Mandiri Enggan Kucurkan Pembiayaan Mobil China dan Korea
Tak semua kendaraan dibiayai melalui kucuran kredit oleh PT Mandiri Utama Finance. Mobil China dan Korea masih harus membuktikan ”resale” atau nilai jual kembalinya untuk dapat diberikan fasilitas kredit kendaraan.
Oleh
Stefanus Osa Triyatna
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Peningkatan target pembiayaan PT Mandiri Utama Finance, terutama ke sektor pembiayaan kendaraan, tetap memperhatikan aspek kehati-hatian. Dari target pembiayaan tahun 2020 yang ditetapkan Rp 8,8 triliun, pembiayaan mobil China dan Korea belum menjadi sasaran prioritas. Hingga kini, MUF masih enggan mengucurkan pembiayaan mobil China dan Korea di Tanah Air.
Direktur Utama PT Mandiri Utama Finance (MUF) Stanley Setia Atmadja seusai Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan MUF Tahun Buku 2019 di Jakarta, Senin (17/2/2020), mengatakan, ”Untuk pembiayaan mobil, sementara ini kami masih belum membiayai mobil-mobil, entah dari China ataupun Korea. Kami masih ingin melihat dan me-review, bagaimana resale value dari produk tersebut.”
MUF memandang perlunya benchmark untuk produk otomotif. Nilai jual kendaraan perlu terlebih dulu terbentuk secara statistik harga yang bisa diantisipasi di kemudian hari.
Dari catatan RUPS, volume pembiayaan yang telah dilakukan MUF tahun 2019 mencapai Rp 8,123 triliun atau meningkat 11,3 persen dibandingkan dengan pencapaian tahun 2018. Tahun sebelumnya, total pembiayaan mencapai Rp 7,298 triliun.
Menurut Stanley, MUF dalam pembiayaan otomotif akan berkonsentrasi terhadap merek-merek mayoritas dan beberapa tren merek kendaraan Eropa. Ini semua yang masih dalam portofolio MUF.
Untuk mencapai target pembiayaan tahun 2020, MUF memiliki pendekatan permesinan dari berbagai produk untuk membiayai mobil dan sepeda motor, baik baru maupun bekas. Juga, pembiayaan multiguna, syariah, dan sinergi dengan Bank Mandiri. Pendekatan ini dilakukan terhadap hampir semua bentuk mesin.
Stanley menuturkan, dalam pembiayaan, produk otomotif hendaknya tidak hanya dilihat usia satu tahun ke depan atau ke belakang. Di negara mana pun, otomotif merupakan produk yang tidak akan punah dalam suatu negara. Jika melihat statistik, kepemilikan mobil ataupun sepeda motor sesungguhnya masih sangat rendah.
”(Kepemilikan) motor rata-rata perbandingannya adalah empat orang baru memiliki satu sepeda motor, sedangkan mobil perbandingannya enam banding satu. Sementara jika dibandingkan dengan negara lain, perbandingannya sangat rendah sekali. Karena itulah, potensi pembiayaan kendaraan di Indonesia masih sangat besar,” ucap Stanley.
Ary Zulman, Finance and ICT Senior Executif Vice President MUF, mengatakan, melihat dari sisi industri, bank melalui lembaga multifinance semestinya memandang MUF bisa masuk ke dalam pembiayaan ritel dengan struktur dan jangkauan yang baik. Bisa jadi, sulit dilakukan sendiri oleh perbankan karena organisasi dan penyebaran cabang perusahaan multipembiayaan ini sangat luas.
Apabila melihat dari ukuran jumlah penjualan kendaraan, misalnya mobil, penjualan sekitar 1 juta unit saja dilakukan secara kredit sebesar 80 persen. Jika dirata-rata harga mobil Rp 250 juta, total pembiayaan diperkiraan sudah Rp 200 triliun.
Sementara sepeda motor dengan penjualan sekitar 6 juta unit, berarti 80 persennya yang dijual secara kredit, pembiayaannya sekitar Rp 120 triliun. Dari segmen kendaraan baru, baik mobil maupun sepeda motor, sudah mencapai lebih dari Rp 300 triliun. Belum lagi, pembiayaan untuk mobil dan sepeda motor bekas.
Dari sisi kualitas portofolio, MUF juga mencapai kualitas yang sehat. Non performance financing (NPF) sebesar 0,53 persen atau membaik kualitasnya 0,56 persen dari pencapaian tahun 2018 sebesar 1,09 persen. Karena itulah, pada akhir tahun 2019, MUF berhasil mencapai laba bersih (NPAT teraudit) sebesar Rp 51,78 miliar atau meningkat 5,9 kali dari pencapaian tahun 2018.