Sengatan Nostalgia Kalajengking Tua
Sengatan ”Sang Kalajengking”, Scorpions, grup band rock legendaris asal Hanover, Jerman, Minggu (1/3/2020) malam, di Stadion Kridosono, Yogyakarta, memang masih lumayan ”berbisa”.
Sengatan ”Sang Kalajengking”, Scorpions, grup band rock legendaris asal Hanover, Jerman, Minggu (1/3/2020) malam, di Stadion Kridosono, Yogyakarta, memang masih lumayan ”berbisa”.
Alih-alih melumpuhkan, para penggemar justru tampak sangat antusias. Mereka berjingkrak-jingkrak sambil ikut menyanyikan sejumlah tembang hit lawas yang dibawakan Scorpions di atas panggung.
Panggung dengan tambahan jalur ”lidah” menjulur ke depan, ke arah tengah-tengah penonton, dibangun di stadion sepak bola itu. Tata panggung, sistem suara, dan pencahayaan semua sesuai permintaan khusus band legendaris itu.
Panggung raksasa berukuran 34 meter x 12 meter ini, menurut sang pendiri sekaligus promotor Jogjarockarta Festival 2020, Anas Syahrul Alimi, baru pertama kali mereka buat. Ajang tahunan itu sudah berlangsung sejak tiga tahun lalu.
Olah vokal penyanyi utama Scorpions, Klaus Meine, terdengar masih prima. Terutama dengan warna suara yang terdengar sengau khas. Walau begitu, secara fisik, usia tak bisa dibohongi. Di atas panggung, Klaus tak terlalu royal bergerak ke sana-kemari layaknya penyanyi rock yang pecicilan. Boleh dimaklumi, Klaus baru saja pulih setelah beberapa pekan lalu menjalani operasi batu ginjal.
Scorpions, yang dalam tur kali ini bersanding dengan band rock Inggris Raya, Whitesnake, terpaksa menunda setidaknya dua kali jadwal mereka di Australia dan Selandia Baru. Klaus menjalani operasi di ”negeri kanguru” itu.
Kondisi kesehatan Klaus memang bukan kali pertama memburuk di saat tur konser. Pada November tahun 2018, saat Scorpions tur berpasangan dengan band rock veteran Inggris Raya lain, Def Leppard, konser juga tertunda lantaran Klaus kehilangan suaranya.
Oleh karena itu, Anas berujar, para penggemar di Indonesia dan dirinya kali ini terbilang sangat beruntung. Scorpions tak sampai harus menunda atau bahkan membatalkan penampilannya di Yogyakarta.
Apalagi, dalam beberapa pekan terakhir, dunia juga diguncang isu beredarnya virus korona yang mematikan. Hal itu membuat banyak negara menutup diri dari arus masuk-keluar manusia, terutama asal negara-negara terdampak.
Di atas panggung, Scorpions terkesan ngegas pol, hampir tanpa jeda membawakan lagu-lagu hitnya. Selain itu, mereka juga membawakan dua atau tiga instrumentalia, salah satunya permainan drum solo dari drumer barunya, Mikkey Dee, mantan personel band rock Motörhead.
Permainan cadas duo gitaris Scorpions, Rudolf Schenker dan Matthias Jabs, juga mengesankan. Permainan gitar elektrik keduanya, kadang terdengar berdenting jernih, meraung, atau melengking menyayat hati, terasa memberi nuansa sangat berbeda saat disaksikan dan didengar secara langsung.
Tak hanya telinga, indera penglihatan para penggemar setia pun seolah terpuaskan melihat instrumen gitar legendaris yang keduanya mainkan. Rudolf dengan Gibson Flying V dan Matthias dengan Gibson Explorer 90.
Dua gitar elektrik klasik berwarna sederhana, hitam dan putih, dengan bagian tubuh yang memiliki sudut-sudut berujung lancip. Selama ini, aksi panggung dengan gitar-gitar khas mereka itu hanya bisa disaksikan di layar kaca atau poster-poster oleh para penggemar setianya.
Aksi duo gitaris tadi berpadu pula dengan permainan bas Paweł Mąciwoda. Hasilnya, para penggemar yang sejak sore tetap setia menunggu, walau diguyur gerimis konstan, pun girang.
Menurut Anas, ada sedikitnya 17.500 orang datang membeli tiket, baik dari Yogyakarta, beberapa kota besar bahkan di luar Pulau Jawa, maupun dari luar negeri.
Sekitar 20-an judul lagu dibawakan Scorpions, diambil dari beberapa album mereka, mulai dari album Lovedrive (1979), Animal Magnetism, Blackout, hingga Love at First Sting, yang muncul sepanjang era 1980-an. Ada juga yang diambil dari album yang terbilang baru, seperti Crazy World, Comeblack, dan Return to Forever.
Kebanyakan lagu-lagu itu ikut dinyanyikan oleh para penonton yang ternyata juga masih hafal lirik-lirik Scorpions. Penonton makin tersihir ketika Scorpions membawakan beberapa lagu ikonik, seperti ”Send Me an Angel”, ”Wind of Change”, juga ”Still Loving You”.
Ini bukan konser pertama Scorpions di Indonesia. Sebelumnya, mereka pernah datang ke Bandung (2001), juga Jakarta dan Bali (2004). ”Kami sangat senang bisa kembali ke Indonesia,” ujar Klaus dalam wawancara per telepon beberapa waktu sebelum konser ini.
Penggemar muda
Saat ditanya tentang bagaimana mereka bertahan dan berkolaborasi dengan musisi muda, terutama di genre rock, Klaus menilai, hal itu telah dan akan terus mereka lakukan. Keberadaan para penggemar baru dari generasi lebih muda juga menjadi salah satu alasan Scorpions bertahan.
Satu dekade silam, Scorpions sempat menyatakan akan pensiun. Klaus pada wawancara The Rick Lewis Show di kanal 103.5 stasiun radio The Fox—seperti dikutip laman www.blabbermouth.net—menegaskan, tak akan ada wacana farewell seperti itu lagi.
Menurut Klaus, keputusan itu sebuah kesalahan. Mereka belakangan menyadari, para penggemar Scorpions ternyata justru sudah mulai merambah generasi yang jauh lebih muda dan kekinian.
Hal itu tampak dari antusiasme dan sambutan saat Scorpions menggelar konser akustik, MTV Unplugged, tahun 2013, yang juga melibatkan sejumlah musisi dan penyanyi muda. Antusiasme macam itulah yang membuat mereka memutuskan terus bertahan.
”Sangatlah baik kami masih bisa berada di luar sana. Akan tetapi, bertambah tua tentu saja membuat kami harus bersikap realistis bahwa semua ini tak akan berlangsung selamanya. Tetapi, siapa tahu apa yang akan menunggu di tikungan berikutnya? Yang jelas, saat ini kami merasa baik, sehat, dan kuat,” ujar Klaus di acara wawancara radio itu.
Kepada Kompas, Klaus mengatakan sangat mengagumi sejumlah musisi muda, terutama beberapa band rock kekinian. Salah satu yang dipujinya adalah Greta Van Fleet asal Michigan, Amerika Serikat. Band yang personelnya tiga bersaudara Josh, Jake, dan Sam Kiszka serta Danny Wagner itu disebut-sebut sangat mirip dengan band rock legendaris era 1970-an, Led Zeppelin.
Klaus juga bangga karena kini ada juga beberapa band melakukan tur keliling Eropa, membawakan lagu-lagu Scorpions. Tak sedikit pula lagu-lagu Scorpions yang telah menginspirasi band-band dari satu generasi ke generasi berikutnya.