Drama 3 Babak BMW Seri 3
Mengendarai BMW Seri 3 adalah menikmati sebuah drama jalan raya. Setiap tikungan, kelokan, turunan, dan tanjakan menjadi bagian dari lika-liku cerita yang penuh sensasi dan terlalu sayang untuk dilewatkan.
Mengendarai BMW Seri 3 adalah menikmati sebuah drama jalan raya. Setiap tikungan, kelokan, turunan, dan tanjakan menjadi bagian dari lika-liku cerita yang penuh sensasi dan terlalu sayang untuk dilewatkan.
Maka, perjalanan uji kendara All New BMW Seri 3 dari Surabaya menuju Seminyak, Bali, 2-4 September 2019, menjadi sebuah drama tiga babak. Setiap babak menyibak satu demi satu kemampuan yang dibawa sedan kompak legendaris ini.
Mobil yang kami uji dalam acara BMW Driving Experience ini merupakan generasi ketujuh BMW Seri 3. Sejak diperkenalkan pertama kali pada 1976, BMW Seri 3 dalam berbagai variannya telah terjual secara total lebih dari 15,5 juta unit di seluruh dunia. Pencapaian itu membuat Seri 3 menjadi model tersukses dalam sejarah BMW.
Sejak diperkenalkan pertama kali pada 1976, BMW Seri 3 dalam berbagai variannya telah terjual secara total lebih dari 15,5 juta unit di seluruh dunia.
Generasi ketujuh Seri 3 (kode model G20) diluncurkan di dunia pada Paris Motor Show 2018 dan dirilis untuk pasar Indonesia di ajang Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS), Juli 2019. Hingga artikel ini diturunkan, ada dua varian Seri 3 G20 yang sudah diluncurkan di Tanah Air, yakni BMW 330i M-Sport dan BMW 320i Sport.
Varian pertama, 330i M-Sport, dibawa dalam perjalanan tiga hari menempuh jarak sekitar 500 kilometer. Varian ini mengusung mesin bensin 4 silinder 2.0 liter (1.998 cc) dari keluarga mesin B48 seperti pada Seri 3 generasi sebelumnya (F30).
Namun, dengan optimalisasi sistem BMW Twinpower Turbo, tenaga mesin ini bisa didongkrak menjadi 258 HP, atau 6 HP lebih tinggi dibanding mesin F30. Torsi pun membuncah hingga 400 Nm, atau naik 50 Nm dari sebelumnya, pada rentang putaran mesin 1.550-4.400 rpm.
Efeknya, akselerasi 0-100 km per jam diklaim bisa dicapai hanya dalam waktu 5,8 detik. Angka yang cukup ”wow” untuk sebuah sedan kompak.
Tenaga mesin baru ini langsung dicoba pada babak pertama drama kami. Begitu rombongan jurnalis dari Jakarta tiba di Bandara Internasional Juanda di Sidoarjo, kami langsung dibawa menuju sirkuit kecil di kompleks Gelora Bung Tomo, Surabaya.
Uniknya, rombongan dijemput para anggota BMWCCI Surabaya. Mereka menggunakan BMW Seri 3 dari beberapa generasi, mulai dari generasi E30 (di Indonesia terkenal dengan julukan BMW ”Mas Boy”), E36, dan E46, yang menyiratkan sejarah panjang sang legenda ini.
Uji kelincahan
Setiba di sirkuit yang biasanya digunakan untuk balapan motor itu, para peserta pun langsung bersiap-siap menjajal kemampuan BMW 330i M Sport. Setiap peserta diberi kesempatan melahap sirkuit sebanyak tiga lap, 1 lap pemanasan, 1 hot lap untuk dicatat waktunya, dan 1 lap untuk pendinginan.
Kompas yang mendapat giliran pertama langsung memindahkan mode berkendara dari Comfort ke Sport untuk mendapatkan akselerasi spontan saat melibas sirkuit, dengan didampingi instruktur mengemudi BMW Gerry Nasution di kursi penumpang.
Begitu mobil dijalankan untuk lap pemanasan, terasa bagaimana tenaga disalurkan dengan sangat lembut melalui transmisi otomatis 8 percepatan. Tidak terasa entakan tenaga yang kasar walau akselerasi tetap berlangsung dengan cepat.
Tikungan pun dilahap dengan presisi, seperti yang diharapkan dari sebuah BMW Seri 3. Penambahan lebar tapak (track width) sebesar 40 milimeter (mm) di poros depan dan 20 mm di poros belakang terasa membuat mobil lebih percaya diri saat diajak menikung dalam kecepatan lumayan tinggi.
Jodie O’Tania, Direktur Komunikasi BMW Group Indonesia, mengatakan, struktur bodi dan sasis mobil ini juga mengalami berbagai sentuhan kebaruan. ”All New BMW Seri 3 ini memiliki bobot lebih ringan 55 kilogram dibanding generasi sebelumnya. Titik pusat gravitasi juga lebih rendah dan distribusi bobotnya kini 50:50,” paparnya.
Titik pusat gravitasi juga lebih rendah dan distribusi bobotnya kini 50:50.
Penurunan bobot ini berkat penerapan material aluminium pada berbagai komponen sasis, bodi, dan kaki-kaki, seperti untuk kap mesin, fender depan, rangka ruang mesin, dan penopang per depan. Pada saat bersamaan, sasis juga dibuat lebih kaku (rigid) hingga 25 persen, membuat pengendalian mobil semakin stabil dan mantap di jalan berkelok.
Terakhir, sistem kemudi elektrik BMW Seri 3 generasi ketujuh ini juga mengalami pembaruan. Dengan fitur variable sport steering, kini kemudi mobil bisa secara otomatis mengubah sudut belok roda dibanding jumlah putaran roda kemudi dalam situasi mengemudi yang berbeda, misalnya saat ngebut di sirkuit atau saat bermanuver ke tempat parkir dalam kecepatan rendah.
Dengan semua fitur ini, mengemudikan Seri 3 di trek balap terasa begitu mudah dan pengemudi biasa pun seolah-olah menjadi mendadak jago di sirkuit. Mobil begitu mudah dikendalikan walau dalam kondisi mengemudi yang agresif.
Satu lagi fitur yang menambah drama pada babak pertama ini adalah Reversing Assistant. Ini adalah sebuah fitur yang berguna saat Anda tidak sengaja masuk ke gang buntu atau tersasar ke jalan yang sempit dan ingin kembali ke jalan yang benar.
Cara bekerjanya adalah komputer mobil merekam perjalanan mobil dalam 50 meter terakhir sebelum berhenti. Saat fitur ini diaktifkan melalui layar monitor utama, mobil secara otomatis akan berjalan mundur mengikuti jalur yang ditempuh 50 meter sebelumnya. Ini dilakukan tanpa pengemudi menyentuh roda kemudi atau pedal gas.
Di bagian lain Sirkuit Bung Tomo, Manajer Komunikasi BMW Group Indonesia Ismail Ashlan mengajak jurnalis mengeksekusi fitur ini. Mobil dijalankan meliuk-liuk sejauh 50 meter sebelum berhenti. Begitu Reversing Assistant diaktifkan, mobil pun otomatis berjalan mundur mengikuti jalur meliuk-liuk yang sama.
Secara statistik, belum jelas berapa kali seseorang bisa tersasar atau masuk gang buntu dalam situasi sehari-hari sehingga BMW merasa perlu menyematkan fitur ini sebagai fitur standar. ”Ini menjadi fitur kunci pembeda di kelasnya. Brand lain tak ada yang punya,” ujar Ismail.
Medan nyata
Setelah beristirahat semalam di Surabaya, keesokan harinya drama babak kedua dimulai. Ini drama berdurasi paling panjang karena kami menguji All New Seri 3 di medan yang sesungguhnya dari Surabaya menuju Seminyak di Bali.
Kami menempuh Jalan Tol Surabaya-Probolinggo sebelum masuk ke jalur pantura melewati Paiton, Situbondo, dan berbelok ke selatan memasuki Hutan Baluran sebelum tiba di Banyuwangi untuk istirahat makan siang.
Kemudian perjalanan diteruskan dengan menyeberangi Selat Bali dari Pelabuhan Ketapang menuju Pelabuhan Gilimanuk. Setelah itu, konvoi yang dikawal patroli kepolisian lanjut ke Seminyak melewati jalur utama Jembrana-Tabanan.
Memasuki jalur pantura, saatnya menguji kegesitan mobil yang berdimensi 76 mm lebih panjang dari pendahulunya (menjadi 4.709 mm), 16 mm lebih lebar (1.827 mm) dan tinggi 1.442 mm itu di tengah kepadatan lalu lintas. Perlu dicatat bahwa jalur pantura selepas Probolinggo masih berupa jalan raya sempit dua lajur untuk lalu lintas dua arah tanpa median jalan.
Di beberapa bagian, sedang ada pekerjaan pelebaran dan pengerasan jalan sehingga konvoi kadang harus diarahkan melewati jalur berlawanan dan melintasi celah sempit di antara truk dan bus yang dibukakan oleh patwal.
Di medan seperti ini, BMW Seri 3 tetap lincah dikendalikan. Ada rasa percaya diri karena kita seolah menyatu dengan mobil saat meliuk-liuk di antara keramaian.
Sepanjang perjalanan ini juga menjadi kesempatan untuk menjajal seluruh mode berkendara yang tersedia, yakni Eco Pro, Comfort, Sport, dan Adaptive. Jika Anda tipe individu yang lebih ingin menikmati perjalanan panjang, mode Comfort dan Adaptive memberikan pilihan dan keseimbangan terbaik antara performa dan kenyamanan mobil.
Seluruh pilihan mode itu tersedia dengan tombol masing-masing yang tinggal dipencet, bukan berupa tuas selektor. Alhasil, pengemudi harus melepas perhatian dari jalanan di depan untuk membaca tulisan pada deretan tombol di samping tuas transmisi sebelum memilih mode berkendara.
Setelah menumpang feri selama sekitar 40 menit, kami pun tiba di Pulau Bali saat hari sudah gelap. Perjalanan di liku berkelok-kelok ini pun ditempuh dalam gelap. Kesempatan untuk menjajal teknologi BMW Laserlight pada lampu depan. Untuk pertama kali teknologi lampu yang mampu menyinari titik hingga jarak sejauh 530 meter di depan mobil ini disematkan pada BMW Seri 3.
Perjalanan panjang di jalan raya yang nyata ini juga menjadi ajang untuk menguji konsumsi bahan bakar. Dengan menggunakan bensin beroktan 95 Shell V-Power, konsumsi BBM BMW 330i M-Sport ini berada pada kisaran rata-rata 11-13,5 km per liter berdasarkan data di layar multi-information display.
Dengan menggunakan bensin beroktan 95, konsumsi BBM BMW 330i M-Sport ini berada pada kisaran rata-rata 11-13,5 km per liter.
Setelah bermalam satu malam di Seminyak, Bali, esoknya kami kembali berkonvoi untuk menuntaskan drama babak ketiga. Kali ini kami menuju Desa Kutuh di dekat Pantai Pandawa, Kabupaten Badung, Bali selatan, untuk membagikan bantuan fasilitas penyaring air bagi masyarakat dalam program Care4Water.
Program yang diinisiasi BMW Group Indonesia bersama LSM Waves for Water ini merupakan program tanggung jawab sosial perusahaan dalam bentuk pemberdayaan masyarakat yang kesulitan mendapat air bersih. Dengan filter yang dibagikan ini, penduduk bisa menyaring air yang kurang bersih menjadi air layak minum di rumah masing-masing.
Perjalanan ini menuntut BMW Seri 3 melintasi jalanan di Bali selatan yang sempit dan tak jarang macet. Kemudian, di bagian akhir perjalanan, sedan berbanderol Rp 979 juta (off the road) ini harus melewati sedikit jalan tanah berbatu-batu. Semua dilalui tanpa kendala.
Demikianlah tiga babak drama yang dilalui bersama Sang Legenda BMW Seri 3 generasi terbaru.