Rute lari sangat berpengaruh pada kenyamanan pelari jarak jauh dalam mengikuti perlombaan. Selain aman bagi pelari, lebar jalan juga perlu menjadi bahan pertimbangan.
Oleh
Prayogi dwi sulistyo
·4 menit baca
Rute lari sangat berpengaruh pada kenyamanan pelari jarak jauh dalam mengikuti perlombaan. Selain aman bagi pelari, lebar jalan juga perlu menjadi bahan pertimbangan. Namun, itulah tantangan dan keunikan lomba lari Air Force Run 2019 yang digelar TNI Angkatan Udara.
Air Force Run (AFR) 2019 diselenggarakan TNI AU di apron Skadron Udara 45 Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Minggu (8/12/2019). Pagi itu, pelari terlihat sangat antusias. Mereka bersemangat karena dapat berlari di antara pesawat tempur TNI AU.
Akan tetapi, para pelari kesulitan memaksimalkan kemampuannya dalam berlari. Beberapa titik lintasan lari yang dilewati cukup sempit, yakni berkisar 4-5 meter. Jalur yang sempit tersebut dipenuhi pelari karena dilintasi 5.141 peserta yang terpecah menjadi beberapa gerombolan.
Padahal, lintasan untuk start perlombaan ini cukup lebar, yakni sekitar 12 meter. Namun, ketika keluar dari landasan pacu pesawat, peserta melintasi beberapa jalan yang sempit. Jalan tersebut belum terlalu jauh dari titik start sehingga masih banyak pelari yang melintasi secara bergerombol.
Di beberapa titik, para pelari tidak dapat melaju karena di depannya terdapat peserta lain yang memilih berjalan kaki. Selain itu, jarak waktu start antara peserta 10 kilometer dan 5 kilometer hanya sekitar 10 menit sehingga pelari 5 km yang ingin berlari cepat terhambat peserta 10 km yang berjalan kaki.
Anggota BSD Running Buddies Slamet Widada (45) yang berlari di kategori 5 km sulit memperoleh catatan waktu terbaik. Ia beberapa kali terhambat oleh pelari 10 km yang berjalan kaki di depannya.
”Saya beberapa kali tertahan oleh pelari 10 km sehingga tidak dapat berlari dengan stabil,” kata Slamet.
Saya beberapa kali tertahan oleh pelari 10 km sehingga tidak dapat berlari dengan stabil.
Pelari yang beberapa kali menjadi pacer atau pemacu kecepatan dalam lomba lari tersebut gagal mencapai waktu terbaiknya, yakni 19 menit. Ia harus puas finish di peringkat ke-7 dengan catatan waktu sekitar 20 menit.
Hal serupa dituturkan perempuan peserta lari 5 km Ida Dahlia Luther (49). Ia mengaku kesulitan berlari karena tidak ada ruang kosong yang bisa dilintasi.
”Seharusnya dengan jalan yang tidak begitu lebar, panitia memberi tahu agar peserta yang berjalan kaki di sebelah kiri sehingga yang ingin berlari dapat melintas,” ujar Ida.
Ia pun mengusulkan agar jarak waktu start antara 10 km dan 5 km selama 30 menit sehingga tidak penuh di awal perlombaan. Selain itu, start lomba sebaiknya dimulai sekitar 05.30 agar tidak terlalu panas. Ketika start dimulai lebih dari pukul 06.00, peserta akan kepanasan ketika jalur yang dilewati tidak ada pepohonan.
Berbeda dengan Slamet dan Ida yang berusaha mengejar waktu terbaiknya, peserta 10 km Ben Sudirman Saragih (58) merasa senang karena dapat berlari dengan aman dan nyaman sebab tidak ada kendaraan bermotor yang melintas.
Meskipun demikian, ia juga mengeluhkan rute lari yang sempit ketika keluar dari landasan pesawat. Ia harus berdesak-desakan dengan peserta lain sehingga kurang leluasa berlari.
Mengenal TNI AU
Kendati sedikit kecewa dengan rute lari, para peserta AFR yang ke-4 ini mengaku senang mengikuti perlombaan ini. Mereka dapat mengenal lebih dekat TNI AU. Mereka juga mengapresiasi keramahan para anggota TNI.
Mereka juga dapat berfoto ria di depan pesawat tempur TNI AU. Secara khusus, TNI AU memajang pesawat jenis Hercules, CN-295, Boeing 737, dan helikopter. Selain itu, peserta juga dapat melihat atraksi pesawat trike dan pertunjukan aeromodeling atau permainan miniatur pesawat terbang.
Sebelum start, peserta disuguhi atraksi dari pasukan khas TNI AU. Seusai berlari, peserta juga dihibur dengan panggung musik dan atraksi dari Brigade Anjing Polisi Militer Angkatan Udara. Tim khusus tersebut melakukan simulasi penyergapan musuh dengan menggunakan anjing pelacak K-9.
Salah satu peserta 5 km Rudi Heryanto (43) yang baru mengikuti lomba lari pertama kali mengaku senang dengan suasana AFR. Ia pun tertarik untuk mengikuti lomba lari lainnya dengan jarak yang lebih jauh agar dapat menurunkan berat badan.
Komandan Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma Marsekal Pertama TNI M Tonny Harjono mengaku senang dengan antusiasme masyarakat yang tinggi. ”Kami merasa seperti satu keluarga dan masyarakat seperti di rumah sendiri. Mereka menikmati suasana alam di Halim Perdanakusuma,” kata Tonny.
Terkait dengan keluhan rute lari yang kurang nyaman, hal tersebut akan menjadi bahan evaluasi untuk penyelenggaraan AFR berikutnya. Ia akan mencoba mencari jalan terbaik agar peserta nyaman mengikuti kegiatan ini.
Race Director AFR 2019 Kolonel Sus Muhammad Yuris mengaku, pemilihan rute yang ada saat ini berdasarkan pertimbangan karena banyak pepohonan sehingga peserta tidak kepanasan saat berlari. Rute tersebut melintasi hutan kota yang dipenuhi pohon yang rindang.
Ia juga mengakui, jarak start antara 10 km dan 5 km terlalu dekat sehingga terjadi tubrukan. Untuk penyelenggaraan selanjutnya, Yuris akan mencoba mencari rute baru dengan pertimbangan kenyamanan peserta dalam berlari.
”Di sini banyak jalan yang bisa dipakai (untuk perlombaan lari),” kata Yuris.