Ajang Grand Prix Sakura Collection ”Asia Students Awards 2020” menjadi panggung pembuktian bahwa calon desainer muda di tiap negara Asia memiliki segudang kreativitas.
Oleh
MAWAR KUSUMA
·4 menit baca
Ajang Grand Prix Sakura Collection ”Asia Students Awards 2020” menjadi panggung pembuktian bahwa calon desainer muda di tiap negara Asia memiliki segudang kreativitas. Tak terkecuali, 10 kontestan dari Indonesia juga mampu mewujudkan angan-angan mereka tentang keindahan Jepang dalam desain baju yang unik.
Karya tersebut bisa dijumpai dalam Grand Prix Sakura Collection ”Asia Students Awards 2020” untuk wilayah Indonesia yang digelar di Atrium Jewel Changi Airport, Singapura, Minggu (5/1/2010). Setelah melewati proses penjurian singkat dari tim juri, karya bertajuk ”The Dancing Crane” dari Titis Winara Asih meraih juara pertama.
Busana karya Titis tampak ringan, tetapi memberi kesan kerumitan yang mendalam. Blus berpadu dengan rok yang didominasi warna putih ini berkisah tentang cerita rakyat Jepang yang cukup terkenal. Cerita rakyat Tsuru no Ongaeshi tentang balas budi seekor burung bangau. Variasi lain berkisah tentang seorang pemuda yang menikah dengan bangau yang dikenal dengan Tsuru Nyōbō.
Kehadiran bangau lantas menjadi aksen yang ditonjolkan di bagian dada. Burung bangau dengan sentuhan warna hitam dan merah ini memberi kesan unik karena penggunaan teknik jelujur ala Jepang yang dipopulerkan oleh Shingo Sato. Mengadopsi metode Transformational Reconstruction ala Shingo Sato, Titis mengombinasi teknik pembuatan pola datar dan teknik draping tiga dimensi pada bentuk koleksinya.
Tak hanya teknik jelujur ala Jepang, ide tentang Tsuru no Ongaeshi juga diejawantahkan dalam lipatan rok serupa lipatan bulu bangau. Titis juga memberi sentuhan busana ala samurai di bagian lengan yang bertumpuk seperti pakaian samurai perempuan. Sashiko atau bentuk jahitan sulam penguat dekoratif juga muncul di desain blusnya.
Kompleksitas teknik rekonstruksi transformasi dengan origami juga muncul di rok putih yang dihiasi lipatan cantik. ”Sempat bingung bagaimana semua ide bisa jadi satu baju, tetapi pengin simple, wearable, sustainable, edgy,” kata Titis yang memenangi perjalanan gratis ke Jepang serta pengalaman belajar di Esmod Japon.
Perempuan mandiri
Karakter desain Titis ini diperuntukkan bagi perempuan mandiri, edgy, aktif, dan smart. Desain ini juga peduli lingkungan dan mengusung hidup yang berkelanjutan. Hal ini tampak pada penggunaan bahan linen (natural fibre) dan benang katun untuk sashiko-nya.
”Baju yang saya desain bisa dipadu padan serta bisa dipakai untuk berbagai kesempatan formal maupun nonformal,” ujar Titis yang pernah bersekolah di lembaga pendidikan mode Chaliet Bambang DI Yogyakarta dan Lembaga Pengajaran Tata Busana (LPTB) Susan Budihardjo, Jakarta.
Karya yang meraih juara kedua dan juara ketiga tergolong lebih sederhana dari teknik yang digunakan, tetapi tetap bisa menarik hati. Apalagi, mereka yang meraih tempat ke-2 dan ke-3 ini adalah anak-anak muda yang masih duduk di bangku SMK.
Uniknya, tujuh dari 10 kontestan Grand Prix Sakura Collection ”Asia Students Awards 2020” wilayah Indonesia ini merupakan siswa SMK NU Banat Kudus yang merupakan SMK tata busana percontohan binaan Djarum Foundation. Selanjutnya, empat siswa SMK NU Banat tersebut sukses memboyong gelar juara.
Peraih juara 2, Dania Pulungan, yang adalah siswa kelas X SMK NU Banat Kudus membawa koleksi bertajuk ”Shinogiri” yang merupakan kolaborasi ide dari ”Shinobi dan Onigiri”. Shinobi merupakan nama lain dari ninja dan onigiri semacam streetfood di kalangan masyarakat Jepang. Dua elemen tersebut memiliki daya tarik warna monokromatik yang bisa dipadukan.
Dania menyeimbangkan kolase warna hitam pada Shinobi yang melambangkan gagah, transparan, dan tidak terlihat dalam pertarungan. Sementara warna putih pada onigiri melambangkan arti bersih dan suci. ”Dua filosofi warna yang sangat menarik untuk dijadikan Urban Streetwear,” kata Dania.
Desain Dania dipercantik dengan bucket hat warna hitam. Identitas sebagai streetwear diperkuat dengan outer atau busana luaran yang didesain serius. ”Outer-nya dibikin sekeren mungkin, dengan teknik lukis dan bordir,” ujar Dania yang antara lain memakai material bahan kain pvc transparan, organsa, hingga sequin swarovski.
Keunggulan SMK
Peraih peringkat ketiga yang juga berasal dari SMK NU Banat Kudus, Najla Mufida Azmi, mengambil judul ”Kitsune”. Kitsune berkisah tentang legenda siluman rubah. Rubah kitsune ini dimunculkan dalam wujud topeng kulit hingga lukisan rubah di bagian rok panjangnya. Selain lukisan tangan, Najla juga mempercantik koleksinya dengan gambar rubah dari cetak digital.
Program Associate Djarum Foundation Galuh Paskamagma yang mendampingi siswa SMK NU Banat menyebut bukan hal mudah bagi siswa SMK untuk meraih gelar juara di ajang yang sudah diselenggarakan tujuh tahun berturut-turut. Siswa harus memeras ide dan mengirimkan konsep desain mereka ke penyelenggara.
Mereka harus bersaing dengan ribuan peserta dari berbagai sekolah fashion dari enam negara di Asia Tenggara. Raihan prestasi di level internasional ini menunjukkan bahwa potensi pelajar sekolah kejuruan, khususnya SMK NU Banat Kudus, tidak kalah dibandingkan dengan mahasiswa perguruan tinggi ataupun sekolah mode lainnya.