Indonesia pun harus menunda menjalankan perannya sebagai tuan rumah untuk kejuaraan internasional Free Fire Championship Cup 2020 setelah wabah Covid-19 merebak di sejumlah negara, termasuk Indonesia.
Oleh
satrio pangarso wisanggeni
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 memaksa sejumlah kejuaraan e-sport di Indonesia ditunda ataupun dibatalkan untuk digelar terbuka secara langsung. Sejumlah konferensi gim dan teknologi dunia juga mengalami nasib yang sama. Ancaman kerugian ekonomi pun harus dihadapi.
Ketua Umum Federasi E-sports Indonesia (FEI) Andrian Pauline pada Kamis (12/3/2020) menyayangkan pembatalan ataupun penundaan penyelenggaraan sejumlah kejuaraan e-sport di Indonesia.
Free Fire Indonesia Masters 2020 Spring harus digelar tanpa penonton. Sementara kejuaraan dunia Free Fire Championship Cup 2020 ditunda penyelenggaraannya.
Padahal, menurut dia, acara-acara semacam itu merupakan kegiatan positif untuk memasyarakatkan e-sport sebagai pilihan hiburan untuk generasi milenial dan generasi Z.
”E-sport selama ini citranya kegiatan negatif. Tentunya dengan acara semacam ini, bisa membuktikan bahwa atlet e-sport bisa berprestasi dan produktif kalau kita bisa mewadahi e-sport dengan baik dan proporsional,” kata Andrian saat dihubungi dari Jakarta. Namun, ia menegaskan bahwa kesehatan dan keselamatan masyarakat tetap harus diutamakan.
Sejumlah kejuaraan e-sport tingkat nasional dan internasional ditunda ataupun digelar tanpa penonton langsung di lokasi. Babak Grand Final Free Fire Indonesia Masters 2020 Spring, diumumkan pada akhir pekan lalu, akan digelar secara tertutup pada 15 Maret.
Pertandingan yang awalnya digelar untuk umum di Tennis Indoor Senayan, Gelora Bung Karno, Jakarta, itu hanya akan dapat dinikmati melalui Youtube dan siaran Kompas TV. Pengunjung yang sudah membeli tiket akan mendapatkan refund.
Indonesia pun harus menunda menjalankan perannya sebagai tuan rumah untuk kejuaraan internasional Free Fire Championship Cup 2020. Kejuaraan yang akan mempertemukan juara kompetisi Free Fire dari sejumlah negara ini ditunda dari jadwal penyelenggaraannya semula pada 19 April 2020.
”Kami akan tetap memantau perkembangan dan mengeksplorasi semua kemungkinan untuk melanjutkan turnamen tersebut di kemudian hari setelah kondisi memungkinkan,” begitu pernyataan Garena, perusahaan pengembang gim Free Fire, melalui akun Facebook resminya.
Kehilangan potensi ekonomi
Andrian mengatakan, meski masih bisa ditonton melalui layar televisi ataupun video live stream, ada dampak ekonomi yang bisa diraih apabila pertandingan digelar langsung secara terbuka. ”Pasti ada potensi ekonominya,” ujarnya.
Ia juga menilai, dengan pembatalan ini, Indonesia kehilangan potensi ekonomi yang dapat diraup. Bahkan, akan hilang kesempatan memperkenalkan pariwisata Indonesia kepada pengunjung yang berasal dari berbagai belahan dunia.
Pembatalan dan penundaan berbagai kejuaraan e-sport di Indonesia hanyalah salah satu contoh dampak negatif pandemi Covid-19 di industri gim dan teknologi dunia.
Pameran gim nomor satu dunia, Electronic Entertainment Expo, biasa disebut dengan E3, pada Rabu (11/3/2020) diumumkan dibatalkan. Dalam pernyataan tertulisnya, penyelenggara E3, Entertainment Software Association (ESA), menyatakan, E3 yang dijadwalkan pada 9-11 Juni di Los Angeles, Amerika Serikat, dibatalkan dengan alasan kekhawatiran penyebaran Covid-19.
”Berdasar pada kekhawatiran terhadap penyebaran Covid-19, kami rasa ini adalah jalan terbaik yang dapat diambil. Kami sangat kecewa tidak dapat menyelenggarakan acara ini untuk fans dan pendukung kami,” demikian pernyataan ESA melalui situs resminya.
Berdasar pada kekhawatiran terhadap penyebaran Covid-19, kami rasa ini adalah jalan terbaik yang dapat diambil. Kami sangat kecewa tidak dapat menyelenggarakan acara ini untuk fans dan pendukung kami.
Penyelenggara Game Developer Conference (GDC) juga memutuskan untuk menunda penyelenggaraan konferensi terbesar untuk pengembang gim tersebut. Konferensi yang dijadwalkan digelar pada 16-20 Maret di San Francisco, AS, itu akan ditunda penyelenggaraannya ke waktu yang belum ditentukan.
Mobile World Congress (MWC) yang dijadwalkan pada 24-27 Februari di Barcelona, Spanyol, pun batal digelar. Penyelenggara ekshibisi teknologi ponsel pintar terbesar dunia itu juga khawatir dengan peluang terjadinya penyebaran Covid-19 di antara lebih dari 108.000 pengunjung dan peserta pameran.
Festival film, musik, dan teknologi SXSW yang direncanakan digelar pada 13-22 Maret juga dibatalkan. Meski otoritas kesehatan Austin, Texas, menilai bahwa pembatalan SXSW tidak akan mengurangi potensi penyebaran Covid-19, penyelenggara memilih untuk melindungi staf penyelenggara, pengunjung, dan penduduk Austin.
Dalam pernyataan resminya, panitia SXSW memahami, ratusan bisnis dan usaha akan mendapat dampak negatif akibat pembatalan ini. Untuk itu, hingga saat ini, panitia sedang mempertimbangkan sejumlah opsi: penjadwalan ulang hingga festival virtual via daring.
Ancaman kerugian Rp 14 triliun
Pembatalan acara yang masif semacam itu tidak bisa dimungkiri menimbulkan dampak negatif pada perekonomian lokal. Situs industri teknologi Recode memprediksi, secara total, pembatalan sejumlah konferensi gim dan teknologi ini diprediksi akan menimbulkan kerugian lebih dari 1 miliar dollar AS atau setara dengan Rp 14,4 triliun.
Perhitungan yang dilakukan oleh perusahaan riset pasar PredictHQ tersebut menghitung potensi kerugian yang diakibatkan hilangnya konsumsi pengunjung dan penyelenggara untuk hal-hal seperti akomodasi, tiket pesawat, serta konsumsi makanan dan minuman.
Pembatalan SXSW diperkirakan akan menimbulkan kerugian langsung (direct loss) sebesar 350 juta dollar AS atau sekitar Rp 5 triliun.
Pembatalan MWC diduga akan memiliki dampak yang paling besar dari sejumlah konferensi teknologi tersebut. Diperkirakan kerugian langsung akibat pembatalan MWC hampir menyentuh 480 juta dollar AS atau sekitar Rp 7 triliun.