Babak Baru Generasi Tangguh
Momen transisi akademis untuk menapaki dunia baru tak lagi berada di tengah ramainya perayaan. Lewat acara sederhana di tiap rumah wisudawan, jerih payah dan pencapaian mereka tetap diapresiasi.
Momen transisi akademis untuk menapaki dunia baru tak lagi berada di tengah ramainya perayaan. Lewat acara sederhana di tiap rumah wisudawan, jerih payah dan pencapaian mereka tetap diapresiasi. Tahapan perjalanan hidup dengan gelar sarjana pun dimulai.
Pagi itu, Selasa (16/6/2020), Gedung Prof Soedarto, Universitas Diponegoro, Semarang, yang dapat menampung ribuan orang, hanya diisi deretan bangku kosong. Kamera dipasang di tiap sudut menghadap panggung utama yang diisi jajaran senat. Dari layar monitor satu per satu data diri wisudawan ditampilkan dengan foto, saat nama mereka disebutkan.
Hari itu berlangsung Wisuda Mahasiswa Ke-158 Universitas Diponegoro (Undip) secara virtual. Sesekali ditampilkan beberapa wisudawan beserta orangtuanya dari rumah mereka saat mengikuti acara secara daring. Pada masa pandemi ini, Undip melepas 1.500 wisudawan yang dilakukan secara daring selama tiga hari.
Baca juga : Wisuda Daring Penuh Makna Saat Pandemi Covid-19
Hal serupa dilakukan Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo. Wisuda Periode II Tahun 2020, yang dijadwalkan pada 27 April 2020, diundur pada 2 Mei 2020 agar bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional. Wisuda daring ini diikuti oleh 259 mahasiswa, yang terdiri dari mahasiswa S-1, S-2, S-3, dan doktor spesialis.
Setiap tahun, wisuda merupakan suguhan suasana meriah. Ribuan mahasiswa didampingi keluarga, kerabat, dan rekan hadir di kampus yang berhias karangan bunga ucapan selamat. Tahun ini, rencana perayaan hingga agenda foto bersama di kampus kebanggaan sirna.
Air mata Nessya Deazindra (22) sempat mengalir deras saat mendapat kabar wisuda dilakukan secara daring. Bayangan mengenakan kebaya cantik yang sudah dipesan jauh-jauh hari, berhias selempang biru bertuliskan cum laude, hampir buyar.
”Baru tahu kalau wisudanya harus online dua minggu sebelum hari-H. Rasanya sedih, kecewa, langsung nangis. Merasa harusnya diapresiasi. Ini, kan, sekali seumur hidup. Tapi, setelah dilewati, ya, gimana lagi. Masih sempat ngerasain pakai toga. Alhamdulillah,” ujar lulusan Manajemen Fakultas Ekonomi UNS ini, Rabu (17/6).
Baca juga : Menabung Kenangan Wisuda
Baginya, wisuda menjadi buah dari kerja keras kuliah selama 3,5 tahun dan skripsi yang sempat membuatnya depresi. Kesedihannya agak terobati karena pihak universitas mau repot-repot mengirim toga dan jubah hitam wisuda ke rumahnya, lengkap dengan ijazah, legalisasi nilai transkrip, dan selempang cum laude.
Harapan membanggakan orangtua terpenuhi karena namanya disebut di urutan teratas di Fakultas Ekonomi lantaran prestasi yang bagus. Di depan layar televisi itu pula ibunya menggeser tali toga sebagai tanda sah lulus universitas. Ibu dan adik-adiknya juga mencoba menghapus rasa kecewanya dengan berdandan serius selayaknya ketika akan mengantar wisuda di kampus.
Ia dan rekan-rekannya yang menjalani wisuda virtual juga membuat video berantai dengan saling lempar toga yang diunggah di akun Instagram. ”Waktu mau wisuda, sudah janjian, di rektorat pakai toga bareng joget main tik tok,” ujar Nessya.
Ada juga Florencia Paendong (25) yang harus merasakan yudisium dan wisuda secara virtual dari rumahnya di Minahasa, Sulawesi Utara. Seluruh pengurusan administrasi kelulusan dari Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, Manado, pun dilakukan secara daring.
Baca juga: Wisuda Kala Pandemi, Sistem ”Drive Thru”, Virtual, hingga Diwakili Robot
Tanpa toga dan jubah wisuda, ia tetap berdandan dengan kebaya. Orangtuanya pun mendampingi dengan berdandan formal. ”Bagi saya ini peristiwa tak terlupakan. Dulu, ketika wisuda sarjana, selebrasi di gedung bareng teman- teman. Bagi saya wisuda kali ini lebih heart-touching,” tambah Florencia.
Rektor UNS Jamal Wiwoho mengungkapkan, wisuda virtual sesuai di tengah masa pandemi ini. Kesakralan dan keintiman dengan keluarga tetap berusaha dibangun meski tak biasa. UNS mempelajari upacara daring yang lebih dulu dilakukan di Jepang dan juga Institut Teknologi Bandung (ITB). ”Jadi, jangan digantung. Ini inovasi. Meski ada pandemi, kita enggak boleh berhenti. Ada media yang bagus, ya, kita gunakan. Biar setelah ini mereka bisa langsung melesat melanjutkan cita-citanya,” ujarnya.
Tidak hanya di Indonesia dan di Jepang. Wisuda daring juga dilakukan di beberapa negara. Harvard di Amerika Serikat juga menggelar wisuda daring pada 28 Mei 2020. Namun, ada juga yang memilih menunda seperti yang dilakukan Universitas Oxford.
Di Indonesia, Amanda Ditya Pratomo, calon wisudawan Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, juga mengalami penundaan wisuda hingga batas waktu yang tidak dapat ditentukan. ”Padahal sudah kepingin merasakan bagaimana mengenakan toga, diwisuda, dan diserahi ijazah. Pastinya orangtua juga ikut sedih,” ujar Amanda.
Meski begitu, ijazah dan toga untuk wisuda tetap bisa diambil. ”Tapi kalau ijazah sudah dipegang, saya pikir akan lebih sulit lagi kalau semisal wisudawan harus menunggu jadwal wisuda yang ditunda. Bisa jadi sudah banyak yang kembali ke kampung halaman masing-masing atau bekerja,” ujarnya.
Baca juga : Ayu Maulida Putri: Momen Penting
Penundaan wisuda juga dilakukan Universitas Multimedia Nusantara (UMN) Jakarta. Setiap tahun, UMN menggelar acara wisuda sebanyak dua kali, setiap bulan Juni dan Desember.
Rektor II Bidang Administrasi dan Keuangan UMN Andrey Andoko menyampaikan, acara wisuda untuk 373 wisudawan dari empat fakultas yang seharusnya digelar bulan ini terpaksa ditunda setidaknya sampai Desember akibat pandemi. Meski ditunda, pihak universitas tetap akan memberikan ijazah per Juli nanti sehingga tak menghambat kelanjutan studi atau melamar pekerjaan.
Lulus kuliah di masa pandemi, menurut psikolog Ajeng Raviando, merupakan suatu kesempatan untuk mengasah resiliensi atau kemampuan untuk mengendalikan keadaan agar tetap berfungsi secara kompeten dalam menghadapi berbagai tantangan hidup.
Sisi positif dari tantangan yang dihadapi saat ini adalah mereka yang lulus tahun 2020 ini akan bertransformasi menjadi generasi yang jauh lebih kuat dan tangguh.
Mereka harus beradaptasi dengan kondisi pandemi yang memicu stres, cara baru wisuda yang jauh di luar ekspektasi, kemudian dihadapkan pada tekanan perubahan di bursa kerja karena banyak perusahaan menunda penerimaan karyawan. Adaptasi ini menitikberatkan pada upaya individu melahirkan respons baru yang sesuai dengan perubahan kondisi di luar harapan.
Kemampuan melalui dinamika proses dari stres hingga adaptasi ini akan berpengaruh pada resiliensi.
”Coping saja enggak cukup, harus berubah cara pandang. Harus aktif melihat kesempatan di luar zona nyaman. Enggak bisa diam menunggu. Mentalnya akan terasah harus cepat menyesuaikan diri dan menetapkan tujuan yang realistis dan tetap mengejar mimpi,” ujar Ajeng.
Tantangan
Perubahan bursa kerja dirasakan Nessya saat lamaran yang sempat direspons penyedia lapangan kerja kini menggantung tanpa kejelasan saat masuk masa pandemi. Ia pun mulai menjajal bisnis di bidang kuliner. ”Penginnya lulus langsung berguna, cepat dapat kerja. Segera dipraktikkan ilmunya,” harapnya.
Amanda juga memilih berwirausaha sambil mencari lowongan yang sesuai dengan bidang yang dipelajarinya, yaitu ekonomi keuangan dan perbankan. Sejak dua tahun terakhir sambil berkuliah Amanda memasak makanan seperti spageti dan masakan Eropa lainnya untuk kemudian dikemas dan dijual kepada teman-teman kampusnya. ”Harga jualnya disesuaikan budget anak kampus. Pokoknya murah dan terjangkau,” ungkap Amanda.
Begitu pula dengan Surya Mahardika, lulusan komunikasi dan penyiaran Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang membuat usaha rintisan bersama teman-temannya bernama betukang.id yang bergerak pada penyedia jasa tukang yang dapat dipesan secara daring.
Mengacu pada data Badan Pusat Statistik, jumlah iklan lowongan pekerjaan pada seluruh sektor secara konsisten mengalami penurunan selama periode Januari-April 2020. Meski menurun, sejumlah sektor, seperti komunikasi dan informasi, jasa keuangan dan asuransi, serta industri pengolahan masih berada di peringkat atas membuka lowongan pekerjaan.
Fleksibilitas jadi kunci di tengah ketidakpastian dan kondisi ambigu.
Di Singapura, dari hasil survei terhadap 1.000 responden yang diterbitkan The Sunday Times, ada lima pekerjaan yang sangat diperlukan dalam konteks pascapandemi, yakni dokter/perawat, layanan kebersihan, pengumpul sampah, wirausaha, dan kurir antar.
Wajah bursa kerja di seluruh dunia tak jauh berbeda. Di Amerika Serikat, misalnya, berbagai lapangan pekerjaan dan perusahaan juga belum tancap gas untuk kembali melakukan perekrutan akibat pandemi.
Rektor Undip Yos Yohan Utama menyampaikan, fleksibilitas jadi kunci di tengah ketidakpastian dan kondisi ambigu. Sementara sosiolog dari Universitas Gadjah Mada, Oki Rahadianto, menuturkan, kondisi di luar prediksi ini mengubah peta bursa kerja. ”Jika mengandalkan pekerjaan formal, kesempatan minim. Juga jangan berpikir linear, misalnya lulusan Hubungan Internasional jadi diplomat. Untuk saat ini, rasanya sulit,” tutur Oki.
Baca juga: Perayaan Wisuda dari Gedung Kosong Undip
Dalam tiap tekanan, lanjut Oki, tetap memunculkan ruang baru. Kali ini geliat usaha berbasis digital dapat menjadi kesempatan bagi lulusan baru. ”Ini peluang yang bisa dimanfaatkan. Kuncinya saat ini bertumpu pada diri sendiri, skill dasar yang kadang tidak linear dengan jurusan yang diambil, dan jaringan,” ucap Oki.
Gambaran perjuangan para lulusan baru di tengah bursa kerja pernah ditampilkan lewat film Reality Bites pada 1994. Karakter Lelaina Pierce, seorang generasi X, yang lulus dengan nilai terbaik, nyatanya juga kesulitan mencari kerja. Acara wisuda yang dialami dengan gembira juga tak menjamin lancarnya karier.
Seperti kata Troy Dyer dalam film itu, satu-satunya hal yang bisa dicapai adalah menjadi diri sendiri. Jangan berhenti, wahai generasi tangguh!
(WEN/WKM/DOE/DWA/IAN)