Konflik Penghangat Hidup
Salah satu inti dari film adalah konflik. Tanpa konflik, sebuah film tidak hidup. Yang menjadikannya lebih hidup lagi ketika konflik dipaparkan secara menarik dan ”nyambung” dengan kehidupan keseharian kita. Nah, film ”Nanti Kita Cerita tentang Hari Ini” mengangkat konflik yang mampu menghangatkan hidup.
Secara singkat, film yang tayang Januari tahun depan ini berkisah tentang keluarga Narendra dengan tiga anak, yakni Angkasa (Rio Dewanto), Aurora (Sheila Dara), dan Awan (Rachel Amanda). Keluarga ini menyimpan kesedihan yang hendak mereka kubur dengan berpura-pura hal itu tak pernah terjadi. Justru kepura-puraan itu menjadi semacam bara yang kemudian hari meletus menjadi beragam konflik.
Episentrum cerita ada pada Awan, sebagai anak bungsu. Akan tetapi, sutradara Angga Dwimas Sasongko mampu mengembangkankan secara apik dengan menata kompleksitas setiap karakter. Selain tiga bersaudara tadi, karakter lain yang turut menjadi kunci adalah Narendra (Oka Antara dan Donny Damara).
Film ini diadaptasi dari buku Marchella FP berjudul sama, Nanti Kita Cerita tentang Hari Ini (NKCTHI). Buku ini berisi kutipan-kutipan yang menggugah dan kadang membuat orang merenung. Dalam buku tersebut ada tokoh Awan yang diandaikan Marchella tengah menulis untuk anaknya di masa depan. Meskipun begitu, tidak ada cerita yang utuh dalam buku tersebut. Hanya kumpulan kutipan.
Checel, sapaan akrab Marchella, membuat akun Instagram @nkcthi dan mengunggah beberapa kutipan itu. Ratusan, ribuan, bahkan kemudian menjadi 1,5 juta followers menikmati kutipan-kutipan tersebut. Tidak sedikit dari mereka lalu merespons dengan mengungkapkan permasalahan hidup yang relevan dengan kutipan itu. Akun @nkcthi menjadi semacam tempat mencurahkan hati.
Angga melihat interaksi kerumunan pada akun @nkcthi itu sebagai tambang emas cerita. Dia bersama Checel lalu membuat tabulasi curhatan tersebut dan menemukan beberapa masalah utama tentang komunikasi, yakni komunikasi antara anak dan orangtua, dengan saudara, dan dengan pasangan. Juga tentang pencarian jati diri dan karier.
Untuk menemukan bangunan cerita dari hasil tabulasi tersebut, Angga dan Checel perlu berdiskusi dan menyepi ke Bali selama sepekan. Angga banyak menggali latar belakang kutipankutipan Checel tersebut untuk menemukan konteks. ”Sebab, kutipan-kutipan itu tidak mungkin lahir dari ruang kosong,” ujar Angga.
Selain diskusi, mereka bahkan melakukan meditasi dan healing therapy untuk memecah kebuntuan membangun cerita. Setelah sepekan itu, baru muncul sinopsis film yang kemudian dikembangkan Angga dan Jenny Jusuf didampingi Melarissa Sjarief menjadi sebuah skenario.
Permainan plot
Checel sempat khawatir bukunya ini akan diadaptasi menjadi film yang terlampau sinetron atau terlalu didramatisasi. Nyatanya, kekhawatiran itu tidak terjadi.
\”Saya lega banget setelah menonton filmnya. Film ini dapat mewakili buku saya,” komentar Checel tentang film ini.
Angga setidaknya telah menyutradarai sembilan film, di antaranya Jelangkung 3 (2007), Cahaya dari Timur: Beta Maluku (2013), Filosofi Kopi (2015), Surat dari Praha (2016), dan Wiro Sableng 212 (2018). Tampaknya, dari sisi kekuatan cerita, film NKCTHI menjadi film terbaik Angga. Ini akan menjadi standar baru Angga dalam membuat film.
Cerita dalam film ini sangat kompleks karena melibatkan banyak karakter yang saling memengaruhi. Akan tetapi, Angga lihai membangun kompleksitas tadi menjadi tontonan yang mengalir dan mudah dicerna. Premis-premis minor pada setiap fragmen ditampilkan secara telaten dan rapi. Dengan begitu, penonton mudah memahami dan menangkap isi cerita begitu tiba pada sebuah klimaks. Dengan kata lain, film ini mengandung beberapa klimaks minor sebelum sampai pada klimaks utama.
Salah satu trik Angga dalam menyodorkan klimaks minor atau kejutan-kejutan tadi adalah dengan memainkan plot. Penonton kerap diajak masuk pada sebuah adegan yang memudahkan mereka untuk menafsir bahwa tokoh tersebut baik, sabar, murah hati, atau sebaliknya. Lalu Angga membawa adegan lain lewat plot mundur, entah tentang sebuah peristiwa yang menjawab dasar pemikiran dan sikap tokoh tersebut.
Plot maju mundur ini efektif menjaga logika cerita. Tokoh utama ditampilkan dalam tiga masa: kanak-kanak, remaja, dan dewasa. Betapa masa kecil selalu memengaruhi masa depan seseorang dalam banyak hal.
Selain itu, beberapa kali Angga mengulang adegan yang sama, tetapi membumbuhi sedikit adegan tambahan. Nah, adegan tambahan tersebut adalah kunci jawaban atas pertanyaan yang sempat hinggap di benak penonton. Ini sangat manjur mengantisipasi sekaligus mengoreksi kesalahan tafsir penonton terhadap karakter tertentu.
Maksudnya, bisa jadi penonton awalnya menyimpulkan salah satu karakter dalam film itu antagonis atau protagonis. Namun, begitu melihat adegan tambahan tadi, penonton bisa berubah persepsi.
Dalam kehidupan nyata, kita sering mengalami itu. Buru-buru menilai sikap atau perbuatan seseorang, lalu berubah penilaian begitu mengetahui latar belakang sikap dan perbuatan orang tersebut.
NKCTHI berkisah banyak tentang upaya orangtua melindungi anaknya, juga tentang anak yang ingin menemukan dirinya. Interaksi antaranggota keluarga berikut kompleksitasnya itu diramu secara demikian alami sehingga dekat dengan pengalaman keseharian kita. Ini mungkin juga karena bahan mentah cerita film NKCTHI bersumber dari masalah-masalah nyata yang dilontarkan dalam keriuhan akun Instagram @nkcthi tersebut.
Dengan demikian, film yang diproduksi Visinema Pictures ini sangat relevan bagi siapa saja yang mempunyai masalah komunikasi, entah itu dengan orangtua, anak, saudara, atau pasangan. Bahkan bagi (calon) orangtua, film ini dapat menjadi rujukan pola pengasuhan. Bagi para orangtua, misalnya, bisa jadi dia akan merevisi pola asuhnya setelah keluar gedung bioskop.
Dari sudut lain, penonton dapat mengaitkan kediriannya dengan karakter masing-masing. Entah itu sebagai anak sulung yang terus berkorban, anak tengah yang cenderung diabaikan, atau anak bungsu yang dianggap harus terus dilindungi dan diarahkan sehingga tak mandiri.
Bisa juga sebagai anak yang perlu memberontak, ayah yang berkewajiban atas masa depan anaknya, atau ibu yang mengalah dengan masa lalu. Interaksi antaranggota keluarga dalam film ini sangat mengaduk emosi.
Konflik yang mengaduk emosi itu disajikan agar kita lebih dewasa menjalani hidup. Sekali lagi, film NKCTHI tak lain berisi konflik yang mampu menghangatkan hidup.