Di tangan mereka kelak nasib persepakbolaan Tanah Air di kancah dunia dipertaruhkan, saat sebagai tim nasional mereka akan mewakili Indonesia berlaga di Piala Dunia 2030.
Oleh
WISNU DEWABRATA
·5 menit baca
Menyaksikan pembentukan para juara, champion in the making, khususnya para pemain muda sepak bola Tanah Air, sangat menarik sekaligus membanggakan. Apalagi jika di tangan mereka kelak nasib persepakbolaan Tanah Air di kancah dunia dipertaruhkan, saat sebagai tim nasional mereka akan mewakili Indonesia berlaga di Piala Dunia 2030.
Sejumlah pemain sepak bola asal beberapa wilayah di Indonesia usia mulai dari 16 tahun dilatih dengan keras, setelah terlebih dahulu diseleksi ketat. Mereka direkrut melalui program pencarian bakat (talent scouting), Program Garuda Select, untuk kemudian digembleng oleh dua pelatih kaliber dunia.
Para pelatih yang juga mantan jago-jago sepak bola asal Negeri Inggris Raya, legenda kesebelasan Chelsea dan tim nasional Inggris, Dennis Wise dan Des Walker. Masing-masing berperan penting sebagai Direktur Teknik dan Pelatih Kepala Program Garuda Select.
Selama tujuh bulan para pemain muda itu digembleng di kota Birmingham, Inggris, tak hanya fisik dan taktik, tetapi juga dengan menambah jam terbang pertandingan, baik kandang maupun tandang.
Mereka berkeliling Inggris untuk menghadapi tim-tim sepak bola junior sebaya (U-18) di sejumlah daerah di negeri itu. Selain Inggris, mereka juga dijadwalkan untuk mencicipi pengalaman bertanding melawan klub-klub elite di Italia.
Semua proses tadi diabadikan dan ditayangkan secara menarik lewat tayangan video feature semidokumenter berdurasi 15 hingga 20 menit. Sejumlah rekaman perjalanan, yang kini juga telah memasuki musim kedua episode ke-11, yang ditayangkan secara streaming dan gratis di aplikasi Mola TV. Pada musim pertama ada 18 episode ditayangkan.
Dalam situs resminya, programgarudaselect.com, disebutkan kedua pelatih menggembleng para anak didik mereka dengan penuh disiplin. Tak hanya pengetahuan teknis, para pemain muda tadi juga diajari bagaimana mempertebal mental, terutama saat berhadapan dengan lawan berpostur lebih besar.
Selain itu, mereka juga dididik untuk disiplin, memiliki rasa percaya diri, serta saling menjaga dan berkomunikasi antar-pemain. Mereka juga dilatih untuk bisa bertindak dan berlaku sebagai tim, mengedepankan kebersamaan, dan rasa saling menghormati.
Pelatih Walker dalam beberapa kali pertemuan, seperti juga ditampilkan dalam tayangan di sejumlah episode, memang terus menekankan pentingnya komunikasi di antara para pemain.
Dia juga selalu mengingatkan para anak didiknya untuk selalu berlatih bersama-sama, mulai dari menendang, berlari, mengoper bola, menyundul, dan juga bertahan. Dengan begitu, mereka juga akan selalu sama-sama, baik saat menang, seri, maupun kalah.
Adaptasi
Dalam setiap episode setidaknya terdapat satu atau dua cerita menarik, yang lebih bersifat manusiawi. Mulai dari awal keberangkatan, ketibaan, dan saat para pemain mulai bertahan dan beradaptasi di Birmingham, Inggris.
Adaptasi harus cepat dilakukan, baik terhadap lingkungan sekitar maupun antara pemain dan pelatih. Selain itu, mereka juga harus membiasakan diri menghadapi beratnya beban porsi latihan, terutama jelang pertandingan rutin, yang tentunya berbeda dengan yang mereka pernah dapatkan selama di Tanah Air.
Kondisi cuaca dan suhu yang lebih dingin serta seputar makanan juga menjadi cerita unik tersendiri. Kisah-kisah yang terkesan remeh-temeh namun menarik itu banyak ditayangkan pada awal-awal episode, baik di musim pertama maupun kedua.
Pada musim dan batch pertama, peserta kerap harus menghadapi kondisi cuaca yang cukup berat karena turunnya salju dan hujan. Selain itu, dalam beberapa episode awal juga digambarkan bagaimana keheranan dan kekaguman mereka terhadap banyak hal. Mulai dari berbagai fasilitas latihan fisik seperti gym dan lapangan tempat berlatih, juga kamar-kamar dan fasilitas asrama tempat mereka tinggal, yang menurut para remaja ini sangat mengesankan, bahkan tak pernah terbayangkan.
Pada batch pertama program Garuda Select melibatkan 24 pemain. Mereka lolos seleksi awal, termasuk juga dua pemain kembar identik, Bagas Kaffa dan Bagus Kahfi. Sementara di batch kedua kali ini jumlah pesertanya juga sama namun termasuk empat pemain asal batch lalu, yang kembali dipanggil untuk ikut.
Selain di Inggris, para pemain di batch kedua ini juga mengikuti sejumlah pertandingan tandang ke negeri Italia. Mereka juga diberi kesempatan untuk mencicipi bertanding melawan klub-klub, termasuk klub elite macam Juventus.
Potensi
Program Garuda Select memang dimaksudkan untuk mempertangguh kembali para pemain sepak bola muda potensial Indonesia, yang diharapkan di masa mendatang bakal mengisi posisi para pemain tim nasional. Pada era 1950-an dan 1960-an, timnas Indonesia termasuk yang disegani di dunia. Hal itulah yang ingin diwujudkan kembali sekarang.
Menurut Wise, dengan total populasi 261 juta jiwa Indonesia diyakini tak akan pernah kehabisan talenta-talenta pemain muda baru. Oleh karena itu, penting untuk memberi kesempatan sebesar mungkin bagi para pemain muda menimba ilmu dan mengasah pengalaman, termasuk ke luar negeri.
”Di Indonesia ada banyak potensi. Banyak pemain secara teknik sangat baik. Anak-anak ini akan kami kembangkan lebih baik. Kami telah berkeliling Indonesia melihat pertandingan dari dekat dan hal itu sangat penting dilakukan,” ujar Wise di episode pertama musim kedua ini.
Beberapa episode juga mengangkat sejumlah aktivitas, kegiatan, dan bahkan perasaan para peserta di luar lapangan hijau. Seperti bagaimana mereka mengurus diri sendiri, bagaimana menggunakan mesin cuci yang ada di asrama, bersantai bersama peserta lain, atau saat berpelesir bersama.
Dalam episode kelima musim kedua ini, Sekretaris Jenderal Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia Ratu Tisha juga berharap para peserta paham untuk apa mereka ada di posisi sekarang. Mereka diharapkan bisa memahami tujuan final mereka di masa mendatang, membawa Indonesia lolos di Piala Dunia 2030.
”Program ini fokus bukan pada membangun dan mengembangkan tim, melainkan lebih ke pemain individual. Jadi sifatnya seperti taylor made, dilihat perkembangan dan kemampuan dari setiap individu pemain,” ujar Ratu.
Ratu juga mengatakan akan menitipkan anak-anak tadi untuk ditempa dan disiplinkan setegas mungkin. Secara berseloroh, Ratu juga menyebut agar kedua pelatih tak perlu ragu untuk bertindak keras. ”Kalau mau dikerasin, ya, dikerasin aja. Termasuk kalau perlu dijewer, ya, dijewer aja,” ujarnya.