Berhenti Sejenak Menunggu Badai Reda...
Kontribusi industri otomotif, yang memiliki pekerja begitu besar, dalam mencegah penyebaran Covid-19 adalah menghentikan sementara kegiatan produksi. Entah sampai kapan wabah ini terus berdampak pada penjualan otomotif.
Tidak ada pilihan lain. Strategi menghentikan sementara kegiatan produksi mau tidak mau diambil sebagian besar pelaku industri otomotif di Tanah Air di tengah badai pandemi Covid-19 ini.
Dari kebijakan social distancing, dilanjutkan physical distancing, sampai akhirnya kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang dimulai di DKI Jakarta. Semua kebijakan demi mencegah penyebaran Covid-19 itu menyebabkan guncangan berat terhadap industri otomotif.
Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Johannes Nangoi, di Jakarta, Rabu (15/4/2020), mengatakan, ”Industri otomotif terpukul. Dampaknya sangat besar kalau industri otomotif kolaps. Pemain otomotif harus ekstrahati-hati. Pemutusan hubungan kerja sebisa mungkin menjadi langkah terakhir yang harus dihindari.”
Menurut catatan Gaikindo, pekerja industri otomotif mencapai 75.000 orang. Belum lagi, kata Nangoi, pekerja industri pemasok suku cadang tier 1-3 (pemasok) mencapai 400.000 orang. Belum pekerja di bengkel resmi dan non-resmi yang mencapai 400.000 orang. ”Total bisa mencapai 1,5 juta orang, termasuk pekerja industri komponen. Ini pun belum termasuk pekerja di bidang pembiayaan dan asuransi,” ujar Nangoi.
Penutupan sementara produksi otomotif memang tak terhindarkan. Salah satu langkah strategis itu dilakukan demi menjaga pasokan stok, tetapi sekaligus menyelamatkan pekerja sebagai investasi jangka panjang.
”Virus korona menyebabkan penjualan otomotif turun. Stok berlebih bisa bikin persoalan baru. Setidaknya, industri akan kerepotan menyediakan areal penyimpanan stok. (Stok kendaraan terkena) hujan dan panas sepanjang hari bisa bikin kualitas kendaraan menurun. Sebelum dikirim ke konsumen, pastinya industri harus mengecek lagi kualitas bodi kendaraannya,” kata Nangoi.
Gaikindo memperkirakan, penjualan mobil pada 2020 hanya akan berkisar 600.000 unit atau anjlok hampir 50 persen dibandingkan dengan tahun lalu. Sejauh ini, data Gaikindo menunjukkan, total penjualan otomotif pada Maret 2020 sebesar 76.800 unit. Jumlah ini terus turun dibandingkan Januari (80.424 unit) dan Februari (79.601 unit).
Angka ini melorot jauh dibandingkan dengan periode yang sama pada 2019, yakni Januari tercatat 82.155 unit, Februari 81.809 unit, dan Maret naik lagi menjadi 90.368 unit.
Nangoi mengatakan, badai korona diharapkan segera mereda. Sampai saat itu tiba, industri otomotif sekuat tenaga bertahan agar tidak kolaps, menjadikan PHK pilihan terakhir, dan juga tetap bisa membayar kewajiban gaji dan tunjangan hari raya. ”Penyebaran Covid-19 diharapkan tak terlampau lama. Semoga Juni sudah bisa normal kembali kegiatan industri otomotif,” kata Nangoi.
Berhenti sementara
Sebelum PT Honda Prospect Motor (HPM) menghentikan kegiatan produksi mobil pada periode 13-27 April, Wuling Motors telah lebih dulu menghentikan kegiatan produksi di Cikarang (6-19 April). Kemudian, Suzuki menyusul mengumumkan penghentian produksinya di Cakung, Tambun, dan Cikarang (13-24 April).
”Saat ini, prioritas utama kami adalah kesehatan seluruh elemen perusahaan. Untuk alasan tersebut, Suzuki akan menghentikan sementara kegiatan produksi di pabrik sebagai salah satu upaya melindungi karyawan,” kata Seiji Itayama, President Director PT Suzuki Indomobil Motor/PT Suzuki Indomobil Sales.
Tepat saat dimulai pemberlakuan PSBB wilayah DKI Jakarta oleh Gubernur DKI Anies Baswedan, Kamis (9/4/2020), PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) mengumumkan menghentikan sementara aktivitas produksi di pabriknya di Karawang untuk periode 13-17 April. TMMIN kemudian memperpanjang masa penghentian produksi itu pada 20-24 April mendatang.
PT Astra Daihatsu Motor juga menutup produksinya pada 10-24 April. Bahkan, seluruh outlet dan bengkel resmi Daihatsu di Jakarta juga tidak beroperasi pada periode sama.
”Daihatsu dan seluruh pihak terus mendukung semangat pemerintah dalam memutus rantai penyebaran pandemi Covid-19. Kami mohon dukungan dan pengertiannya dari pelanggan atas kebijakan pemberhentian layanan sementara ini. Semoga wabah ini dapat segera berlalu dan kita dapat segera beraktivitas normal kembali,” ujar Supranoto, Chief Executive PT Astra International Tbk-Daihatsu Sales Operation (AI DSO).
Amelia Tjandra, Corporate Planning and Communication Director PT Astra Daihatsu Motor (ADM), mengatakan, upaya pemerintah melawan penyebaran wabah Covid-19 patut didukung semua pihak. Daihatsu berkomitmen bersama pemerintah memenangi perang ini.
Sementara itu, Direktur Administrasi, Korporasi, dan Hubungan Eksternal TMMIN Bob Azam mengatakan, ”Selanjutnya, sambil berjalan, kami akan terus memantau perkembangan situasi, termasuk kemungkinan untuk segera kembali melakukan aktivitas produksi ketika ada pembaruan tentang kondisi pasokan dan permintaan pelanggan,” tutur Bob.
Marketing Communication Dept Head PT Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI) Puti Annisa mengatakan, Isuzu lebih memilih menyesuaikan jadwal produksi, baik dari jumlah unit produksi maupun waktu produksi. Isuzu mengikuti instruksi pemerintah untuk mengurangi kegiatan produksi.
”Sekarang ini, pabrik sedang off karena memang permintaan menurun. Kami baru akan produksi kembali 24 April. Hanya sebagian karyawan yang masuk kerja untuk regular maintenance dan beberapa proyek dengan jumlah pekerja minimal,” kata Annisa.
Badai yang sama pun menerpa merek-merek premium yang selama ini selalu tegar di tengah situasi sulit. BMW dan Mercedes-Benz sama-sama menghentikan proses perakitan mobil-mobilnya di pabrik masing-masing.
Bahkan, di situasi seperti ini, kami tetap percaya diri. Kita memang tengah berada di era virus korona, tetapi akan tetap ada era setelah virus korona. (Ramesh Divyanathan)
BMW menghentikan proses produksinya di fasilitas perakitan milik Gaya Motor di Sunter, Jakarta Utara, 10-23 April 2020. Namun, pabrikan asal Jerman itu tetap agresif melakukan peluncuran berbagai produk baru secara virtual.
”Bahkan, di situasi seperti ini, kami tetap percaya diri. Kita memang tengah berada di era virus korona, tetapi akan tetap ada era setelah virus korona. Itu sebabnya kami telah memutuskan untuk tetap menggelar berbagai acara peluncuran (produk baru) sesuai jadwal melalui kanal alternatif,” tutur Presiden Direktur BMW Group Indonesia, Jumat (17/4/2020).
Dennis Kadaruskan, PR Department Manager PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia, mengatakan, peristiwa ini merupakan situasi yang menantang. Kesehatan dan keselamatan seluruh karyawan, pelanggan, dan mitra bisnis merupakan prioritas utama.
”Sebagai tindakan pencegahan penyebaran Covid-19, pabrik Mercedes-Benz Indonesia di Wanaherang, Bogor, saat ini ditutup sementara mulai 26 Maret 2020 sampai pemberitahuan lebih lanjut. Dengan ini, kami mematuhi arahan dan instruksi dari otoritas,” kata Dennis.
Menurut Dennis, pemberhentian pabrik sementara ini dapat diperpanjang, jika dibutuhkan berdasarkan perkembangan selanjutnya.
PT Hino Motors Manufacturing Indonesia (HMMI)—pabrik perakitan truk dan bus—juga menghentikan sementara kegiatan produksi, 13-24 April 2020. Aktivitas lain yang tidak terkait dengan produksi tetap berlangsung sesuai dengan keperluan dan terbatas, juga bekerja dari rumah telah dijalankan.
Presiden Direktur HMMI Masahiro Aso mengatakan ”Langkah ini sebagai bentuk dukungan terhadap kebijakan pemerintah dalam penanganan yang tengah dilakukan dan tetap melakukan tindakan yang terbaik untuk memberikan rasa aman dan lingkungan sehat untuk semua stakeholders kami.”
Dalam perkembangan lain, PT Mitsubishi Motors Kramayuda Indonesia (MMKI) juga berencana menutup produksinya pekan depan. ”Kami memiliki rencana untuk menghentikan produksi pada awal minggu depan, tetapi kami belum dapat memberikan informasi secara detail pada saat ini,” ujar Prianto, HR & GA Director PT MMKI, Kamis (16/4/2020).
Menurut Prianto, pihaknya masih memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan domestik dan pasar ekspor sehingga pada pekan ini (13-17 April 2020) masih tetap menjalankan proses produksi.
Paket stimulus
Di tengah penutupan produksi secara massal ini, Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Pertahanan (Imatap) Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika mengatakan, pihaknya memastikan ketersediaan produk dan suku cadang kendaraan bermotor sehingga dapat memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor.
Di tengah situasi ini, lanjut dia, Kemenperin telah mengusulkan pemberian stimulus fiskal, nonfiskal, dan moneter untuk pelaku industri otomotif di dalam negeri supaya lebih bergairah menjalankan usahanya. Secara rinci, stimulus fiskal itu berupa insentif/relaksasi PPh Pasal 21, 22, 25 selama enam bulan, insentif/restitusi PPN dipercepat selama enam bulan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 23 Tahun 2020 dan juga memberikan pengurangan bea masuk impor.
Bahkan, Menteri Perindustrian telah mengirim surat kepada Menteri Keuangan mengenai usulan pos tarif terkait stimulus jilid II untuk pembebasan bea masuk impor dalam rangka penanganan dampak Covid-19.
”Stimulus nonfiskal diberikan dalam skema penyederhanaan atau pengurangan larangan terbatas ekspor dan impor untuk bahan baku, percepatan proses ekspor-impor untuk reputable trader, dan penyederhanaan proses ekspor-impor melalui NLE (national logistic ecosystem),” ucap Putu.
Terkait stimulus moneter, diberikan berdasarkan Peraturan OJK Nomor 11 Tahun 2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional sebagai Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) dan Relaksasi Program Jaminan pada BP Jamsostek.
Stimulus nonfiskal diberikan dalam skema penyederhanaan atau pengurangan larangan terbatas ekspor dan impor untuk bahan baku, percepatan proses ekspor-impor untuk reputable trader, serta penyederhanaan proses ekspor-impor melalui NLE (national logistic ecosystem).
Selain itu, Kemenperin juga berkoordinasi dengan industri otomotif untuk menjaring masukan. Nantinya, masukan itu dijadikan dasar untuk stimulus lain sehingga dapat mengurangi beban industri otomotif. ”Usulan Paket Stimulus Ekonomi untuk sektor industri, termasuk industri otomotif, telah masuk ke dalam paket stimulus tahap I serta tahap II dan saat ini sedang dibahas kembali kemungkinan memberikan stimulus baru,” kata Putu.
Seiring waktu berjalan, tak ada kepastian. Namun, semua pihak berharap krisis segera berlalu dan industri otomotif bisa segera bangkit kembali.