Gerakan Barista Asuh, Solidaritas Antarkedai Kopi di Tengah Pandemi Covid-19
Pandemi Covid-19 mempertemukan barista yang dirumahkan ataupun di-PHK dengan kedai kopi yang bersedia memberikan satu ”shift” kerja per pekan bagi mereka yang dipaksa menganggur itu. Inilah solidaritas antarbarista.
Oleh
SATRIO PANGARSO WISANGGENI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Di tengah trauma kolektif yang dirasakan seluruh orang akibat pandemi Covid-19, rasa kemanusiaan tetap muncul. Hal ini ditunjukkan oleh para pelaku usaha coffee shop atau kedai kopi yang berkeinginan untuk mengurangi sedikit beban yang dihadapi para peracik kopi mereka, barista. Sebuah inisiatif bernama Barista Asuh pun lahir.
Gerakan ini mempertemukan para barista yang dirumahkan ataupun diputus hubungan kerjanya kepada kedai kopi yang bersedia untuk memberikan satu shift kerja per pekan bagi mereka yang dipaksa menganggur tersebut. Para barista ini seakan mendapat rumah asuh sementara.
Salah satunya adalah Zenal Abidin (28). Ia sudah dirumahkan selama dua bulan terakhir dari tempat kerjanya, sebuah kedai kopi di kawasan pusat perkantoran Mega Kuningan, Jakarta Selatan.
Zenal diberi saran oleh mantan atasannya untuk mendaftar ke Barista Asuh tidak lama setelah dirinya dirumahkan. Setelah mengisi formulir dan beberapa hari menunggu, Zenal pada Sabtu (23/5/2020) mendapat shift untuk melayani pembeli di A Tale of Two Coffee Beans, sebuah kedai kopi di bilangan Gading Serpong, Tangerang, Banten.
”Sehari dapat shift sangat berarti untuk menyambung hidup, apalagi di masa di mana banyak teman yang di-PHK. Saya happy,” ujar Zenal, pemuda asal Cengkareng, Jakarta Barat, ini kepada Kompas, Kamis (28/5/2020).
Kondisi yang dihadapi oleh Zenal bukanlah kasus khusus. Berdasarkan data Barista Guild Indonesia (BGI), akibat pandemi Covid-19 ini, hingga sepekan lalu setidaknya 900 barista menganggur; per Kamis ini mencapai lebih dari 1.000 orang.
Kedai kopi yang sempat mengasuh Zenal adalah milik Aang Sunadji (42), warga Tangerang Selatan. Aang juga yang menjadi inisiator gerakan Barista Asuh ini.
Asal-muasal inisiatif ini bermula ketika Aang berbincang dengan para pemilik kedai kopi di Jakarta tentang kondisi kedai masing-masing sekitar sebulan lalu. Dari sana ia menemukan bahwa sebagian kedai kopi di Jakarta harus rela menutup usaha mereka untuk mendukung program pembatasan sosial.
”Ada beberapa teman yang ternyata sudah dua bulan tutup dan merumahkan pegawainya. Saya pikir teman-teman barista itu hidup tanpa penghasilan selama berbulan-bulan itu serem, mengerikan. Saya enggak bisa membayangkan,” kata Aang.
Kemudian Aang pun coba menyampaikan ide ini ke BGI. Ia merasa, hal ini bisa dilakukan bersama-sama oleh banyak pemilik kedai kopi yang lain. Ia tidak sampai hati memonopoli gerakan ini untuk mempromosikan kedai kopinya. Semakin banyak yang terlibat, semakin banyak barista yang akan tersentuh, pikirnya.
Ada beberapa teman yang ternyata sudah dua bulan tutup dan merumahkan pegawainya. Saya pikir teman-teman barista itu hidup tanpa penghasilan selama berbulan-bulan itu serem, mengerikan. Saya enggak bisa membayangkan.
”Sudah bukan saatnya kita sendiri-sendiri. Saya harus menurunkan ego bahwa kebaikan ini harus dirasakan oleh semua orang, tidak bisa hanya dilakukan oleh coffee shop saya sendirian. Sekarang kita semua harus bergandengan,” kata Aang.
Hari itu, Aang tidak memberikan Zenal honor shift reguler, tetapi sebagian dari omzet hari itu. Berkali lipat dibandingkan uang honor biasa. Menurut Aang, ini adalah cara bagi pembelinya untuk berkontribusi langsung kepada Zenal.
Gerakan ini kemudian menjadi kerja bersama antara Aang, BGI, dan @mas_fotokopi, sebuah akun Instagram influencer di dunia perkopian Indonesia dengan jumlah pengikut lebih dari 128.000 orang.
Pengurus BGI, Yudistira Bawana, mengatakan, kini pihaknya sudah mendata setidaknya 40 kedai kopi di seluruh Indonesia menyatakan kesanggupannya untuk ikut serta dalam gerakan ini.
Yudistira memahami bahwa memberikan satu shift dalam sepekan kepada barista yang sedang menganggur tidaklah cukup sebagai sebuah upaya dukungan finansial. Kondisi usaha kedai kopi juga memang terpukul pandemi ini secara umum, katanya.
Namun, ia berharap dengan memberikan kesempatan untuk kembali berkarya, para barista yang kurang beruntung ini bisa tetap bersemangat.
”Kalau bisa menyisihkan satu shift per minggu saja kepada mereka yang dirumahkan untuk menumpang bekerja, itu mungkin bisa menjaga semangat bagi mereka yang kena PHK ini,” kata Yudistira.
Menolong (hulu dan hilir) industri kopi
Yudistira menilai ini adalah hal terkecil yang bisa mulai dilakukan untuk mengurangi dampak Covid-19 terhadap industri kopi di Indonesia.
Tidak hanya soal kedai kopi dan barista di sisi hilir, tetapi petani dan perkebunan kopi di sisi hulu industri ini, ujarnya. ”Sebentar lagi mulai masa panen. Kalau panen mulai jalan dan di hilir tidak ada yang beli kopi, ya tidak akan lama seluruh rantai akan merasakan,” kata Yudistira.
Untuk itu, kata Yudistira, salah satu langkah yang bisa dilakukan adalah menjaga masyarakat untuk tetap mengonsumsi kopi dari kedai kopi langganan mereka. ”Tidak perlu takut unutk order kopi secara online atau takeaway. Dukung usaha lokal kita. Sekecil apa pun, ini sudah membantu,” kata Yudistira.
@mas_fotokopi juga mengajak kedai kopi yang masih bisa bertahan untuk ikut gerakan Barista Asuh. ”Hanya satu shift, tetapi dampaknya luar biasa. Ikut memperkuat ekosistem perkopian Indonesia,” katanya.
Zenal pun berharap hal yang sama. Namun, ia juga meminta masyarakat Indonesia untuk mematuhi pembatasan sosial. Tanpa pemutusan penyebaran Covid-19 secara penuh, kondisi tidak akan pernah kembali normal.
”Kita sebetulnya harus bisa lebih sabar sama peraturan pemerintah saat ini supaya memutus angka penyebaran,” kata Zenal.