Mata Elang dalam Mataguru
Ibarat mata elang yang mengawasi dari ketinggian, demikian tersirat pada koleksi Iwan Tirta Private Collection 2020. Tak hanya terfokus satu titik, mata elang memandang keseluruhan sebuah peta. Peta perjalanan hidup mendiang maestro batik Iwan Tirta itulah yang kemudian diterjemahkan dalam koleksi bertajuk Mataguru.
Mataguru berkisah tentang perjalanan Iwan Tirta secara holistik. Perjalanan 50 tahun sang maestro dalam mengumpulkan motif sekaligus perjalanan spiritual mencari jati diri hingga menemukan sosok Iwan Tirta seperti yang kini dikenal publik. Berlatar belakang pendidikan hukum, Iwan Tirta adalah orang Padang yang sangat mencintai Keraton Jawa.
Pada pergelaran Mataguru yang digelar Kamis (28/11/2019), label Iwan Tirta Private Collection menampilkan 36 koleksi busana yang terinspirasi dari pertunjukan wayang kulit. Konsep wayang hadir lewat permainan cahaya dan bayangan. Elemen pohon besar diaplikasikan sebagai dekorasi panggung yang diterjemahkan sebagai pohon hayat.
Mataguru merupakan parade tiga babak yang terbagi dalam Talu, Adeg Jejer, dan Adeg Sabrang yang disatukan oleh suara gong. Diiringi suara gamelan nang neng nong ning gung, suara gong lantas membuka pergelaran busana yang kental nuansa tradisi.
Gunungan kekayon dengan hiasan pohon hayat dan pendopo yang kerap dipakai sebagai simbol pembuka pertunjukan wayang mendominasi motif koleksi yang dipertontonkan di babak Talu. Bukan soal gunungannya, melainkan cerita di dalamnya yang kemudian dijabarkan ke motif.
Keselarasan dalam pohon hayat berpadu dengan motif pendopo rumah yang melambangkan kehadiran Tuhan dalam diri serta aneka flora-fauna. Motif pohon hayat mengisahkan tentang asal-usul kehidupan yang juga simbol siklus hidup. Motif pohon hayat dan pendopo ini mendominasi koleksi dalam motif superbesar. Pada filosofi batik Jawa, semakin besar motif, semakin tinggi pula derajat sosial si pemakai.
Warna-warni koleksi pada babak Talu ini lebih banyak pada warna hitam, putih, dan abu-abu. Masuk lebih dalam ke babak Adeg Jejer, koleksi busana didominasi batik dengan palet khas batik keraton yang klasik, yaitu coklat.
Babak Adeg Jejer sekaligus menjadi simbol perjalanan Iwan Tirta ketika belajar batik dari balik tembok keraton. Maka, muncullah motif keraton ala Iwan Tirta, seperti parang, mangkuto (mahkota), dan gurdo, yang lagi-lagi muncul dalam ukuran motif superbesar.
Gaya ”sartorial”
Pada babak terakhir, babak Adeg Sabrang, berbagai pengaruh budaya asing dalam batik ciptaan Iwan Tirta kemudian dimunculkan lewat warna-warni terang, seperti burgundy dan hijau. Motif populer Iwan Tirta tampak pada hiasan bunga mawar hingga burung hong yang diperbesar dengan teknik coletan. Pengaruh budaya Eropa dan China segera terasa pada setiap potongan busana batik.
Stilasi bunga dan burung hadir dalam kombinasi warna cerah menjadi porsi utama sebagaimana ciri khas utama motif batik pesisir Jawa yang banyak dipengaruhi budaya asing. Babak Adeg Sabrang ini adalah tentang bagaimana Iwan Tirta mengadaptasi paparan mode internasional ke dalam batik tradisional.
Gaya sartorial yang mementingkan kerapian teknik jahitan menjadi sorotan utama dalam 36 koleksi busana. Kerapian jahitan dengan motif batik ekstrabesar ini hanya mungkin dilakukan dengan persiapan amat matang. ”Teknik pola lantas digabungkan dengan teknik pembatikan,” ujar Widiyana Sudirman, CEO Iwan Tirta Private Collection.
Setiap koleksi harus melewati perjalanan panjang, mulai dari pemilihan motif, desain, layout, pembatikan, baru kemudian pemotongan yang membutuhkan waktu total hampir dua tahun. Motifnya dipilah dari 13.000 koleksi motif batik karya Iwan Tirta. Setiap lembaran batik melibatkan 10 pembatik selama delapan bulan. Ada lebih dari 600 pembatik yang bekerja sama dengan Label Iwan Tirta Private Collection.
Dari 36 koleksi busana Iwan Tirta Private Collection 2020, 15 koleksi merupakan busana pria. Busana pria didominasi kemeja batik yang dipadukan dengan beragam luaran, seperti jas hitam panjang. Gaya kombinasi etnik modern ditonjolkan lewat perpaduan coat, sarung, hingga celana pendek. Busana pria ini pas dipakai untuk nuansa formal ataupun edgy.
Untuk busana perempuan, terdapat beragam pilihan kombinasi gaun, celana panjang, dan outer (luaran). Batik Iwan Tirta yang mengusung koleksi modern dan mewah semakin terasa dari kombinasi material sutra satin dan sutra tenun dengan material tule. Eksotisme batik menjadi semakin sempurna dengan aksesori yang sengaja berukuran dominan besar, seperti anting-anting besar, bros, dan tas genggam (clutch) karya Rinaldy Yunardi.
Perspektif guru
Mataguru sengaja dihadirkan untuk memberi pengetahuan tentang perjalanan hidup Iwan Tirta secara holistik. Berangkat dari mempelajari tari di Keraton Mangkunegaran, Iwan Tirta lantas belajar batik dari Ibu Sud dan Go Tik Swan.
”Mataguru itu sebuah perspektif. Eagle view. Tidak hanya melihat produk, tetapi juga melihat value cerita dari guru-guru Iwan Tirta,” ujar Creative Director Iwan Tirta Private Collection Era Soekamto.
Iwan Tirta juga belajar dari raja-raja Jawa, terutama Mangkunegara IV lewat Serat Wedhatama. Ia pun belajar dari Serat Wulangreh dan Serat Centhini hingga belajar dari guru sejati dalam dirinya lewat laku lampah, seperti berpuasa. ”Batik sebagai visual komunikasi dari laku lampah. Awalnya batik hanya di keraton sebagai visual komunikasi untuk para raja,” tambah Era.
Selain lewat koleksi batik, pergelaran busana kali ini juga memutar film pendek Perjalanan Sehelai Kain yang mengisahkan perjalanan batik sebagai warisan budaya dengan proses panjang untuk menghasilkan sehelai kain. Di awal pergelaran busana, tim senior Iwan Tirta Private Collection, termasuk pembatik yang pernah bekerja langsung bersama Iwan Tirta, turut tampil di panggung.
Tidak meninggalkan pakem budaya, koleksi Iwan Tirta tetap berupaya tampil relevan dengan zaman. Untuk memenuhi permintaan konsumen, motif batik tak lagi dibuat penuh pada selembar kain. Seluruh koleksi yang diperagakan kali ini pun hadir ready to buy atau langsung bisa dibeli di lima toko Iwan Tirta. Untuk pertama kalinya, Iwan Tirta Private Collection juga bergabung dengan plaftorm perusahaan e-dagang JD.id untuk penjualan yang menyasar konsumen lebih muda.