Simpel saja, di segmennya, mobil ini bisa dikatakan memiliki desain paling futuristik dan menarik perhatian.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD dan DAHONO FITRIANTO
·4 menit baca
Simpel saja, di segmennya, mobil ini bisa dikatakan memiliki desain paling futuristik dan menarik perhatian. Ditambah dengan mesin berkapasitas menengah dan head unit berbasis Android, Hyundai Kona bisa menjadi teman perjalanan yang menyenangkan.
Kunci penampilannya ada pada dimensinya yang kompak dan wajahnya yang futuristik. Lampu ”mata palsu” yang menyipit di atas lampu utama memberikan nuansa masa depan itu. Bahasa desain serupa lebih dulu muncul di kakaknya, yakni Hyundai Santa-Fe, tetapi terlihat lebih dinamis saat diterapkan di bodi Kona yang kompak.
Sayang, penampilan futuristik eksterior ini tidak dilanjutkan di interior. Desain kabin dalam bisa dibilang tak terlalu istimewa. Semua panel, baik yang ada dasbor depan dan tengah, berlapis plastik keras. Berbagai indikator pun terlihat mementingkan fungsi, bukan tampilan, dan masih menggunakan pancaran LED warna biru yang terkesan ”zaman dulu”. Begitu juga dengan layar multi-information display (MID) yang ada di balik lingkar kemudi.
Tak ada fitur elektrik pada kursi mobil yang dibanderol Rp 363.900.000 (on the road, Jakarta) ini, pengaturan kursi semuanya harus dilakukan secara manual. Walau demikian, roda kemudinya sudah dilengkapi fitur tilt dan telescopic steering, serta ada fitur auto LED headlights.
Dynamic Stability Control dan Hill Descent Control menjadi fitur standar pada Kona. Satu hal yang agak membedakan dengan rival sekelasnya adalah adanya informasi tekanan ban (tyre pressure monitoring system atau TPMS) untuk empat roda. Informasi penting ini masih sering dilewatkan pembuat mobil-mobil lain di segmen ini.
Kekedapan kabin juga cukup baik. Dibandingkan dengan rivalnya, kekedapan kabin Kona lebih baik. Suara-suara dari luar, baik suara ban yang berputar atau suara kendaraan yang melintas di kanan kiri saat berkendara, cenderung lebih pelan.
Namun, pujian layak disampaikan dengan pemasangan layar head unit berukuran 9 inci di bagian tengah dasbor. Layar semacam ini bahkan belum ada pada beberapa model Hyundai yang lebih mahal, seperti Hyundai Santa-Fe maupun Tucson.
Selain itu, basis sistem Android membuat layar ini menjadi multifungsi bagaikan gawai pintar begitu dikoneksikan dengan internet melalui mobile Wi-Fi. Saat Kompas mencoba koneksi ini, proses instalasi aplikasi dari Google PlayStore berjalan dengan mulus.
Alhasil, berbagai aplikasi yang dirasa penting untuk menemani perjalanan, mulai dari aplikasi navigasi macam Google Maps atau Waze, hingga aplikasi hiburan dan informasi terkini, bisa dipilih dan dipasang dengan mudah.
Mesin dan pengendalian
Dimensi kompak Kona juga membuat mengemudi mobil ini menyenangkan, terutama di rute dalam kota. Dengan panjang ”hanya” 4,165 meter dan lebar sekitar 1,8 meter, Kona adalah mobil yang menyenangkan untuk diajak bermanuver di jalanan macet Jakarta.
Selain itu, kekompakan Kona ini dipadukan dengan mesin seri Nu 2.0 MPI Atkinson Cycle berkapasitas 1.999 cc. Tenaga mobil ini bisa dibilang di atas rata-rata rival sekelasnya, yang saat ini rata-rata menggunakan mesin 1.400-1.600 cc. Mesin Kona mampu menghasikan tenaga maksimal 149 PS pada putaran mesin 6.200 RPM, dan torsi puncak 180 Nm pada 4.200 RPM.
Kompas sempat mencoba beberapa mode mengemudi yang disediakan oleh Hyundai, mulai dari Eco, Normal, hingga Sport. Memang, apabila konsumen ingin menghemat bahan bakar, mode mengemudi Eco menjadi salah satu pilihan yang tepat. Konsekuensinya, tenaga yang disemburkan mesin terasa agak terhambat atau ada semacam lag.
Namun, ketika mode mengemudi diubah ke normal atau bahkan ke sport, entakan tenaga menjadi lebih terasa. Anda akan semakin menginginkan menginjak pedal gas lebih dalam. Tetapi, mungkin itu baru bisa Anda lakukan ketika mengendarai Kona di jalan tol (dengan memperhatikan batas kecepatan maksimum tentu saja).
Selama pengujian mobil ini di seputaran Jakarta awal September 2019, layar MID Hyundai Kona menunjukkan konsumsi rata-rata bahan bakar sebesar 12,1 kilometer (km) per liter.
Dengan bodi yang mungil, pengendalian Kona terasa lebih mudah. Ketika mencoba melahap tikungan dengan kecepatan agak tinggi, bodi Kona tidak terasa oleng atau oversteer. Bagian buritan mobil terasa menyatu dengan bagian depan ketika diajak bermanuver di tikungan, saat lingkar kemudi diajak membelok ke kiri maupun ke kanan.
Suspensi juga membantu mobil ini menjadi lebih stabil di tikungan, walau saat melintasi jalan tidak rata atau polisi tidur, suspensi Kona terasa cukup empuk dan meredam guncangan dengan baik.