Pemberontakanala Stella Rissa
Kalau saja di akhir 1990-an koleksi gaun pengantin terbaru Stella Rissa sudah keluar, bisa jadi bintang Hollywood, Julia Roberts, bakal meliriknya untuk kostum film Runaway Bride (1999)yang menjadi box office ketika itu.
Film komedi romantis itu bercerita tentang seorang perempuan yang selalu lari dari pernikahannya sendiri. Kabur dengan masih mengenakan gaun pengantin. Sosok tokoh utama yang diperankan Julia itu memang digambarkan sebagai seorang perempuan pemberontak.
Sosok seorang perempuan yang berani menentang norma dalam mengambil keputusan drastis, bahkan di momen atau detik penentuan. Seperti saat tengah akan mengucap janji sakral pernikahan, ikrar untuk selalu sehidup semati.
Nuansa pemberontakan rupanya menjadi tema utama yang diusung Stella lewat rancangan gaun-gaun pengantinnya kali ini. Koleksi bridal terbaru ini ditampilkan Stella pada pergelaran Ikatan Perancang Mode Indonesia (IPMI) Trend Show 2020 pada 6-8 November 2019 di Jakarta.
Stella bercerita tentang tiga sifat dominan yang berusaha dia tonjolkan lewat karya rancangannya. Dia berharap para pemakai gaun-gaun pengantin buatannya itu adalah sosok-sosok perempuan yang pemberani (bold), kuat, seksi, sekaligus juga memikat (alluring).
”Jadi, gaun-gaun buatanku itu khusus untuk perempuan kuat dan berkarakter. Perempuan yang memang tahu apa yang dimauinya. Aku ingin ketika memakai gaun-gaun pengantin itu, mereka bisa bebas berjalan, duduk, berlari, atau bahkan menari dengan mudah,” ujarnya beberapa jam sebelum pergelaran hari pertama dimulai.
Kasual
Salah satu elemen utama yang menunjukkan sisi pemberontakan itu tampak ketika Stella menyandingkan gaun-gaun pengantin buatannya dengan beragam model sepatu kets.Sepatu-sepatu itu juga dipercantik dengan pernak-pernik tambahan, namun tetap mempertahankan sisi kasual.
Stella tak luput memperhatikan tampilan sang pengantin dengan aksesori. ”Bagian rambutnya kami hias, termasuk dengan memberi hairpiece atau juga veil (cadar) dengan warna berbeda dari gaun,” ujarnya.
Aksesori rambut yang dipilih pun menunjukkan keleluasaan berekspresi. Salah satunya, ia memilih bentuk lingkaran halo yang kerap dianggap simbol malaikat.
Sikap pemberontak juga diwujudkan melalui riasan wajah serta gaya rambut yang terkesan minimalis. Tak ada kesan berlebihan, apalagi neko-neko, mengada-ada. Semua tampak simpel, natural, dan serba tidak ribet. Penampilan para model gaun pengantin rancangan Stella itu, selain terlihat alami, juga terkesan sporty lantaran mereka bisa dengan bebas bergerak.
Bentuk pemberontakan lain juga direpresentasikan Stella lewat sentuhan-sentuhan jahitan yang terkesan tak selesai (unfinished). Bagi Stella, kecantikan dan keindahan tak selalu dihasilkan dari sesuatu yang sempurna. Ketidaksempurnaan juga tetap bisa menghadirkan keduanya.
Untuk memperkuat kesan tidak sempurna itu, dia juga menggunakan jenis kain tertentu, seperti organdy tissue. Seperti namanya, bahan itu terlihat tipis, rapuh, dan sedikit menerawang. Hasilnya, beberapa rancangan gaun dengan bahan ini juga romantis dan cantik meski tak terbebani pakem.
Gaun-gaun pengantin selama ini kerap diidentikkan dengan kemegahan, kesucian, serta kepantasan. Beragam pakem konservatif tersebut dilonggarkan dalam rancangan Stella kali ini. Stella juga dengan berani merancang gaun-gaunnya lebih terbuka, terutama di bagian pundak dan punggung, atau belahan dada lebih rendah. Beberapa gaun juga dibuat dengan belahan rok tinggi.
Selain bahan organdy tissue, Stella juga menggunakan bahan lain, french tulle dan italian taffeta. Bahan-bahan itu sama-sama tipis dan lembut, memberi kesan memeluk tubuh.
Stella juga banyak menggunakan teknik draping. Dengan teknik ini, ia membuat busana lewat bahan yang direka-reka pada patung, dibentuk menjadi draperi atau lipatan-lipatan. Selanjutnya, pola digunting berdasarkan draperi tersebut untuk menjadi baju contoh.
Lebih lanjut, walau terkesan berani, Stella juga tetap berupaya menjaga kesakralan momen pernikahan. Caranya, dengan mempertahankan unsur warna putih sebagai warna utama dan dominan di gaun-gaun pengantin rancangannya. Warna putih memang kerap diartikan sebagai simbol kesakralan.
Dengan rancangan berkesan pemberontakan seperti ini, bisa dipastikan tak sembarang orang atau pasangan berani mengenakannya dalam sebuah pesta pernikahan. Setidaknya, selain perlu keberanian, pasangan tersebut juga harus memiliki komitmen untuk memosisikan diri berbeda dari norma-norma kebanyakan.
”Jadi, semangat pemberontakannya juga bisa diartikan sebagai bentuk keberanian dan keinginan untuk bisa keluar dari segala macam norma yang ada,” kata Stella.
Komitmen dan keberanian, setidaknya untuk tampil berbeda dan juga bersikap jujur soal apa yang dimaui, memang sangat dibutuhkan. Setidaknya saat menghadapi penentangan dan sikap konfrontatif dari pemikiran-pemikiran konservatif, terutama dari pihak keluarga sendiri.
Stella Rissa adalah lulusan terbaik sekolah mode LaSalle College Jakarta tahun 2006. Sejak awal kariernya, Stella sukses mengantongi beragam penghargaan, seperti desainer terbaik Cleo Fashion Award 2008 dan Ponds Young Indonesian Designers of the Year 2009. Dia juga diundang berpartisipasi di Malaysia International Fashion Week 2008 dan Audi Singapore Fashion Week 2009.