Tujuh anggota tim Mercedes-Benz Club Banten melintasi 49 negara di tiga benua untuk melihat pengaruh Indonesia di mata dunia. Lebih dari 87.000 kilometer jalanan dilalui selama sekitar satu setengah tahun.
Oleh
FAJAR RAMADHAN
·5 menit baca
Tujuh anggota tim Mercedes-Benz Club Banten melintasi 49 negara di tiga benua untuk melihat pengaruh Indonesia di mata dunia. Lebih dari 87.000 kilometer jalanan dilalui selama sekitar satu setengah tahun bersama dua mobil ”tua” mereka.
Sebuah jip Mercedes-Benz berwarna putih terparkir di salah satu stan Jambore Nasional Mercedes-Benz ke-14 di Candi Prambanan, DI Yogyakarta, Sabtu (7/12/2019). Jip Mercy G300 tahun 1995 tersebut tampak masih mempertahankan bentuk aslinya, mulai dari kaki-kaki, bodi, hingga interior.
Mobil inilah yang mengantarkan tim ekspedisi Mengembara Lintas Benua (MLB) dari Mercedes-Benz Club (MBC) Banten mengelilingi 49 negara di tiga benua. Buntalan kain hitam berdimensi 1,5 meter x 1 meter x 0,5 meter yang diletakkan di roof rack mempertegas hal tersebut. Di dalamnya berisi peralatan ekspedisi, seperti tenda dan matras.
Tak jauh dari jip Mercy, terparkir Mercedes-Benz 280 E tahun 1983. Walau sudah terbilang uzur, mobil sedan berwarna putih ini yang menemani G300 melakukan ekspedisi di tiga benua. Ketangguhan mobil sedan yang mendapat julukan ”tiger” ini membuat banyak peserta jambore dibuat terbelalak.
Pemimpin tim MLB Iip Aminullah mengungkapkan, tim sengaja membawa kendaraan ”uzur” ini. Secara tak langsung, mereka ingin menunjukkan kepada dunia bahwa orang-orang Indonesia adalah orang yang tangguh dan mampu beradaptasi dengan kondisi apa pun, termasuk dengan cuaca dan kultur yang beragam.
Di bagian kaca depan kedua mobil terpampang tulisan ”INDONESIA” berwarna merah dan putih. Tulisan itu sengaja ditempelkan untuk mendeklarasikan identitas mereka karena tujuan ekspedisi MLB dilakukan pun salah satunya adalah untuk melihat seberapa besar pengaruh Indonesia di mata dunia. Terutama melihat respons masyarakat dunia terhadap orang Indonesia.
Perjalanan ini dilakukan tim MLB setahun lebih. Dimulai pada 20 Mei 2018 dan berakhir pada 26 Oktober 2019.
Selain Iip sebagai pemimpin, enam anggota yang terlibat dalam ekspedisi MLB ini adalah Adi Purwanto sebagai road manager, Darwin Nugraha (pembuat film), Elva Laili (penulis), Safril Manopo (mekanik), dan Restu Adi Wiguna (asisten mekanik). Satu lagi anggota yang ikut serta adalah Allan yang merupakan putra Darwin dan Elva.
Selama melakukan ekspedisi itu, mereka melintasi benua Asia, Eropa, dan Afrika. Dari perjalanan itu, Iip menilai, eksistensi Indonesia sangat diakui di mata orang-orang Asia. Hampir dipastikan tim selalu mendapat sambutan yang hangat di setiap negara pada benua tersebut.
Salah satu sambutan yang tak bisa mereka lupakan adalah ketika berada di Pakistan. Banyak orang yang mereka temui tak segan menawarkan bantuan. Saat hendak memasuki Provinsi Balochistan, Pakistan, mereka bahkan menginap di rumah warga karena tak kuasa menolak tawaran penduduk.
”Dan itu bukan basa-basi. Kami melihat mereka sangat tulus ingin membantu. Di sana akhirnya kami bisa menikmati kota dan tradisi mereka,” kata Iip.
Menurut Iip, kebaikan masyarakat Pakistan tidak lepas dari sejarah hubungan Indonesia dengan Pakistan. Di era Soekarno, Indonesia pernah mendukung Pakistan yang saat itu berkonflik dengan India. Ternyata, hal tersebut melekat di benak masyarakat Pakistan meski sudah berbeda generasi.
Kebaikan yang mereka dapatkan tak berhenti sampai di situ. Jasa pengawalan diperoleh oleh tim ekspedisi ini saat melintasi salah satu provinsi di Pakistan yang tergolong zona merah. Sebelum tim sampai di lokasi itu, terjadi ledakan bom di kawasan itu. Dengan adanya ledakan itu, perjalanan tim MLB dikawal 35 militer Pakistan berperalatan lengkap secara estafet. Jasa pengawalan itu diperoleh secara cuma-cuma. Jarak yang ditempuh tidak kurang dari 1.000 kilometer hingga perbatasan Iran.
”Itu adalah bentuk tanggung jawab mereka terhadap turis, terlebih kami dari Indonesia,” ungkap Iip.
Tidak hanya melihat pengaruh Indonesia, ekspedisi MLB juga dilakukan untuk menguji seberapa kuat ketangguhan mobil mereka beradaptasi dengan kondisi alam di banyak negara. Jip Mercy G300 yang mereka tunggangi pasti tidak diragukan lagi ketangguhannya. Hampir tidak ada masalah berarti yang dialami.
Demikian pula saat tim MLB melintas di kawasan pegunungan Kyrgyzstan. Di sana, mereka dipaksa berkendara di jalan terjal di ketinggian 3.200 meter di atas permukaan laut. Di bagian kanan dan kiri mereka terdapat jurang. Tak gentar, mereka hanya perlu menurunkan kecepatan.
”Kalau biasanya kami menempuh jarak 500 kilometer dalam satu hari. Di tempat ini kami menempuh perjalanan 300 kilometer selama dua hari,” katanya.
Di pegunungan Kyrgyzstan tersebut, sedan Mercy mereka juga tidak menemui hambatan berarti. Justru, masalah minor baru mereka hadapi saat melintasi terowongan bawah tanah di Norwegia. Tepatnya saat mereka hendak menuju Nordkap, Norwegia.
Dalam cuplikan video dokumentasi tim MLB di kanal Youtube mereka, tampak saat itu mobil sedang melaju dengan kecepatan sekitar 80 kilometer per jam di dalam terowongan yang berada di kedalaman 212 meter di bawah permukaan laut. Tiba-tiba roda bagian kiri belakang terlepas dan muncul percikan api yang terlihat jelas.
Setelah dicek, ternyata baut as roda lepas sehingga ban juga terpental. Pentalan ban tersebut ternyata mengenai bumper jip bagian belakang sehingga mengakibatkan bumper terbelah menjadi dua. Dalam kejadian ini, tidak ada korban luka dan tak ada properti umum yang rusak.
”Jika ada properti yang rusak, bisa jadi kami akan berurusan dengan polisi. Mobil kemudian di-towing (diangkut ke atas truk) menuju kota terdekat yang berjarak sekitar 20 kilometer,” kata Iip.
Selama melintasi 49 negara, waktu singgah tim MLB berbeda-beda di setiap negara. Ada yang satu minggu atau bahkan hanya sehari. Mereka sengaja menempuh perjalanan secara santai. Sebab, tujuan utama mereka adalah mengonfirmasi pengaruh Indonesia atau setidaknya mencari tahu apakah Indonesia dikenal.