Museum Macan Galang Aksi Dukung Komunitas Seni Selama Pandemi Covid-19
Museum Macan menginisiasi aksi solidaritas mendukung komunitas seni yang terdampak pandemi Covid-19 dalam wujud Arisan Karya. Aksi ini adalah ajang mengumpulkan dana bagi seniman dari beragam latar belakang di Indonesia.
Oleh
Sekar Gandhawangi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Museum Seni Modern dan Kontemporer di Nusantara atau Museum Macan menginisiasi aksi solidaritas untuk mendukung komunitas seni yang terdampak pandemi Covid-19. Aksi bertajuk ”Arisan Karya” ini melibatkan para penggemar dan perupa seni.
Arisan Karya merupakan ajang mengumpulkan dana bagi seniman dari beragam latar belakang di Indonesia. Kegiatan ini berlangsung bertahap pada Mei, Juni, dan Juli 2020. Arisan Karya tahap pertama berlangsung 20-28 Mei 2020 di laman Museum Macan. Ada 300 seniman yang terlibat atau setara 100 seniman pada setiap tahap.
Direktur Museum Macan Aaron Seto dalam pertemuan virtual, Jumat (15/5/2020), mengatakan, program ini terbuka bagi semua seniman di Indonesia. Seniman yang berpartisipasi diminta membuat karya, baik lukisan, foto, patung, maupun video. Hingga kini, ada 430 perupa yang berpartisipasi dengan lebih dari 900 karya yang terdaftar.
Aaron melanjutkan, masyarakat dapat mendukung seniman dengan membeli kupon bernomor seharga Rp 1 juta. Kupon kemudian dicocokkan dengan nomor karya seni pada acara Ungkap Karya, Jumat (29/5/2020). Acara itu akan disiarkan langsung di akun Instagram Museum Macan.
Kupon dihargai Rp 1 juta agar masyarakat dari semua lapisan dapat berpartisipasi. Perkiraan dana yang terhimpun adalah Rp 300 juta. Perupa seni akan menerima 70 persen dari dana yang terkumpul. Sementara sisanya untuk memfasilitasi perupa untuk berbagi ilmu melalui pelantar digital.
”Ekosistem seni adalah ekosistem yang rapuh sehingga butuh perhatian kita. Pandemi membuat seniman kesulitan memperoleh pendapatan. Padahal, tanpa seni, maka tidak ada budaya. Melalui program ini, kami ingin membuat koneksi antarkomunitas dengan melibatkan seni,” tutur Aaron.
Hingga pertengahan April 2020, pemerintah mendata 226.586 seniman dan pekerja kreatif di 34 provinsi yang terdampak pandemi. Data ini dihimpun Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kompas, 13/4/2020).
Data itu digunakan untuk skema bantuan jaring pengaman para pekerja seni. Kemdikbud menyiapkan tiga skema jaring pengaman. Ketiganya adalah memakai anggaran Kemdikbud, mengajak seniman tampil secara daring dengan sistem honor dan donasi, serta memasukkan seniman ke program Kartu Prakerja dan Program Keluarga Harapan.
Ekosistem seni adalah ekosistem yang rapuh sehingga butuh perhatian kita. Pandemi membuat seniman kesulitan memperoleh pendapatan. Padahal, tanpa seni, maka tidak ada budaya.
Adapun bantuan diutamakan untuk seniman yang mengandalkan penghasilan harian dan tidak punya simpanan jangka panjang (Kompas, 6/4/2020).
Dukungan moral
Kurator Museum Macan Asep Topan mengatakan, aksi solidaritas ini penting untuk memberikan dukungan moral perupa seni di masa sulit. Perlu kerja sama dan solidaritas agar ekosistem seni terjaga.
”Sambutan para perupa seni terhadap gerakan ini sangat baik. Ada perupa seni dari generasi senior hingga yang lebih muda. Ada juga perupa dari sejumlah daerah, seperti Aceh dan Riau,” ujar Asep.
Head of Development Museum Macan Amalia Wirjono menyebutkan, aksi ini tidak hanya fokus ke bantuan finansial. Arisan Karya juga diharapkan merangsang terjadinya aksi-aksi lain untuk industri seni.
Saat dihubungi terpisah, Koordinator Peneliti Kebijakan Seni dan Budaya Koalisi Seni Ratri Ninditya mengatakan, kondisi ekosistem di Indonesia lemah dan semakin terpuruk akibat pandemi. Salah satu gambaran lemahnya ekosistem seni ialah kesulitan seniman memenuhi kebutuhan hidup hanya dari berkesenian.
Infrastruktur penunjang produksi, distribusi, dan penyampaian seni dinilai masih belum baik. Adapun industri seni, menurut dia, masih didominasi laki-laki.
”Saat ini kami masih mengkaji penelitian lebih lanjut untuk menentukan kesehatan ekosistem seni. Beberapa variabel ekosistem yang sehat adalah jika ada variasi pelaku seni. Selain itu, ada hubungan antarpelaku yang setara dan saling membutuhkan,” tutur Ratri.
Ia merekomendasikan sejumlah bantuan untuk mendukung ekosistem seni saat pandemi, misalnya memberi insentif gedung pertunjukan. Dukungan ini, menurut Ratri, diterapkan di sejumlah negara, seperti Australia. Pertunjukan tersebut lalu disiarkan secara daring tanpa penonton.
”Protokol produksi seni yang aman dan sehat juga mulai harus dipertimbangkan,” katanya.