetyo pun memodifikasi mesinnya hingga mampu mencapai waktu terbaik. Dalam 9,81 detik bisa mencapai jarak tempuh sejauh 201 meter. Menurut Prasetyo, modifikasi mesin membutuhkan budget Rp 20 juta hingga Rp 30 juta, tergantung mesinnya.
Sebagai keluarga besar yang baru menjejakkan langkah, kini secara resmi seluruh anggota juga sudah ditetapkan sebagai bagian dari komunitas CVT Turbonesia. Mereka masing-masing mendapatkan member kit berupa seragam CVT Turbonesia, stiker, gantungan kunci, dan sebagainya. (OSA)