Berawal dari Toulon, Prancis, 40 tahun yang lalu, kendaraan segala medan Mercedes-Benz G-Class mulai mengaspal di jalan raya. Jumlahnya yang diproduksi terbatas membuat legenda hidup ini sangat digemari di Indonesia.
Oleh
FAJAR RAMADHAN
·5 menit baca
Berawal dari Toulon, Perancis, 40 tahun yang lalu, kendaraan segala medan Mercedes-Benz G-Class mulai mengaspal di jalan raya. Jumlahnya yang diproduksi terbatas membuat legenda hidup ini sangat digemari di Indonesia. Hingga kini, kendaraan ini masih menjadi simbol ketangguhan dan daya tahan.
Pada Jumat (06/12/2019) pagi, Kompas berkesempatan menjajal salah satu varian G-Class yang terbilang langka, yakni Mercedes-Benz G 500 buatan tahun 2000. Jip Mercy milik Peter Anugrah, salah satu pegiat Komunitas Mercedes Jip Indonesia (MJI) tersebut, dibawa menuju Yogyakarta untuk mengikuti ajang Jambore Nasional Mercedes-Benz Club Indonesia ke-14, Sabtu (7/12/2019).
Sang pemilik tidak ikut serta dalam turing singkat tersebut. Namun, Kompas bersama sejumlah jurnalis didampingi oleh Public Relations Department Manager PT Mercedes-Benz Distributor Indonesia Dennis A Kadaruskan sempat merasakan sendiri kendaraan tangguh ini.
Berdasarkan majalah The Immortal Mercedes-Benz G-Class oleh SUV Syndicate, jumlah Mercedes-Benz G 500 di Indonesia bisa dibilang langka. Hal ini terjadi karena pada medio 1997-2000, hanya ada 450 unit G 500 yang diproduksi di dunia. Dari jumlah tersebut, hanya 51 unit di antaranya yang diproduksi dengan setir kanan.
Sang pemilik G 500 ini mempertahankan bentuk asli mobil dari pabrikan awal, baik dari segi interior maupun eksterior. Hanya ada perubahan minor yang dilakukan, misalnya memasang velg Brabus Monoblock V1 20 inci khusus G-Class dan ban Yokohama ukuran 295/50. Perubahan lain dilakukan pada sistem audio.
G 500 yang kami coba ini menggunakan sistem transmisi otomatis 5 percepatan dengan sistem gerak empat roda (4 wheel drive) yang memiliki 3 differential locks menjadi perlengkapan standar. Bentuknya yang panjang dan besar memang menjadikan kendaraan ini terasa berat. Namun, tidak serta-merta membuat kekuatannya loyo.
Jip Mercy warna hitam ini menggunakan mesin V8 berkapasitas 5.0 liter sehingga mampu memberikan tenaga yang besar sekaligus halus. G500 bisa menghasilkan tenaga maksimum sebesar 292 HP dan torsi maksimum 456 Newton meter (Nm) pada rentang putaran mesin 2.800-4.000 rpm.
Di bagian eksteriornya terdapat garis timbul berwarna perak yang sejajar dengan handel pintu. Garis ini menunjukkan batas aman genangan air yang dapat dilewati. Tingginya sekitar 80 centimeter (cm) dari permukaan tanah.
”G 500 mempunyai bentuk yang sangat khas. Selain lampu utama yang berbentuk bulat besar, bagian spion dan kaca-kacanya juga dibuat lebar,” kata Dennis.
Suara ”jleb” yang khas memberikan sensasi tersendiri saat menutup pintu G 500 ini. Suara pintu menutup ini bahkan menjadi satu hal yang wajib dipertahankan hingga generasi terbaru G-Class diluncurkan tahun lalu.
Di balik sejumlah keistimewaan yang melekat pada usianya yang sudah tidak muda lagi, G 500 harus sering-sering mampir ke SPBU. Berdasarkan pengalaman pada perjalanan ini, konsumsi BBM-nya sekitar 1 liter untuk 5 kilometer. Sebagai gambaran, perjalanan Jakarta-Cirebon kira-kira menghabiskan setengah dari isi tangki.
Menderu tinggi
Saat melaju di lalu lintas padat ruas Tol Jakarta-Cikampek, bodi tinggi dan besar diiringi dengan suara mesin G500 yang menderu tinggi seakan memberi isyarat bagi kendaraan lain untuk segera menyingkir. Di dalam kabin, alunan melodi, bass dan drum ”Like a Stone” dari Audioslave menggema dari sistem audio.
Napas G 500 tak terengah-engah sedikitpun meski menjelajahi jalanan Jakarta-Yogyakarta-Jakarta yang berjarak lebih dari 1.000 kilometer selama tiga hari. Meski memiliki bodi besar dengan postur jangkung, kondisi mobil tidak terasa limbung saat melintas di jalan bergelombang dengan kecepatan tinggi, misalnya saat melewati lajur kiri di Kilometer 316 Tol Semarang-Pemalang.
Kondisinya yang stabil tersebut membuat penumpang yang berada di kursi depan maupun belakang tidak merasakan pusing atau mual saat berlama-lama memainkan gawai. Untuk urusan ini, G 500 yang tergolong uzur ini seakan enggan dibilang tertinggal dibandingkan jajaran SUV-SUV anyar lainnya.
Kenyamanan semakin komplet dengan ruang interior yang lapang. Menjadikan posisi duduk pengemudi dan penumpang leluasa meski diisi lima penumpang. Terlebih, keberadaan jok sporty-nya amat mudah ”melelapkan” para penumpang. Dua jok depan juga dilengkapi dengan pemanas untuk menghadapi cuaca ekstrem.
”Selain aman, jok yang besar juga memberikan rasa aman saat berkendara di medan apa pun,” kata Dennis.
Sebagai salah satu varian G-Class, G 500 sebetulnya identik dengan kendaraan kemiliteran. Di Indonesia, misalnya, mobil ini digunakan sebagai kendaraan Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres).
”Desainnya yang kotak bisa digunakan untuk transportasi profesional dan medan off-road. Karakter ini yang menjadi alasan kenapa G-500 masih banyak dicari,” ujar Dennis.
Di sepanjang perjalanan Jakarta-Yogyakarta-Jakarta, G 500 ini bak menjadi primadona. Saat tiba di pelataran Candi Prambanan, lokasi puncak perayaan Jambore Nasional Mercedes-Benz Club Indonesia, banyak mata tertuju padanya. Kedatangannya tak luput dari jepretan foto para peserta jambore.
Kedigdayaan G500 juga terbukti di Jalan Solo-Jogja, sepulang dari jambore. Saat tengah berjalan santai di lajur kiri, iring-iringan salah satu komunitas Mercedes-Benz Club Indonesia membunyikan klakson sambil mengeluarkan jempol dari balik kaca mereka.
G-Class di Indonesia memang memiliki penggemar yang amat fanatik. Di sisi lain, nilai jual Gelandewagen (sebutan untuk jajaran G-Class) ini kadang tak berbanding lurus dengan usianya. Menurut Dennis, nilai jual Jip Mercy G 500 milik Peter ini ditaksir masih mencapai Rp 1,5 miliar.
Menjelajahi dunia
Bukti lain ketangguhan Glandewagen lain juga ditunjukkan oleh Komunitas Mercedes-Benz Banten melalui Ekspedisi Mengembara Lintas Benua (MLB). Sejak Mei 2018 hingga Oktober 2019, mereka menjelahi 49 negara di tiga benua di dunia. Salah satu kendaraan yang mereka gunakan adalah Mercedes-Benz G 300 produksi tahun 1995.
Jip Mercy G 300 yang digunakan juga masih mempertahankan kondisi aslinya. Mulai dari desain, mesin, hingga ban yang digunakan masih bermodel sama dengan yang melekat pada mobil ini pada 25 tahun yang lalu. Salah satu kendala yang dihadapi lagi-lagi adalah konsumsi bahan bakarnya yang cukup tinggi.
”Salah satu medan paling menantang kami lewati di Kirgizstan. Jalanan yang kami lalui adalah jalan bebatuan pada ketinggian 3.000 meter di atas permukaan laut (mdpl),” kata Pemimpin Tim MLB Iip Aminullah.
Tim ekspedisi yang terdiri dari tujuh orang tersebut menghabiskan waktu sekitar 1,5 tahun untuk menempuh jarak sepanjang 87.000 kilometer. Visi mereka, selain membuktikan eksistensi komunitas Mercy di Indonesia, juga untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Indonesia di negara lain. Itulah alasannya, di kaca depan G300 mereka terpampang tulisan ”Indonesia” berwarna merah putih.