Apple dan Google Kolaborasi Bangun Sistem Pelacakan Kontak Covid-19
Apple dan Google mengembangkan sistem yang akan mengingatkan orang yang mengunduh aplikasi ini apabila mereka berada berdekatan dengan orang yang terinfeksi virus korona baru penyebab penyakit Covid-19.
Oleh
·3 menit baca
Perusahaan teknologi raksasa Apple dan Google berkolaborasi membangun sistem pelacakan kontak yang terinfeksi Covid-19 ke dalam sistem operasi iOS dan Android. Sistem ini akan mengingatkan orang yang mengunduhnya apabila mereka berada berdekatan dengan orang yang terinfeksi virus korona baru penyebab penyakit Covid-19.
Apple menjelaskan bahwa kedua perusahaan bekerja sama untuk menyelesaikan salah satu masalah paling mendesak di dunia. “Dalam semangat kolaborasi ini, Google dan Apple mengumumkan upaya bersama untuk memungkinkan penggunaan teknologi Bluetooth untuk membantu pemerintah dan lembaga kesehatan mengurangi penyebaran virus, dengan privasi pengguna dan keamanan menjadi pusat rancangan. Kami berharap bisa memanfaatkan kekuatan teknologi untuk membantu negara-negara di seluruh dunia memperlambat penyebaran Covid-19 dan mempercepat kembalinya kehidupan sehari-hari,” tulis Apple dalam siaran pers, Jumat (10/4/2020).
Pada fase pertama ini, pengguna telepon genggam memang harus berpartisipasi aktif dengan menggunduh aplikasi melalui iOS App Store and Google Play Store pada pertengahan Mei. Namun, nantinya, Apple dan Google akan mengembangkan sistem sehingga dapat menyatu pada sistem operasi gawai, sebagai pilihan semua orang dengan ponsel iOS atau Android.
Setelah mengunduh aplikasi, si pengguna kemudian memasukkan data pelacakan orang sebagai fitur utama dalam Ios dan Android ini. Jika pengguna positif terkena virus corona baru tersebut, dia akan memasukkan data dirinya dan riwayat siapa saja yang ia temui dalam beberapa hari terakhir.
Sistem ini kemudian berfungsi melalui transmisi Bluetooth Low Energy (BLE). Tidak seperti beberapa metode lain, seperti penggunaan data GPS, paket Bluetooth ini tidak akan melacak lokasi fisik seseorang. Sistem ini hanya akan mengambil sinyal telepon orang terdekat pada interval lima menit dan menyimpan koneksi di antara mereka dalam database. Sistem ini juga berusaha mencegah agar orang dengan Covid-19 tidak dapat diketahui identitasnya, bahkan setelah mereka membagikan data mereka.
Jika ada dua orang berdekatan, telepon genggam mereka akan saling bertukar kunci identifikasi anonim. Begitu satu orang diketahui sudah terinfeksi, beberapa hari kemudian sistem itu akan memberi tahu pemilik telepon genggam yang ponselnya pernah berada berdekatan dengan orang yang terinveksi Covid-19 itu. Peringatan akan disampaikan melalui teks dengan tulisan: “Kamu baru saja berhubungan dengan seseorang yang positif Covid-19,” dan menawarkan link untuk informasi lebih lanjut.
Pelacakan kontak ini dibuat dengan tujuan untuk mencari tahu dengan siapa orang yang telah terinfeksi wabah berhubungan dengan orang lain dan berusaha mencegah mereka menulari orang lain. Ini merupakan salah satu terobosan yang paling menjanjikan untuk memerangi Covid-19.
Isu privasi
Namun, dengan penggunaan teknologi pengawasan digital, sistem ini memunculkan kontroversi dan kekhawatiran mengenai privasi informasi kesehatan yang sensitif dari miliaran penduduk bumi. Apalagi perangkat seluler ini secara terus-menerus menyiarkan lokasi mereka.
"Kami memperingatkan bahwa tindakan yang diambil untuk mencegah penyebaran virus korona juga harus menjaga hak privasi yang dimiliki oleh setiap orang Amerika," ujar anggota House Freedom Caucus, sekelompok Republikan konservatif di Dewan Perwakilan Rakyat AS (House of Representatitves, menulis dalam surat ke Presiden AS Donald Trump. “Penyimpanan data kolosal Google tentang pergerakan harian orang Amerika, ditambah dengan kekuatan pemerintah lokal, negara bagian, dan federal adalah prospek yang mengkhawatirkan,” demikian isi surat itu dikutip Bloomberg.
Kecemasan mengenai privasi juga diutarakan oleh lembaga non-profit American Civil Liberties Union (ACLU_. Lembaga itu mempertanyakan kekhawatiran mereka terkait pelacakan pengguna dengan data telepon. Menurut mereka, sistem apa pun harus dibatasi ruang kerjanya untuk menghindari pelanggaran privasi pengguna.
"Kita harus realistis bahwa metode penelusuran kontak seperti itu kemungkinan tidak akan melibatkan anggota masyarakat yang rentan, yang tidak memiliki akses ke teknologi dan sudah terkena dampak pandemik secara tidak proporsional," kata Jennifer Granick, penasehat pengawasan dan keamanan siber ACLU, dalam sebuah pernyataan. (DNA)