Minat masyarakat Jakarta bergabung dengan komunitas penggiat kesehatan mental terus meningkat. Impitan beban kerja, kepadatan lalu lintas, dan krisis lanjut usia mendorong mereka mencari ketenangan batin.
Oleh
DWI BAYU RADIUS
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Minat masyarakat Jakarta bergabung dengan komunitas penggiat kesehatan mental terus meningkat. Impitan beban kerja, kepadatan lalu lintas, dan krisis lanjut usia mendorong mereka mencari ketenangan batin. Aktivitas itu dilakukan di taman, museum, dan rumah.
Yudhi Gejali, pemandu meditasi Tergar Indonesia, di Jakarta, Rabu (19/2/2020), mengatakan, aktivitasnya dilakukan di rumah yang berlokasi di Jalan Hang Tuah 9, Jakarta Selatan. Tergar Indonesia adalah komunitas yang melaksanakan meditasi untuk membuka hati dan membangkitkan kebijaksanaan.
Meditasi yang berlangsung dua jam itu diadakan setidaknya dua pekan sekali. Rata-rata peserta yang datang setiap meditasi diadakan di rumah itu sekitar 25 orang pada akhir tahun 2018. Jumlah tersebut meningkat menjadi sekitar 40 orang pada pertengahan 2019 dan mencapai 50-55 orang saat ini.
”Sudah memenuhi kapasitas maksimal. Total, jumlah anggota yang terdaftar di Tergar Indonesia Jakarta Selatan sekitar 400 orang,” katanya. Pusat Tergar Indonesia bertempat di Jakarta Barat. Jumlah anggota Tergar Indonesia di lokasi itu sekitar 7.000 orang yang juga terus meningkat.
”Setiap bulan ada penambahan alumni workshop (peserta yang sudah menyelesaikan) meditasi sebanyak 60 hingga 70 orang,” ujarnya. Yudhi mengatakan, masyarakat urban saat ini sering gelisah dan sibuk, serta terbebani pikiran untuk mencapai target.
”Beda dengan masalah zaman dulu. Lebih banyak fisik. Generasi saat ini kian sejahtera secara fisik, tetapi pikirannya lebih gelisah,” ucapnya. Saat pikiran dan emosi berkecamuk, orang menderita. Maka, meditasi dilakukan dengan dua tujuan, yaitu ketenangan dan kebijaksanaan.
Hani Tanaya Tan (56) menghadiri meditasi Tergar Indonesia untuk mengatasi krisis paruh baya. Ibu dua anak itu kesepian, cemas, dan tidak percaya diri. ”Saya sudah menopause. Anak-anak saya bekerja dan tinggal di rumah lain bersama keluarganya. Saya takut,” kata ibu rumah tangga tersebut.
Warga Kebon Jeruk, Jakarta, itu sempat kebingungan menjalani hidupnya. Ia bergabung dengan Tergar Indonesia sejak akhir 2018. ”Sekarang saya mampu mengubah kegelisahan jadi kedamaian dan ketenangan. Jauh lebih baik. Malah, saya bisa menikmati kesepian,” ucapnya sambil tersenyum.
Yudhi Widdyantoro, pendiri Komunitas Yoga Gembira, mengatakan, saat pertama kali ia menyelenggarakan aktivitas, pesertanya hanya 12 orang. Komunitas itu didirikan tahun 2009 dengan kegiatan awalnya berlokasi di Museum Kebangkitan Nasional. Melalui latihan yoga, keselarasan jiwa dan raga juga dapat terpelihara.
”Sempat nomaden. Setelah pindah-pindah setahun, barulah digelar di Taman Suropati sampai sekarang. Pernah, saya yoga hanya sendiri. Lalu, bertambah satu-satu,” ujarnya. Kini, Yoga Gembira yang rutin diadakan setiap hari Minggu diikuti minimal 100 orang.