Di tangan seniman lukis, lembaran kaleng kulkas bisa ”bersolek” hingga berparas menawan. Sedikit dari perajin yang mampu melihat wajah indah dari tubuh kulkas yang sudah tak dilirik lagi
Oleh
MAWAR KUSUMA
·5 menit baca
Di tangan seniman lukis, lembaran kaleng kulkas bisa ”bersolek” hingga berparas menawan. Sedikit dari perajin yang mampu melihat wajah indah dari tubuh kulkas yang sudah tak dilirik lagi ini, salah satunya adalah Wastraloka. Dalam sebulan, Wastraloka bisa mengolah 8 ton lembaran kulkas menjadi beragam peranti rumahan dengan wastra Nusantara sebagai identitas produk.
Lembaran kulkas yang dipakai adalah body atau tubuh kulkas yang tak lolos uji kualitas pabrik kulkas. Tubuh kulkas yang biasanya hanya dijual kiloan di tukang rongsok atau sekadar diubah menjadi tong sampah ini lantas ”berubah” rupa menjadi beragam benda koleksi, mulai dari teko cantik, lukisan menawan hiasan dinding, hingga aneka benda pajangan.
Lembaran sisa pabrik kulkas menjadi bahan baku utama yang dibentuk menjadi beragam perabot rumahan, seperti kaleng kerupuk, teko, lampu teko, ember, dan kotak pos. Wastraloka juga bekerja sama dengan pabrik terutama untuk kebutuhan teko dengan bentuk tertentu. Pada tubuh kaleng ini kemudian dilukis motif batik kuno, seperti tribusono, nitik, batik Oey Soe Tjoen, dan batik encim Van Zuylen. Ada pula motif tenun Palembang dan celugam khas Lampung.
”Setelah mencoba, kaleng dari pabrik kulkas ini memang paling sesuai untuk produk kami. Awalnya dapatnya kaleng biasa yang potongan, lama-kelamaan dapat akses bahan ke sisa pabrik kulkas yang enggak terpakai,” kata pemilik Wastraloka, Eni Anjayani, saat dihubungi, Kamis (16/4/2020).
Lembaran kaleng ini kemudian dibentuk dan dilukis dengan membubuhkan aneka motif wastra Nusantara, seperti batik klasik dan desain lain khas Indonesia berkonsep lawasan alias vintage. Vintage yang dimaksud adalah motif kuno seperti motif khas/icon/landmark Indonesia dan obyek yang mengingatkan pada masa lalu yang menimbulkan kenangan, seperti ayam dan motif blirik.
”Untuk memberikan edukasi kepada masyarakat tentang kekayaan dan kehidupan Nusantara pada masa lalu. Wastraloka berharap produk yang dibuat dapat membangkitkan kenangan atau nostalgia dulu. Dengan demikian, kekayaan Indonesia bisa diketahui dan dilestarikan oleh generasi saat ini,” tutur Eni.
Lukisan antik ini lantas menempel pada perangkat makanan berlapis enamel, seperti gelas, teko, dan tenong. Perangkat makan dari kaleng tersebut bahkan ada yang dialihfungsikan sebagai pajangan. Teko blirik, misalnya, berubah wujud menjadi gagang lampu, sedangkan bakul kaleng digunakan untuk tudung lampunya.
Teknik lukis
Dengan berkembangnya inovasi desain, Wastraloka mulai menerapkan teknik lukis khusus sesuai jenis gambar. Teknik yang dikembangkan antara lain one stroke painting dan doodle art. Agar aman, cat yang digunakan pun dipilih cat akrilik yang sudah bersertifikat aman bagi makanan.
Hampir semua jenis kaleng bisa dilukis, hanya memerlukan perlakuan dan sentuhan akhir yang berbeda. Agar kaleng awet, Wastraloka memberikan perlakuan antikarat dan pemilihan polesan akhir atau finishing yang tepat sesuai dengan jenis kaleng. Tekniknya disesuaikan dengan motif dan jenis perabot kalengnya supaya lukisan menjadi menarik. Ada natural doff, natural glossy, dan nuansa antik agar terkesan kuno.
Keindahan kaleng berbalut lukisan yang rapi dengan pewarnaan lembut ini membuat konsumen kepincut. Bahkan ketika ekonomi melesu akibat pandemi Covid-19, produk-produk Wastraloka tetap dilirik. Produk yang sudah diproduksi sejak dua bulan lalu untuk persiapan Inacraft 2020 yang seharusnya dilaksanakan pada April ini—tetapi diundur karena Covid-19—pun telah ludes terjual.
Pembeli yang ingin memesan produk dengan lukisan custom untuk kebutuhan Lebaran juga sudah harus antre. Saat ini, showroom Wastraloka berlokasi di Yogyakarta, sedangkan bengkel kerjanya di Klaten, Jawa tengah. Konsumen juga bisa mendapatkan produk Wastraloka di Jakarta, seperti di Alun-Alun Grand Indonesia, Kem Chicks Pacific Place, dan Chic Mart Kemang.
”Kalau dari sisi omzet penjualan, masih stabil. Justru, ada beberapa peningkatan di pengiriman online karena banyak orang pesan dari rumah. Outlet di Jakarta malah justru minta tambah barang. Sistem kerjanya saja yang terpengaruh, lebih banyak kerja dari rumah,” tutur Eni.
Karena pemanfaatan bahan baku dari lempengan kaleng kulkas, permintaan custom pun melayani produk untuk beragam bentuk dan ukuran. Layanan custom juga meliputi motif dari lukisan yang diinginkan pelanggan.
”Stok yang seharusnya buat Inacraft 2020 sudah terjual secara online dan dikirim ke outlet. Justru karena Inacraft diundur, PO (personal order) jadi bisa dikerjakan,” tambahnya.
Kain lawasan
Selain aplikasi wastra Nusantara pada kaleng lukis, Wastraloka juga memadukan kaleng dengan kreasi limbah kayu. Produk ini menggunakan limbah kayu jati dan mahoni untuk dibuat baki dan boks tisu yang dilukis motif wastra Nusantara. Wastraloka juga mulai mengembangkan walldeco berbahan kaleng mix rotan. Rotan dijadikan bingkai untuk lukisan di atas kaleng.
Dalam proses produksi, Wastraloka melibatkan tim yang terdiri dari 12 artisan dan tiga perajin kaleng. Wastraloka juga bekerja sama dengan perajin kaleng rumahan yang ada di lingkungan sekitarnya. Perajin itu sehari-hari membuat perabot rumah tangga, lalu Wastraloka mengajak mereka memproduksi perabot dengan desain khusus dari Wastraloka.
Ide pembuatan produk kaleng lukis wastra Nusantara muncul ketika Eni mencermati koleksi batik antik dari orangtuanya. Pada akhir 2010, ia mulai membuat produk kerajinan tangan dari bahan kain batik lawas. Kain koleksi tersebut diaplikasikan pada dompet, tas, dan pouch. Seiring makin terbatasnya bahan batik lawasan, ia mulai membuat repro dari motif kain batik lawasan ke media kaleng dan kayu.
Saat ini, kerajinan dari wastra Nusantara telah menjadi lini usaha baru di bidang mode dengan label Konco Lawas. Bahan batik lawasan antara lain diperoleh dari pasar-pasar tradisional dan pengepul batik lawasan.
”Meski segmen pasarnya sama, tetapi bahan dan proses produksinya beda dengan kaleng. Sama-sama ingin menciptakan nuansa wastra Nusantara di lingkungan rumah,” kata Eni.