Cerita ”Saiyo Sakato” lahir secara tidak sengaja saat penulis skenario Gina S Noer menyaksikan seorang bapak dan ibu di warung sate.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·4 menit baca
Masalah dimulai ketika Zul (Lukman Sardi) meninggal mendadak. Restoran Padang asuhannya di ambang krisis akibat ditinggal sang koki. Di sisi lain, keluarganya pun terbelah akibat kebohongan yang selama ini ia pendam.
Mar (Cut Mini) yang masih dilanda duka harus meneruskan restoran Saiyo Sakato yang ia bangun bersama sang suami. Dengan bantuan kedua anaknya dan Eri sang adik ipar (Chandra Satria), Mar pun perlahan bangkit dari keterpurukan.
Masalah lain datang saat pelanggan mempertanyakan rasa makanan yang berubah. Ini wajar karena selama ini, Zul-lah yang meracik bumbu dan memasak di Saiyo Sakato. Rasa masakan Mar, anak sulung Annisa (Fergie Britney), anak bungsu Zaenal (Chicco Kurniawan), hingga Eri, tidak semantap masakan Zul.
Batin Mar kembali diuji saat seorang perempuan misterius menghampiri restorannya. Perempuan bernama Nita (Nirina Zubir) tersebut mengaku sebagai istri kedua Zul. Nita pun memiliki seorang putra hasil pernikahannya dengan Zul. Pecahlah amarah Mar. Ia baru tahu bahwa sang suami berpoligami.
Mar tidak menerima baik kenyataan ini dan mengusir Nita. Tidak terima dengan perlakuan Mar, Nita pulang dengan rencana untuk membalas sakit hatinya. Nita pun membuat Saiyo Sakato lain tepat di seberang restoran Mar.
Pertikaian keduanya semakin runcing ketika Nita diberi label sebagai pelakor (perebut lelaki orang) oleh warga setempat. Masalah semakin runyam ketika keduanya berlomba untuk membuktikan keunggulan masing-masing.
Saiyo Sakato dikemas dalam bentuk serial dengan selipan humor di sana-sini. Satu episode berdurasi lebih kurang 30 menit dan dapat ditonton di layanan over the top (OTT) GoPlay. Serial ini terdiri atas 10 episode dan telah menelurkan tiga episode di GoPlay. Episode terbaru diunggah setiap Kamis.
Cerminan nyata
Bagi kreator dan penulis skenario Saiyo Sakato, Gina S Noer, keluarga merupakan cerminan atas banyak hal yang terjadi di dunia. Ia juga menggambarkan keluarga sebagai ekosistem kecil yang penuh dinamika di dalamnya.
”Kultur keluarga di Indonesia itu kental. Saking kentalnya, tidak banyak karya yang menceritakan tentang keluarga, baik dengan kebaikan maupun kesalahannya. Keluarga adalah hal yang menarik, tapi jarang dibicarakan,” kata Gina saat penayangan terbatas untuk wartawan, di Jakarta, Jumat (24/1/2020).
Selain Gina, kreator serial ini adalah Salman Aristo yang juga menjabat sebagai Chief Executive Officer Wahana Kreator dan Arief Ash Shiddiq. Saiyo Sakato digarap oleh sutradara peraih Piala Citra untuk Film Pendek Terbaik FFI 2018 melalui film Kado, Aditya Ahmad.
Menurut Gina, berkarya dengan tema keluarga adalah hal yang cukup sulit dilakukan. Sebab, itu artinya sang kreator harus berkaca pada diri sendiri dan menguliknya. Buat beberapa orang, hal itu tidaklah nyaman dilakukan.
Cerita Saiyo Sakato lahir secara tidak sengaja saat ia menyaksikan seorang bapak dan ibu di warung sate. Pasangan tersebut bertemu dengan keponakannya. Setelah sang keponakan pergi, pasangan itu mulai bergunjing tentang keponakan mereka. Hal tersebut memantik Gina untuk menulis cerita soal Zul, Mar, dan Nita.
Gina mengakui bahwa poligami adalah pembahasan yang cukup berat. Ada banyak dimensi yang perlu dikulik berikut perasaan setiap karakter. Itu sebabnya, ada adegan monolog dari beberapa karakter pada serial, termasuk Nita.
”Kita suka lupa bahwa orang yang kita beri label (seperti pada karakter Nita) adalah manusia. Ia adalah korban yang harus menerima konsekuensi dari ketidakjujuran sang suami. Ia pasti punya perasaan terpendam. Itulah kenapa metode story telling dilakukan dengan monolog,” kata peraih dua Piala Citra FFI 2019 tersebut.
Bebas berkreasi
Membuat serial dengan media OTT dinilai menyenangkan dan membebaskan kreativitas. Tidak seperti format film panjang ataupun pendek, serial memberikan ruang buat kreator untuk mendalami cerita dan mengembangkan karakter secara rinci.
Kendati bisa dikembangkan dengan bebas, tiap-tiap karakter harus mewakili cerita yang hendak dibangun secara berkesinambungan. Salah satu kendala pembuatan serial adalah menjaga kualitas yang sama di setiap episode.
”Ketika kita bicara soal serial, artinya kita menangani banyak cerita yang berjalan bersamaan. Untuk menghadapinya, yang penting adalah pencatatan dan komunikasi,” kata Arief Ash Shiddiq.
Kehadiran layanan OTT membuka kesempatan baru bagi kreator untuk bercerita. Menurut Salman Aristo, OTT membuat industri kreatif Indonesia semakin seru. Ini juga menjadi media untuk memperluas distribusi sebuah karya audiovisual.
Vice President Marketing GoPlay Sasha Sunu berharap, GoPlay dapat berdampak positif bagi industri film dan televisi Indonesia. Ia juga berharap agar adanya OTT membawa pilihan tontonan berkualitas yang variatif bagi masyarakat.
”Kami fokus pada konten, yakni yang unik dan berdampak baik bagi masyarakat. Akan ada sejumlah serial yang akan kami keluarkan pada 2020 ini,” kata Sasha.