Guyuran Romansa Boyz II Men
”Dan kan kubawa semua ingatanku. Untuk kemudian kujadikan mereka bak sinar mentari seusai turunnya hujan. Teramat sulit untuk mengucap selamat tinggal pada masa lalu”.
Itulah terjemahan bebas penggalan lirik lagu ”It’s So Hard to Say Goodbye to Yesterday”, salah satu hit Boyz II Men yang kembali dihadirkan oleh kelompok vokal R&B asal Philadelphia, Amerika Serikat, itu di Jakarta, Rabu (4/12/2019) malam.
Trio beranggotakan Wanya Morris, Nathan Morris, dan Shawn Stockman tampil dalam rangkaian Tur Asia 2019. Jakarta menjadi ibu kota negara kedua yang disinggahi setelah tampil di Kuala Lumpur, Malaysia.
Setelah Jakarta, berturut-turut ketiganya akan menebar lantunan cinta dan romansa lewat lagu-lagu mereka di sejumlah ibu kota negara lainnya di Asia, yakni Bangkok (Thailand), Singapura, Manila (Filipina), dan Seoul (Korea Selatan).
Bersamaan dengan derasnya guyuran hujan yang mulai membasahi bulan Desember di Jakarta, Rabu malam, Morris bersaudara dan Shawn juga ”mengguyur” para penggemar mereka dengan sejumlah tembang hit penuh kenangan.
Nuansa serta atmosfer cinta terasa menghangatkan malam itu di area konser, aula Tennis Indoor, Gelora Bung Karno, Jakarta. Nyaris tak ada satu pun lagu yang tidak disambut jerit histeris penonton.
Lagu-lagu Boyz II Men memang pernah berjaya. Hal itu terbukti antara lain dari beragam pengakuan dan penghargaan bermusik dunia, yang telah mereka dapatkan. Mulai dari 4 anugerah bergengsi Grammy Awards, 9 American Music Awards, 9 Soul Train Awards, 3 Billboard Awards, dan MOBO Awards.
Penggemar fanatik mereka pun hafal lirik nyaris semua hit mereka di luar kepala. Para penonton, kebanyakan kaum hawa usia 30 tahunan, dengan bersemangat ikut bernyanyi dan menggoyangkan badan. Mereka bahkan rela merogoh kocek membeli karcis seharga kisaran Rp 900.000 hingga Rp 2,6 juta untuk menonton malam itu.
Para penggemar ini berkonsentrasi menyimak penampilan Boyz II Men dengan penuh ekspresi. Ada yang girang, sebagian lagi menyimak dengan mata berkaca-kaca. Mereka ikut menyanyikan bait demi bait lagu dengan pandangan mata yang seolah dipenuhi ingatan dan memori indah masa lalu.
Mungkin di situ ada ingatan tentang romansa masa muda, saat pertama kali jatuh cinta, patah hati, lalu ketika mencoba menata kembali hati yang terserak. Boyz II Men memang piawai menciptakan dan menyanyikan lirik-lirik lagu cinta yang memprovokasi kenangan.
Mereka amat tenar di era 1990-an dengan lagu-lagu bergenre hip hop, R&B, akapela, balada, dan tentu lirik romantis mendayu-dayu. Keberadaan mereka juga menginspirasi kemunculan banyak penyanyi solo dan kelompok R&B lainnya.
Aksi komunikatif
Pada penampilan kali ini, Boyz II Men memilih lagu pembuka yang energik, ”Motownphilly”. Wanya yang kerap menjadi lead vocal tampil lincah bernyanyi dan menari, jauh lebih energik dibandingkan dengan dua rekan lainnya.
Wanya memang gemar berjoget, begitu ujar Shawn dari atas panggung.
Para personel kelompok vokal yang kualitas suaranya masih terjaga itu berdialog dan bergantian bercanda dengan para penonton. Mereka juga sesekali menyorongkan mikrofon meminta mereka yang hadir ikut berdendang.
Ajakan itu tentu saja disambut dengan penuh suka cita. Pada saat lagu ”One Sweet Day” dibawakan, para penonton bahkan seolah mengisi dan menggantikan porsi suara Mariah Carey di lagu itu.
Di sisi lain, saat membawakan hits ”On Bended Knee”, di akhir lagu Shawn benar-benar bersimpuh di lantai panggung, seolah tengah memohon. Lagu tersebut memang berkisah tentang pengakuan sekaligus permohonan maaf dari seorang kekasih atas kesalahan yang telah terjadi. Gestur Shawn di atas panggung kontan memicu, lagi-lagi, jerit histeris penonton.
Selain aksi panggung yang komunikatif, penampilan ketiganya juga masih sangat prima, dengan kualitas olah vokal yang seolah tak bisa ditawar. Baik Shawn, Wanya, maupun Nathan masih mampu merangkai nada-nada tinggi dan rendah, seolah semau-maunya, tetapi memukau.
Suara yang terdengar dari atas panggung bisa dibilang tak jauh berbeda dengan yang bisa didengar dari hasil rekaman dan album-album mereka dulu. Semakin malam, ekspresi para penonton pun semakin lepas dan ambyar. Para penonton di deretan kursi depan panggung banyak berdiri mendekati pagar pembatas.
Apalagi ketika Wanya turun dari atas panggung dan menghampiri mereka, dengan hanya dihalangi pagar pembatas. Bersama dua rekannya mereka juga membagi-bagikan beberapa kuntum bunga mawar ke para penggemar, yang maju dan saling berebut mendapatkan mawar-mawar itu.
Selain membawakan lagu-lagu hit, para personel Boyz II Men juga unjuk kebolehan lain. Shawn dan Nathan masing-masing memamerkan kemampuan mereka bergitar dan memainkan bas, sementara Wanya terus bernyanyi.
Lagu-lagu yang mereka bawakan pun lumayan beragam dan dilantunkan secara medley. Lagu-lagu hit penyanyi lain, mulai dari dua hit Lenny Kravitz, ”Are You Gonna Go My Way” dan ”American Woman”, lalu ”Locked Out in Heaven” milik Bruno Mars, dan ”Come Together” milik The Beatles juga mereka bawakan.
Penampilan dengan lagu medley tersebut ikut menghangatkan suasana. Para penonton terus bernyanyi dan bergoyang lantaran mereka tahu semua lagu tadi. Kehadiran dan penampilan Boyz II Men di Tur Asia 2019 kali ini sekaligus juga menandai 29 tahun karier bermusik mereka.
Secara berkelakar, Wanya menyebut waktu yang lama itu membuat siapa saja, termasuk para personel Boyz II Men, mengalami yang namanya kehilangan (lost) dan penambahan (gain) sesuatu. Sambil mengatakan itu, dia menunjuk rambut di kepala dan timbunan lemak di perutnya. Penonton pun tertawa.
”Terima kasih, berkat kalianlah kami bisa bertahan selama ini,” ujar Wanya yang sekaligus juga menjadi pernyataan penutupnya.
Konser pun ditutup dengan dua lagu pamungkas, ”I’ll Make Love to You” dan ”End of The Road”. Rintik hujan berubah menjadi gerimis kecil di langit Jakarta. Seolah ikut menggambarkan romansa.