Dari Kota Kediri, Jawa Timur, Tahoe Games mendobrak sekat primordialitas dan menggondol beragam penghargaan dunia. Produsen gim video itu menciptakan permainan-permainan mentereng.
Oleh
DWI BAYU RADIUS
·3 menit baca
Dari Kota Kediri, Jawa Timur, Tahoe Games mendobrak sekat primordialitas dan menggondol beragam penghargaan dunia. Produsen gim video itu menciptakan permainan-permainan mentereng. Padahal, kreativitas mereka berasal dari ruang yang amat bersahaja.
Robertus Rahardian Harisman semringah. Pendiri Tahoe Games itu memenangi kompetisi yang diselenggarakan Hago, penyedia gim video dari Singapura. ”Tahoe Games menjadi juara utama berkat gim video berjudul Cookie Paw Blast,” ujarnya, di Kediri, Minggu (29/12/2019).
Hadiah Rp 60 juta diserahkan kepada Tahoe Games pada pertengahan Desember 2019 setelah gim video tentang UFO dan kucing itu mengantarnya sebagai kampiun. ”Padahal, kami bikin Cookie Paw Blast hanya dua minggu sejak 2 Desember lalu,” kata Harisman sambil tersenyum.
Usia Tahoe Games yang tergolong sangat muda tak merintanginya untuk berprestasi. Baru didirikan tahun 2016, penghargaan nasional dan global telah diraih silih berganti. Tahun 2018, misalnya, Rising Hell meraih penghargaan Official Selection Busan Indie Connect Festival 2018 di Korea Selatan.
Rising Hell juga membawa Tahoe Games menjadi finalis Indie X 2018 di Lisabon, Portugal, dan masuk nominasi sebagai gim paling menjanjikan dalam Bekraf Game Prime 2017 di Jakarta. Rising Hell berkisah tentang kesatria yang bertarung dengan monster.
Gim-gim lain yang diproduksi Tahoe Games seperti Bomb Raider dan Ging Hero’s Legacy. Bomb Raider menceritakan pencari harta karun di goa bersenjatakan bom. Setiap bulan, Harisman bersama rekan-rekannya bisa menghasilkan hingga tiga gim.
”Paling tidak, satu gim per bulan. Pendapatan dari setiap gim berkisar 800-1.000 dollar AS (Rp 11 juta-Rp 14 juta), tapi masih harus kami bagi-bagi,” ujarnya. Harisman berkarya di studio sederhana di Kediri. Dinding ruang itu kotor dengan beberapa sarang laba-laba.
Pintu bercat hijau pastel terlihat sudah pudar dan bercelah. Meja kayu dengan printer, papan tulis, dan penyejuk ruangan menjadi perabot. ”Sejak kecil, saya memang suka main gim. Hobi saya lantas jadi motivasi untuk menciptakan gim yang mendunia,” ujar Harisman.
Sejak kecil, saya memang suka main gim. Hobi saya lantas jadi motivasi untuk menciptakan gim yang mendunia.
Pemrogram Tahoe Games, Hermawan Andika, menjelaskan, dukungan Pemerintah Kota Kediri terhadap perkembangan gim video cukup baik. ”Setiap Januari sejak 2017, para kreator berkolaborasi selama tiga hari dalam Global Game Jam dengan akomodasi dan konsumsi peserta yang selalu disokong,” katanya.
Para peserta mengunggah gimnya saat Global Game Jam yang berlangsung selama tiga hari itu. Global Game Jam juga melibatkan pengembang gim dari 10 kota, seperti Surabaya, Bandung, Kediri, Yogyakarta, Jakarta, Malang, Makassar, dan Denpasar.
Artis Tahoe Games, Litong Akbar, menuturkan, Komunitas Developer Kadiri (Kodeka) telah dibentuk sejak 2015. Kodeka pun mendorong pengembangan gim di Indonesia bersama Kediri Creative City Forum (KCCF). Kediri Game Festival 2016 diadakan Kodeka dan KCCF dengan hadiah total Rp 49 juta.