Ruang Menyemai Ide
Tempat berseminya ide mengilhami lahirnya Kebun Ide di kawasan Bintaro, pada pertengahan 2019. Di atas lahan sekitar 3 hektar, ruang-ruang yang memungkinkan bertemu dan tumbuhnya berbagai gagasan itu terhampar.
Ide sering kali muncul di tempat tak terduga. Duduk di bawah sekelompok pohon palem yang tertata apik, dengan batu-batu bertebaran sebagai pijakan, berteman secangkir kopi atau teh jahe, gagasan kreatif tentunya bisa tersemai dan tumbuh subur.
Menjadi tempat berseminya ide inilah yang mengilhami lahirnya Kebun Ide di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan, pada pertengahan 2019. Di atas lahan seluas kurang lebih 3 hektar, ruang-ruang yang memungkinkan bertemu dan tumbuhnya berbagai gagasan itu terhampar.
Menjelang sore, Rabu (27/11/2019), sekelompok anak tengah berlarian di tanah lapang di pelataran depan Kebun Ide. Di tepian lapangan terdapat sebuah instalasi berupa trampolin yang juga dipamerkan dalam ajang Bintaro Design District 2019. Segera saja trampolin itu menjadi tempat mainan favorit mereka.
Tak jauh dari trampolin, di depan gerai gelato, ibu-ibu mereka duduk lesehan melingkar di atas tikar sembari menikmati pasta. Obrolan berlangsung seru, diselingi tawa renyah.
”Awalnya mau dibuat co-working space, tetapi sepertinya sudah terlalu banyak. Lalu terpikir, saya menulis buku Brand Gardener. Analogi tentang berkebun kreatif itu tertancap (di ingatan). Jadilah Kebun Ide ini,” ungkap Handoko Hendroyono, CEO Kebun Ide.
Selain itu, Kebun Ide juga terinspirasi dari pengamatannya terhadap tren konsumen sekarang yang semakin sadar untuk menelusuri balik apa saja yang dikonsumsinya. Konsep from farm to plate/cup/scoop juga berlaku di tempat ini.
Di antaranya adalah gelato. Kedai gelato itu seolah menyambut pengunjung yang berjalan melintasi jalan sempit untuk menuju bagian dalam Kebun Ide. Lokasinya di tepi tanah lapang, dilengkapi bangku-bangku di samping kedai dan tikar-tikar dengan bantal empuk di depannya.
Tersedia gelato yang diolah sendiri dari tanaman yang ditanam di Kebun Ide, seperti pakcoy dan rosemary. Dari pakcoy yang dikembangkan secara hidroponik, dapur Kebun Ide mengolahnya menjadi pakcoy lemon gelato. Rasanya asam segar, membuat mata terpicing dan liur pun terbit.
Taman di bagian belakang Kebun Ide itu memang dimanfaatkan sebagai sarana edukasi tentang berkebun organik di lahan terbatas. Ada beragam tanaman yang terdapat di situ. Pakcoy yang subur dan segar memenuhi sebidang lahan hidroponik. Banyak pula bibit tanaman yang masih kecil, seperti bayam merah.
Begitu juga dengan sajian kopi yang berasal dari petani dan diolah pegiat kopi. ”Spirit dari hulu ke hilir memang harus terus ditanamkan. Setidaknya orang akan semakin sadar akan sumber makanan dan menghargai alam,” tutur Handoko, tentang konsep tersebut.
Tropis
Bangunan kafe dibuat dengan konsep tropis. Kaca-kaca lebar dan miring menghiasi sisi-sisi kafe, membuat orang seakan bisa melihat langsung alam sekitarnya yang dipenuhi pepohonan.
Sore sehabis hujan, suasana terasa sejuk. Sisa-sisa buliran air hujan masih menempel di kaca-kaca. Sisi kaca yang miring dengan tanaman hijau segar di bawahnya, ditambah deretan bangku berbantal nyaman, itu menjadi salah satu spot foto yang Instagramable bagi pengunjung.
Di kafe tersedia beragam menu makanan, seperti aneka cake, pasta, nasi goreng, soto, juga camilan seperti french fries, lumpia, samosa, dan singkong goreng. Minuman tersedia dari aneka jus, olahan kopi, juga teh dan cokelat.
Pengunjung bisa memesan makanan dan minuman untuk dinikmati di segenap area Kebun Ide. Bisa di dalam kafe, di bangku-bangku di taman, ataupun di tikar di tepi tanah lapang, untuk menikmati suasana yang berbeda.
Kafe tersebut bisa disulap menjadi kelas tempat beragam kegiatan bisa diselenggarakan. Handoko menjelaskan, sudah banyak komunitas yang memanfaatkannya untuk bermacam kelas, seperti berkebun, ukulele, sketsa, gelato, tenun, kain celup, kopi, hingga pemutaran film.
Kumpul-kumpul komunitas pun kerap dilakukan di Kebun Ide. Selain kelas, kafe bisa pula dimanfaatkan untuk ruang pameran lukisan, foto, atau karya seni lainnya.
Di halaman terdapat tempat-tempat duduk untuk menikmati makanan dan minuman di bawah pohon palem yang tertata rapi dalam jarak tertentu. Dugaan Handoko, di atas lahan itu pernah dibuat pembibitan palem. Saat cuaca cerah, menikmati hidangan sembari mengobrol di tempat itu terasa menyenangkan.
Respons alam
Tak hanya untuk duduk menikmati makanan dan minuman, halaman Kebun Ide yang luas juga menjadi ajang untuk merespons alam dalam bingkai kreativitas. ”Misalnya dalam kerangka Bintaro Design District ini. Ruang-ruang di Kebun Ide dikembangkan agar orang-orang bisa merespons ide kami. Sifatnya saling merespons, interaktif,” papar Handoko.
Selain trampolin di bagian depan, di bagian belakang Kebun Ide berdiri pula sebuah instalasi yang dibuat dari barang bekas berupa kerat minuman teh dalam botol. Kerat-kerat itu disusun sedemikian rupa, ditopang dengan beberapa tiang, membentuk sebuah bangunan yang difungsikan sebagai mushala.
Di beberapa bagian kerat diberi tanaman sehingga terlihat lebih asri. Meskipun dari luar tidak tampak, ternyata bagian dalam ruangan cukup lapang. Bangunan itu langsung menarik perhatian karena keunikannya.
Di sisi lain halaman berdiri sebuah instalasi dengan fasad kaca dengan lorong berkelok memanjang di bagian dalamnya. Handoko menjelaskan, instalasi itu dibuat untuk Java Jazz beberapa waktu lalu. Namun, instalasi tersebut sedang ditutup untuk renovasi.
”Kami ingin tempat ini menjadi tempat yang bisa memunculkan partisipasi publik. Ada unsur mendidik, memberi penyadaran kepada publik,” imbuhnya.
Ada hal lucu sekaligus agak ironis yang dialami Handoko saat awal membuka Kebun Ide. Tidak sedikit orang yang menelepon dan bertanya ”bayarnya berapa?” jika ingin datang ke Kebun Ide dan sekadar ”piknik” di tempat itu. Padahal, masuk ke Kebun Ide gratis untuk semua orang, kecuali tentu ada harga makanan dan minuman jika membelinya di kafe Kebun Ide.
”Itu menyadarkan saya betapa ruang publik di kota ini memang mahal,” ujarnya.
Selebihnya, Kebun Ide bisa menjadi tempat bagi siapa saja untuk bermain dan berkarya. Anak-anak bisa sejenak lepas dari gawai dan berlarian di tanah lapang. Keluarga bisa menikmati waktu santai sembari bersantap.
Orang-orang yang bergerak di bidang kreatif juga bisa mendapatkan ruang untuk bertukar pikiran, berbincang, dan bersama-sama mewujudkan ide-ide mereka.