Dua Saudara Menjaga Jiwa
Kelindan kisah drama keluarga dan isu kesehatan mental tersaji dalam serial ”I Know This Much is True” di saluran HBO dan aplikasi HBO Go.
Kelindan kisah drama keluarga dan isu kesehatan mental tersaji dalam serial ”I Know This Much is True” di saluran HBO dan aplikasi HBO Go. Aktor Mark Ruffalo, si pemeran utama, menyeret penonton dalam lika-liku kisah pelikyang menguras emosi.
Sore tenang di sebuah perpustakaan umum di Three Rivers, Connecticut, Amerika Serikat, mendadak gaduh oleh ulah Thomas Birdsey. Seusai berdoa dengan suara keras yang mengusik perhatian pengunjung perpustakaan, Thomas nekat mengiris pergelangan tangan kanannya. Histeria massa pun merobek sore yang tenang itu.
Adegan mencekam Thomas mengiris pergelangan tangannya mengawali episode perdana serial I Know This Much is True pada Senin (11/5/2020). Penonton lantas dibawa pada kisah dua saudara kembar, Thomas dan Dominick Birdsey (keduanya diperankan oleh Mark Ruffalo). Thomas yang melukai dirinya sendiri itu seorang pengidap skizofrenia.
Serial yang disutradarai oleh Derek Cianfrance ini diangkat dari novel laris yang ditulis oleh Wally Lamb berjudul sama. Selain Rufallo, serial ini juga menampilkan Melissa Leo, Rosie O’Donnell, Archie Panjabi, Juliette Lewis, dan Kathryn Hahn sebagai pemeran.
Serial ini berpusat pada relasi Dominick dan Thomas, saudara kembar yang lahir hanya terpaut 6 menit. Dominick berperan sebagai pengisah. Ia menuturkan perjalanan hidup dan relasi mereka dengan beragam lika-likunya. Namun, bukan relasi bahagia yang menjadi daging utama serial ini. Banyak kerumitan dan pergulatan emosi di dalamnya.
Tak hanya karena skizofrenia yang diidap Thomas, konflik-konflik lain tak kalah berat melingkupinya. Ayah tiri yang mendidik dengan kejam, ibu yang menderita kanker hingga akhirnya meninggal. Kehidupan pribadi Dominick pun sarat masalah. Ia bercerai dari sang istri karena sama-sama tak sanggup menanggung beban akibat kehilangan bayi perempuan mereka.
Di tengah segala kepahitan dan keruwetan hidup yang muncul, Dominick menjadi gambaran sosok manusia yang penuh daya hidup. Cintanya pada Thomas begitu besar. Dia rela melakukan apa pun demi saudara kembarnya itu. Pun sebaliknya. Betapa terikat dan tergantungnya Thomas pada Dominick dalam perjalanan hidupnya yang tak mudah itu.
Perlahan namun pasti, misteri yang menyelubungi kisah mereka pun terus terkuak. Sejumlah fakta turut hadir ibarat potongan-potongan puzzle yang menuntut untuk disatukan. Misalnya tentang otobiografi sang kakek yang menyebut sebuah hubungan rahasia.
Derek mengisahkan perjalanan kisah keduanya menggunakan alur maju-mundur yang cukup intens. Penonton dibawa masuk ke dalam kelindan kisah keluarga yang penuh drama dengan isu kesehatan mental yang sangat menyita perhatian dan menguras emosi.
Menarik pula mengamati Mark, memainkan karakter Dominick dan Thomas yang benar-benar muncul seperti dua orang yang sama sekali berbeda.
Setting lokasi yang berpusat di Poughkeepsie mampu menghidupkan aura Three Rivers, Connecticut, yang di novel Wally merupakan lokasi fiktif. Kehidupan di kawasan pinggiran dengan lanskap alam, membungkus kisah pelik Dominick dan Thomas.
Kisah manusia
Dalam sesi Television Critics Association yang digelar di The Langham Huntington Pasadena, California, Amerika Serikat, 15 Januari 2020, Derek yang hadir bersama Mark mengatakan, sejak lama ia memang terobsesi mengangkat kisah tentang keluarga.
”Menurutku, keluarga adalah tempat aku bisa mengeksplorasi kisah paling manusiawi, paling mengejutkan untuk mengungkap seluruh rahasia yang ada dan belajar banyak tentang diri kita,” kata Derek.
Meski diangkat dari novel laris, Derek dan Mark yang pada serial ini juga berperan sebagai produser eksekutif tidak mentah-mentah memindahkan karya Wally ke layar kaca. Wally, menurut Derek, memberi keleluasaan kepada mereka untuk mengeksplorasi dan memberikan interpretasi terhadap karyanya.
Secara teknis, Derek mencontoh apa yang dilakukan Michael Mann di film Heat. Adegan makan malam yang mempertemukan aktor Robert De Niro dan Al Pacino tidak menampilkan keduanya secara bersamaan di layar.
”Yang dia lakukan seperti menampilkan sisi mata uang. Kamu tidak bisa melihat kepala dan ekor bersamaan karena itu mustahil. Dari situ aku melakukan hal yang sama pada Mark,” papar Derek.
Sebagai aktor yang memerankan dua karakter utama, Dominick dan Thomas, Mark Ruffalo bekerja ekstra keras. Meski sebagai saudara kembar yang memiliki DNA sama, setelah berusia 40 tahun, keduanya menjalani pengalaman hidup sangat berbeda. Dengan begitu, sangat penting menampilkan perbedaan kondisi fisik dan mental mereka.
”Kami tidak mau, untuk membedakan keduanya, aku hanya memakai rambut palsu lalu shooting lagi di hari yang sama. Jadi kami libur selama lima pekan untuk benar-benar ’memisahkan’ kedua karakter ini,” kata Mark.
Pada 15 minggu pertama, Mark shooting sebagai Dominick. Setelah jeda selama lima pekan, Mark menambah berat badannya kurang lebih hingga 10 kilogram, dan muncul sebagai Thomas. Thomas, kata Mark, harus benar-benar berbeda dari Dominick karena dia menjalani pengobatan yang berefek pada berat badannya.
”Menambah berat badan saat memerankan Thomas sangat berat. Saat kamu memaksakan diri untuk makan, ada romantisisme tentang makanan yang hilang. Tapi karena ada elemen kesehatan mental di sini, aku ingin sejujur mungkin melakukannya, karena ini adalah isu yang sangat penting,” tutur Mark.
Selama lima pekan, Mark tersedot ke dalam isu kesehatan mental. Dia banyak mempelajari soal skizofrenia dan bagaimana pengobatan bermanifestasi pada fisik penderitanya. Lantas, dia berusaha menerjemahkannya pada sosok Thomas.
Secara karakter, Mark juga menghadirkan perbedaan antara Dominick dan Thomas. Thomas, menurut dia, jauh lebih ”bebas” ketimbang Dominick. Ini karena dia tidak punya beban, harapan, dan tanggung jawab seperti Dominick.
”Gangguan mental yang diidapnya juga membuatnya lebih jujur secara emosional,” papar Mark. Thomas juga lebih bisa mengekspresikan dirinya, tak terbebani pada ide soal maskulinitas, dominasi, dan kontrol.
Di sisi lain, Dominick, adalah laki-laki yang tumbuh dalam keluarga Italia yang harus selalu kuat, kadang juga sedikit kejam. Banyak konflik diselesaikan dengan kekerasan. Berbeda dengan Thomas yang jauh lebih feminin, lebih dekat dengan sang ibu, lebih sensitif, terbuka, tetapi sekaligus rapuh.
”Perbedaan ini seperti jembatan yang harus aku lalui selama memerankan kedua karakter itu sepanjang cerita berjalan,” tutur Mark.
I Know This Much is True adalah kisah tentang sebenar-benarnya manusia berjuang dengan segala problematika hidup.