Selain mengandalkan fasilitas pemerintah, para pesepeda diharapkan memiliki kesadaran pribadi untuk menjaga keselamatan berlalu lintas serta mencegah terjadi tindak kriminalitas.
Oleh
FAJAR RAMADHAN
·5 menit baca
Sudah seminggu ini, dua siswa SMA Negeri 31 Jakarta, Jeremy Malkin (17) dan Mario Julio (18), aktif bersepeda mengelilingi Ibu Kota. Padahal, selama satu tahun terakhir, keduanya mengaku tidak pernah menggowes. Tren bersepeda yang sedang hangat akhir-akhir ini memantik semangat mereka mengayuh pedal sepeda.
Selasa (23/6/2020) pagi, Jeremy dan Mario bersepeda dari rumah mereka di kawasan Cempaka Putih, Jakarta Pusat, menuju Stadion Gelora Bung Karno. Berangkat sekitar pukul 09.00, keduanya mengaku waswas karena harus bersaing dengan para pengemudi sepeda motor di jalanan.
”Khawatir, banyak sepeda motor masuk ke jalur sepeda. Mereka juga kenceng-kenceng naik (kendaraan)-nya,” kata Jeremy.
Di Jalan Sudirman-MH Thamrin, hal yang sama juga mereka alami. Masih banyak pengemudi sepeda motor yang menyerobot jalur khusus sepeda. Keduanya menyesalkan penyingkiran traffic cone sebagai pemisah antara pesepeda dengan pengendara sepeda motor pada jam-jam tersebut.
”Di Jalan Sudirman-MH Thamrin, traffic cone-nya malah disingkirkan tadi. Jadi, ya, harus berbaur dengan sepeda motor dan mobil,” kata Jeremy.
Seperti diketahui, Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya dan Dinas Perhubungan DKI Jakarta telah memberlakukan pop up bike lane atau jalur khusus sepeda sementara. Petugas memasang traffic cone yang diikat dengan tali untuk memisahkan jalur sepeda dengan pejalan kaki atau kendaraan lain.
Adapun jam pemberlakuan pop up bike lane tersebut adalah Senin-Jumat pada pukul 06.00-08.00 dan 16.00-18.00. Untuk Sabtu berlaku pada pukul 06.00-10.00 dan 16.00-19.00, sedangkan Minggu menyesuaikan Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) di pagi hari dan pukul 16.00-19.00.
Jeremy dan Mario belum mengetahui tentang aturan tersebut. Dalam hal ini, mereka berharap agar jalur sepeda dibuat secara permanen sehingga para pesepeda bebas bersepeda pada jam kapan pun. ”Kalau sekarang, ya, harus selalu waspada aja kalau di jalan,” kata Mario.
Sementara itu, beberapa pesepeda yang ditemui di Bundaran Hotel Indonesia pada Sabtu (20/6/2020) pagi mengaku tertarik untuk beralih dari memakai sepeda motor ke sepeda saat berangkat kerja. Akan tetapi, mereka masih ragu untuk memulainya karena belum tersedia jalur sepeda yang memadai dari tempat tinggal mereka menuju kantor.
Dasiman (35), misalnya, masih waswas untuk bersepeda dari tempat tinggalnya di kawasan Sunter, Jakarta Utara, menuju Tanah Abang, Jakarta Pusat. Menurut dia, belum tersedia jalur sepeda di rute tersebut. Ia masih ragu untuk berbaur dengan pengendara sepeda motor di jalan raya.
”Saya baru akan coba Jumat pekan ini kalau bisa bangun pagi. Soalnya kalau kesiangan takutnya bareng sama kendaraan bermotor,” katanya.
Co-Founder sekaligus Pembina Komunitas Bike to Work (B2W) Toto Sugito mengapresiasi pemberlakuan pop up lane untuk memberikan rasa aman dan nyaman saat bersepeda. Akan tetapi, sering kali pemberlakuannya tidak sesuai dengan waktu yang ditetapkan.
”Sebelum jam yang ditetapkan, cone sudah dipinggirkan oleh petugas. Padahal kebijakan fasilitas ini menarik untuk mengundang minat para pesepeda baru,” katanya.
Taati peraturan
Di sisi lain, Toto juga mengajak para pesepeda untuk tertib dan menaati peraturan lalu lintas. Pesepeda harus menyadari bahwa kecepatan mereka lebih rendah dibandingkan kendaraan yang lain sehingga harus selalu mengambil jalur paling kiri.
Pesepeda wajib mengenakan helm standar dengan baik dan benar. Di masa pandemi Covid-19 seperti saat ini, alangkah baiknya jika pesepeda melengkapi diri dengan kacamata google agar terhindar dari droplet. Kacamata google juga bisa menghindarkan pesepeda dari debu.
”Gunakan masker yang baik agar terhindar dari Covid-19 dan mencegah terhirupnya gas karbon monoksida yang keluar dari emisi kendaraan bermotor,” kata Toto.
Toto menyarankan pesepeda menghindari pemakaian sandal saat bersepeda. Gunakan sepatu yang memadai agar lebih aman saat menginjak pedal sepeda. Usahakan untuk mengenakan baju, kaus, atau rompi berwarna terang atau menarik perhatian. Hal tersebut penting agar pesepeda terlihat oleh para pengendara sepeda motor, mobil, bahkan bus.
Gunakan juga sarung tangan agar lebih nyaman saat memegang stang sepeda. ”Sarung tangan juga bisa menghindarkan pesepeda dari cedera jika jatuh dan terbentur aspal atau benda keras lainnya,” tambahnya.
Usahakan untuk mengenakan baju, kaus, atau rompi berwarna terang atau menarik perhatian. Hal tersebut penting agar pesepeda terlihat oleh para pengendara sepeda motor, mobil, bahkan bus.
Toto juga menyarankan agar sepeda yang digunakan dilengkapi dengan aksesori penunjang keselamatan. Salah satu yang terpenting adalah lampu penerangan, baik di depan maupun belakang bagian sepeda.
Ia menyarankan untuk menggunakan lampu blink atau kelap-kelip di bagian belakang. ”Lebih banyak lampu belakang yang dipasang, akan lebih baik. Supaya terlihat oleh pengendara kendaraan yang lain,” katanya.
Sepeda juga harus dilengkapi dengan bel. Semakin keras suara bel, akan semakin baik. Di sisi lain, jangan lupa untuk membawa peralatan mekanik, minimal pompa kecil atau alat untuk mengganti ban dalam.
Tindak kejahatan
Pemerhati masalah transportasi yang juga mantan Kepala SubDirektorat Penegakan Hukum Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya Budiyanto mengimbau para pesepeda untuk mewaspadai tindakan kriminal selama berada di jalan mengingat sepeda memiliki kecepatan yang relatif rendah.
Budiyanto menyarankan agar masyarakat menghindari bersepeda seorang diri. Akan tetapi, setiap pesepeda juga perlu menjaga jarak aman dengan teman. Selain itu, hindari membawa barang-barang berharga yang dapat memancing tindak kejahatan. ”Rumus kejahatan bisa terjadi karena ada niat dan kesempatan,” tegasnya.
Selain itu, apabila melihat orang-orang yang dicurigai, pesepeda bisa berhenti di tempat yang ramai orang. Segera hubungi kantor polisi terdekat apabila memungkinkan.
Toto juga menyarankan agar pesepeda menghindari melintas di jalanan saat malam hari. Lebih baik sepeda dititipkan di tempat yang aman dan pulang mengendarai transportasi umum, taksi, atau ojek. Hal ini untuk menghindari kriminalitas di kalangan para pesepeda.