Komedi Satir dari Ruang Angkasa
HBO menghadirkan serial terbaru, ”Avenue 5”. Serial yang disutradarai Armando Iannucci ini menampilkan kekhasan tangan dingin Armando melalui komedi-komedi satirnya yang selalu pedas. Kali ini berlatar ruang angkasa.
HBO menghadirkan serial terbaru, ”Avenue 5”. Serial yang disutradarai Armando Iannucci ini menampilkan kekhasan tangan dingin Armando melalui komedi-komedi satirnya yang selalu pedas. Kali ini berlatar ruang angkasa.
Komedi satir ini menggugat kenyataan hari ini tentang perilaku manusia yang bergerak menuju kekacauan besar. Inkompetensi kerap tersembunyi di balik pencitraan.
Avenue 5 adalah nama pesawat luar angkasa mewah yang membawa penumpang, berwisata ke luar angkasa. Berwisata ke luar angkasa digambarkan sudah menjadi hal lumrah ibarat pelesir menggunakan kapal pesiar. Orang pun berbondong- bondong turut serta dalam perjalanan ke luar angkasa bersama Avenue 5. Latar serial ini adalah 40 tahun dari masa kini.
Perjalanan Avenue 5 ke angkasa luar dipimpin oleh Kapten Ryan Clark (diperankan oleh Hugh Laurie). Turut serta dalam perjalanan itu adalah pemilik Avenue 5, miliuner Herman Judd (diperankan oleh Josh Gad); tangan kanan Herman Judd, Iris Kimura (diperankan Suzy Nakamura); kepala hubungan konsumen Matt Spencer (diperankan oleh Zach Woods); dan Insinyur Billie McEvoy (diperankan Lenora Crichlow).
Komunikasi Avenue 5 dengan Judd Mission Control yang berada di Bumi dilakukan dengan Kepala Judd Mission Control Rav Mulcair (diperankan Nikki Amuka-Bird). Di antara para penumpang, ada mantan astronot Spike Martin (diperankan Ethan Phillips) serta Karen Kelly (diperankan Rebecca Front).
Di episode pertama yang tayang Senin (20/1/2020) pukul 22.00 WIB, digambarkan suasana Avenue 5 penuh kegembiraan. Ada begitu banyak fasilitas mewah dan kegiatan spektakuler ditawarkan kepada penumpang. Ruang makan prasmanan mewah dengan makanan dan minuman berlimpah, fasilitas spa, hingga kelas yoga. Semua orang bersemangat menyambut perjalanan bersama Avenue 5.
Namun, seluruh kegembiraan itu mendadak terganggu. Terjadi kesalahan teknis yang membuat Avenue 5 terjebak lebih lama di ruang angkasa. Perjalanan Avenue 5 yang semula hanya direncanakan selama delapan minggu berubah menjadi lebih lama, hingga tiga tahun.
Mimpi buruk pun menghampiri para penumpang. Kemarahan, kecemasan, dan kepanikan berbaur menjadi satu, tumpang tindih dengan masalah-masalah baru yang lantas bermunculan. Suasana chaos dengan cepat menjalari seantero Avenue 5. Begitu pun dengan kondisi di Judd Mission Control yang ada di bumi.
Di sinilah kenyataan pahit itu selapis demi selapis lantas terkuak. Terutama Kapten yang tidak kompeten karena sama sekali tak punya solusi untuk mengatasi persoalan. Begitu juga dengan personel lainnya di Avenue 5. Alangkah mengerikannya terjebak di angkasa luar bersama orang-orang yang ternyata tidak kompeten. Suasana chaos masih berlanjut di episode 2 yang tayang pada Senin (27/1) pukul 22.00 WIB.
Perilaku sosial
Dalam wawancara di Hotel Viceroy L’Ermitage, Beverly Hills, Los Angeles, California, Amerika Serikat, Minggu (12/1) waktu setempat, Armando mengungkapkan, setelah menggarap Veep selama beberapa musim, dia tertarik mengeksplorasi kisah tentang kelompok besar manusia. Veep adalah karya Armando yang berfokus pada kisah dunia politik.
”Aku tertarik mengeksplorasi tentang kegilaan massa, seperti dinamika yang terjadi dalam 3-5 tahun terakhir, di mana ketakutan, kekhawatiran, dan kecemasan manusia terlihat semakin meningkat. Saat ini kita seperti sedang bergerak menuju kekacauan besar. Jadi, ini komedi tentang perilaku sosial. Sama sekali bukan komedi politik,” ungkap Armando.
Meski demikian, dia tak menampik gejolak politik yang terjadi di dunia, seperti kasus Brexit dan kepemimpinan Donald Trump, memberi kontribusi terhadap ”lahirnya” Avenue 5. Gambaran tentang kelompok besar manusia itu disuguhkan Armando melalui karakter-karakter yang memiliki latar belakang beragam. Sangat plural.
Armando menambhakan, orang saat ini tidak tahu lagi, mana yang masuk akal dan mana yang tidak. ”Aturan permainan” pun terus berubah dalam kehidupan sehari-hari.”Kamu harus berdiri sedikit di luar dari apa yang terjadi untuk membuat semuanya masuk akal. Jadi (setting waktu) 40 tahun, tidak terlalu jauh, dan di luar angkasa, hanya untuk membuatnya masuk akal, merespons apa yang terjadi di dunia yang chaos,” kata Armando.
Kekacauan itu, dalam Avenue 5 digambarkan antara lain dari ketidakmampuan sang kapten menerbangkan pesawat. Padahal, sebelumnya sosok Sang Kapten digambarkan begitu percaya diri, semua orang hormat kepadanya, sekaligus menaruh harapan dan kepercayaan di pundaknya. Konyol, tetapi seperti itulah faktanya. ”Jelas ini jauh lebih alarming daripada yang kau bayangkan,” ujar Armando.
Kondisi serupa terjadi pada Kepala Judd Mission Control, Rav Mulcair. Nikki Amuka- Bird dalam kesempatan yang sama mengungkapkan, Rav memang terlihat kompeten. Nyatanya, dia tak punya kompetensi saat harus menyelesaikan banyak hal.
Menyaksikan Avenue 5 memang terasa membuat depresi karena menyuguhkan realitas yang seolah tak berujung dan tanpa solusi. Kemarahan dan kecemasan seolah membayang sepanjang episode, meski kelucuan-kelucuan yang terasa satir, terus hadir.
Namun, pada saat yang sama, sesungguhnya penonton bisa menyaksikan bagaimana praktik sosial terus berjalan. ”Bagaimana kita semua harus bisa berkompromi dengan semua itu karena hidup terus berjalan. Kadang kita harus menghadapi berita buruk, tapi tetap harus maju biarpun dunia berantakan,” kata Nikki.
Harus diakui, Armando memiliki kelebihan dalam melihat segala sesuatu. Seperti diungkapkan Lenora, Armando bisa melihat hal-hal yang biasa, lalu bisa melihat keindahan dan kelucuan dari situ. Seperti apa kompleksitasnya.
Meski kisahnya disampaikan dalam balutan komedi, serial ini digarap serius. Penonton bisa menyaksikan tone warna Avenue 5 yang unik dan modern. Menggambarkan sebuah pesawat luar angkasa mewah di masa depan. Naskahnya juga cerdas, dengan akting para pemain yang natural. ”Situasinya memang palsu, tapi emosinya sangat riil,” kata Ethan.
Menurut Susi dan Josh, menyaksikan Avenue 5, penonton akan merasa terhubung karena mereka akan melihat sesuatu yang familier dengan dunia di sekitar mereka dengan cara yang tidak terduga. ”Ini bukan cerita tentang angkasa luar, melainkan tentang manusia,” kata Susi.
Komedi, menurut Rebecca dan Zach, tidak bisa dimungkiri, menjadi platform yang tepat untuk menyampaikan pesan. ”Orang selalu berpikir komedi tidak punya cukup kekuatan karena ada balutan gula-gula. Tetapi, aku pribadi, akan mendengar atau memperhatikan pesan yang disampaikan melalui komedi karena sangat menghibur. Segala sesuatu terasa lebih mudah dipahami apabila ada elemen komedi,” kata Rebecca.