Perusahaan-perusahaan pembuat ponsel ikut mencemplungkan diri dalam produksi "wearable devices" atau gawai yang bisa dikenakan, termasuk memproduksi "smartwatch" atau arloji pintar.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·5 menit baca
Belakangan, berita perilisan berbagai produk "wearable devices" atau gawai yang bisa dikenakan semakin santer terdengar. Perusahaan-perusahaan produksi ponsel ikut mencemplungkan diri dalam bidang ini, termasuk memproduksi smartwatch atau arloji pintar. Target konsumen pun beragam menyasar kalangan bawah, menengah, hingga atas.
Advan telah merilis StartGo S1 dan Oppo meluncurkan Oppo Watch pada tahun ini. Tahun lalu, Apple mengeluarkan Apple Watch Series 5, Samsung merilis Galaxy Watch Active 2, Xiaomi memperkenalkan Mi Watch, dan Honor mendatangkan Honor Magic Watch 2.
Produk keluaran perusahaan ponsel pintar menambah kompetisi bagi perusahaan teknologi di bidang wearable devices lainnya, seperti Fossil, Garmin, atau Fitbit. Huawei pun tidak ketinggalan, perusahaan ini merilis Huawei Watch GT 2e secara daring di Jakarta, Jumat (24/4/2020).
“Tahun lalu, animo untuk Huawei Watch GT 2 bagus. Kami hari ini kembali meluncurkan Huawei Watch GT 2e. Jam ini memiliki desain yang lebih sporty dan cocok untuk kegiatan sehari-hari yang energik di tangan anak muda,” kata Edy Supartono, Training Director Huawei Consumer Business Group Indonesia.
Sebagai jam tangan, Huawei GT 2e terlihat lebih fokus mempromosikan fitur-fitur yang berkaitan dengan olahraga dan pemantauan kesehatan. Jam berbentuk bulat ini dilengkapi chip Kirin A1 dan layar sentuh AMOLED presisi tinggi 1,39 inci. Jam ini bisa terkoneksi ke ponsel pintar menggunakan bluetooth dan aplikasi Huawei Health.
Huawei membanggakan fitur sensor IR SpO2 yang memantau tingkat saturasi oksigen darah (SpO2). Fitur ini diklaim sebagai yang pertama dari jam tangan Huawei.
Huawei GT 2e mendukung 15 mode olahraga profesional di dalam dan luar ruangan, sembari merekam data pemakai. Data yang direkam adalah durasi olahraga, kalori yang terbakar, interval detak jantung, progres olahraga, dan waktu pemulihan. Jam ini memiliki kapasitas memori 2 gigabyte dan memiliki fitur notifikasi pintar untuk memberitahu adanya pesan, panggilan telepon, dan alarm.
Huawei menggunakan teknologi Truseen TM 3.5 sebagai sensor detak jantung, TruRelax TM untuk manajemen stres, dan Trusleep dalam memantau kualitas tidur. Dari semuanya, Huawei membanggakan fitur sensor IR SpO2 yang memantau tingkat saturasi oksigen darah (SpO2). Fitur ini diklaim sebagai yang pertama dari jam tangan Huawei, meskipun telah digunakan pada merek seperti Garmin atau Fitbit.
Kelebihan lain jam itu adalah daya tahan baterai selama dua minggu dan daya tahan air hingga 5 ATM atau kedalaman 50 meter selama 10 menit. Namun, sayangnya, Huawei GT 2e tidak memiliki speaker sehingga tidak mampu menjawab panggilan telepon seperti pendahulunya, GT 2 yang lebih ditujukan bagi pekerja kantoran. Dengan segala pertimbangan, Huawei memasarkan jam ini dengan harga Rp 2,2 juta.
“Huawei terus berinovasi untuk memberikan pengalaman terbaik bagi semua konsumen. Melalui Huawei Watch GT 2e, kami ingin membantu para pengguna dapat memantau kondisi kesehatan dengan lebih akurat sehari-hari,” kata Lo Khing Seng, Deputy Country Head Huawei Consumer Business Group Indonesia.
Gelang pintar
Selain jam tangan pintar, produk wearable devices lain yang mulai banyak dirilis adalah smartband atau gelang pintar. Realme merilis gelang pintar perdana bernama Realme Band dengan harga Rp 399.000 pada Selasa (28/4/2020).
Realme Band dengan layar berukuran 0,96 inci ini memiliki sertifikasi IP68, monitor detak jantung, notifikasi pintar, sport tracker, dan sleep quality monitor melalui realme Link. Menariknya, cara pengisian daya untuk gelang yang dilengkapi dengan baterai 90mAh ini menggunakan USB Direct Charge.
Marketing Director Realme Indonesia, Palson Yi mengatakan, gelang pintar itu dapat menjadi alat pemantau kesehatan pribadi anak muda di Indonesia. Dengan demikian, gelang ini dapat mendorong mereka untuk menjaga gaya hidup sehat di bulan Ramadhan dan masa pembatasan sosial akibat Covid-19 ini.
Palson melanjutkan, di sisi lain, pasar di Indonesia menjanjikan karena banyak konsumen terdiri dari anak muda yang suka mencoba hal dan teknologi baru. “Ini berarti penting bagi kami jika ingin sukses ke ekosistem IoT (internet of things) maka kami harus menyediakan produk untuk mereka rasakan dan membawa fitur yang belum ada di gelang pintar lainnya, seperti dari sisi pengisian daya,” tuturnya.
Dalam kesempatan yang sama, Realme juga memperkenalkan aplikasi Realme Link sebagai platform pusat untuk menghubungkan ponsel dan produk AIoT atau atau teknologi pintar yang menggabungkan kecerdasan buatan (AI) dan internet untuk segala (IoT). Peluncuran kedua produk ini menandai masuknya Realme ke dalam kategori wearable devices dan ekosistem AIoT secara bertahap.
Internet segala
Mewabahnya produk wearable devices atau produk perangkat yang bisa dikenakan ini tidak terlepas karena kita memasuki masa internet of things (IoT) atau internet untuk segala. Perusahaan teknologi tanpa lelah menciptakan produk-produk yang dapat menjadi bagian dari kehidupan konsumen.
Sejumlah perusahaan juga mengakui produk-produk ini merupakan upaya mereka untuk menciptakan ekosistem brand mereka yang lengkap di pasar. Lo Khing Seng dari Huawei sebelumnya telah mengatakan, Huawei pada tahun ini membawa ponsel, laptop, tablet, dan jam tangan pintar ke Indonesia.
“Saat ini, kami mencoba skenario ekosistem. Kami membawa laptop, tablet, dan ponsel karena produk-produk ini bisa seamless connectivity. Itu yang mau Huawei tampilkan, visi dalam 5 tahun ke depan adalah setiap orang bisa terkoneksi lebih dari 20 devices. Sistem operasi kami, Harmony OS, juga keluar karena Huawei mengantisipasi ekosistem ini dimana semua barang terkoneksi dengan keamanan tinggi,” tutur Lo Khing Seng, beberapa waktu lalu.
Senada dengan Huawei, Oppo dan Realme juga menyatakan keinginan untuk membangun ekosistem IoT. Selain menjadi salah satu merek ponsel terkenal di Indonesia, Realme telah meluncurkan earphone nirkabel Realme Buds Air, gelang pintar, dan rencananya produk IoT lainnya pada semester kedua di Indonesia.
Palson Yi dari Realme menjelaskan, Realme ingin menjadi merek dengan pertumbuhan AIoT tercepat di Indonesia. “Di industri smartphone, kami masuk empat besar di dunia. Kami ingin mereplikasi ini berdasarkan insight kebutuhan konsumen dalam AIoT,” ujarnya.