Selama pandemi Covid-19, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menganjurkan masyarakat untuk berolahraga di rumah. Menurut WHO, orang berusia di atas 18 tahun harus beraktivitas fisik 75-150 menit selama seminggu.
Oleh
sekar gandhawangi
·4 menit baca
Jika dulu orang-orang mengeluh kekurangan waktu dan tenaga untuk berolahraga, kini yang terjadi malah sebaliknya. Sejumlah orang mulai berolahraga di rumah untuk membunuh waktu. Selain mengusir bosan, olahraga juga memberi mereka bonus tubuh yang sehat dan bugar.
Karyawan swasta, Damar (27), merasa terkungkung sejak diminta bekerja dari rumah pada pertengahan Maret 2020. Pekerjaan lapangan yang biasa ia lakoni kini ditunda. Agenda nongkrong bareng teman-teman pun tidak ada. Lambat laun, ia stres.
”Akhir-akhir ini wajahku berjerawat karena stres. Jam tidur bergeser jadi pukul 03.00-04.00 subuh. Aku sadar bahwa kondisi ini tidak benar. Akhirnya, aku berolahraga untuk mengalihkan pikiran,” kata Damar saat dihubungi dari Jakarta, Kamis (14/5/2020).
Tujuan Damar berolahraga pada sebulan pertama adalah agar badannya sehat. Katanya, kebiasaan merokok dan minum alkohol perlu diimbangi dengan aktivitas fisik agar umurnya panjang. Ia juga ingin menjaga bentuk badan yang proporsional. Kini, tujuannya berolahraga bergeser untuk menerapi diri.
Pelatih kebugaran tubuh dan pendiri Asosiasi Pelatih Kebugaran Indonesia (APKI), Jansen Ongko, mengatakan, tren latihan rumahan (home workout) tinggi selama pandemi Covid-19. Menurut dia, minat masyarakat terhadap alat kebugaran portabel meningkat, seperti barbel dan bola.
”Tren functional training (latihan fungsional) dengan alat-alat portabel meningkat sejak sebelum pandemi. Ini karena ada perubahan pola pikir masyarakat terhadap gym (pusat kebugaran). Dulu, gym diasosiasikan dengan alat berat dan otot besar. Sekarang, orang-orang berolahraga agar tubuhnya bugar dan proporsional. Saya lihat juga kesadaran masyarakat untuk hidup sehat meningkat,” kata Jansen.
Kesadaran itu semakin nyata saat otoritas di seluruh dunia menganjurkan masyarakat untuk berolahraga di rumah. Menurut anjuran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), orang berusia di atas 18 tahun harus beraktivitas fisik 75-150 menit selama seminggu. Ini setara dengan 10-21 menit aktivitas fisik per hari.
WHO juga memberikan tips agar tetap sehat dan aktif di rumah selama pandemi. Beberapa di antaranya adalah menari dengan iringan musik, naik dan turun tangga di rumah, melakukan peregangan, dan mengikuti kelas daring.
”Pandemi membawa pola pikir baru soal kebugaran. Semakin kita bugar, semakin rendah pula risiko terpapar penyakit,” kata Jansen.
Aplikasi olahraga
Agar aktivitas fisiknya terarah, Damar mengunduh aplikasi khusus olahraga di ponsel pintar. Pengguna aplikasi bisa memilih jenis-jenis latihan yang diinginkan, misalnya latihan untuk membentuk otot perut, dada, dan kaki. Damar memilih latihan fisik untuk seluruh tubuh (full body) dengan durasi sekitar 30 menit per hari.
Dulu, gym diasosiasikan dengan alat berat dan otot besar. Sekarang, orang-orang berolahraga agar tubuhnya bugar dan proporsional. Saya lihat juga kesadaran masyarakat untuk hidup sehat meningkat.
Latihan itu mencakup, antara lain, push up, sit up, plank, dan jumping jacks (lompat bintang). Tidak ada alat kebugaran khusus yang dipakai. Ia hanya menggunakan bantuan kursi, meja, dan barang-barang rumahan lain untuk berolahraga. Misalnya, kursi digunakan untuk menopang kaki selagi ia melakukan push up di lantai.
”Mulanya, kupikir olahraga ini gampang, ternyata tidak. Lama-lama olahraga membuahkan hasil. Perutku kembali rata dan jam tidurku kembali teratur,” katanya.
Gabel (18), mahasiswa di Yogyakarta, juga mengunduh aplikasi serupa dan berolahraga di rumah selama pandemi Covid-19. Sesekali, program olahraga di aplikasi ia selingi dengan program lain yang ia temukan di Youtube. Olahraga yang ia pilih fokus pada pembentukan otot perut.
Selain ingin punya badan yang proporsional dan kencang, Gabel berolahraga juga untuk meningkatkan stamina. Latihan konsistensi juga didapat dari olahraga. Ia mengaku sempat malas dan berulang kali ingin bolos berolahraga.
”Akhirnya saya buat target kecil untuk dicapai, yaitu olahraga tanpa bolos selama seminggu. Saya sempat merasa bahwa seminggu kali itu berjalan lambat sekali. Setelah targetnya tercapai, semangat buat berolahraga lagi jadi terpompa. Agar lebih termotivasi, saya sampai pasang wallpaper bergambar model dengan badan idaman di ponsel,” kata Gabel.
Hindari potensi tertular
Sementara warga Samarinda, Irma (27), memilih berolahraga di rumah untuk menghindari keramaian orang dan potensi tertular Covid-19. Ia yang semula rutin berolahraga di pusat kebugaran, kini harus puas berolahraga di rumah sendirian.
”Transisi pertama yang aku lakukan adalah lari sore di sekitar perumahan. Lama-lama banyak tetangga yang berolahraga di luar rumah. Akhirnya aku memutuskan untuk olahraga di rumah saja. Dalam seminggu, minimal berolahraga tiga kali,” kata Irma.
Ia yang mulanya menekuni olahraga muay thai kini beralih ke zumba. Irma mengikuti kelas zumba daring yang dibuat oleh penggiat kebugaran tubuh. Kelas itu disiarkan secara gratis melalui Instagram. Irma juga beberapa kali melihat referensi latihan rumahan di internet, seperti Youtube.
Menurut dia, berolahraga di rumah menguntungkan karena bisa dilakukan secara gratis. Ia juga bebas mengatur waktu berolahraga sesuka hati.
”Tapi, olahraga di rumah jadi tidak seru karena tidak bisa bertemu teman-teman. Tidak ada juga pelatih yang memberi tahu apakah gerakan kita sudah benar atau belum,” kata Irma.
Jansen Ongko mengatakan, potensi cedera saat mengikuti kelas daring tetap ada. Ia menekankan pentingnya memahami tingkat kebugaran tubuh diri sendiri sebelum berolahraga. Jika lelah, tubuh harus beristirahat. Orang yang baru memulai disarankan untuk berolahraga dari skala yang ringan terlebih dulu.
”Kuncinya adalah jangan maksa. Olahraga itu untuk meningkatkan kebugaran, bukan malah membuat frustrasi atau sakit,” kata Jansen.
Orang yang berolahraga 10-20 menit per hari dengan intensitas rendah hingga sedang disarankan berolahraga 4-5 kali seminggu. Sementara yang berolahraga dengan durasi lebih panjang dan berintensitas tinggi bisa berolahraga 3-4 kali seminggu.