Saat Analisis ”Big Data” dari Server Internal dan ”Cloud” Bisa Dilakukan Sekaligus
Pemain utama platform ”big data”, Cloudera, memperkenalkan platform barunya, Cloudera Data Platform Private Cloud. Platform ini memungkinkan analisis ”big dat”a dari server internal perusahaan dengan ”cloud” sekaligus.
Oleh
SATRIO PANGARSO WISANGGENI
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Memastikan seluruh aliran big data yang dimiliki perusahaan dapat terakses menjadi langkah pertama sebelum menganalisisnya. Perusahaan platform big data Cloudera memperkenalkan platform yang dapat memaksimalisasi pemanfaatan pusat data milik internal perusahaan dan juga server public cloud.
Platform yang diberi nama Cloudera Data Platform (CDP) Private Cloud ini melengkapi jenis platform yang sudah dikenal sebelumnya, CDP Public Cloud.
Dalam CDP Public Cloud, platform pengolahan big data ini hanya bisa digunakan di data yang tersimpan pada layanan public cloud, seperti Amazon Web Services (AWS) dan Microsoft Azure ataupun Google Cloud Platform (GCP).
Meski demikian, dengan CDP Private Cloud ini, manajemen dan analisis big data dapat mengacu pada data yang tersimpan di pusat data perusahaan (on premise/private cloud) dan juga yang ada di public cloud. Skema ini biasa disebut dengan hybrid cloud.
Vice President (VP) Asia Pacific and Japan dari Cloudera Mark Micallef mengatakan, CDP Private Cloud ini secara khusus menarik bagi entitas perusahaan ataupun institusi pemerintahan di Indonesia.
Hal ini karena berbagai regulasi mengenai kedaulatan data (data soverignty) yang menentukan bahwa sejumlah data penting harus disimpan dalam pusat data yang berada di dalam negeri.
Untuk diketahui, seperti pada Pasal 20 Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2019, penyelenggara sistem elektronik lingkup publik wajib melakukan pengelolaan, pemrosesan, dan atau penyimpanan sistem elektronik dan data elektronik di wilayah Indonesia.
Hal ini tentu menutup opsi untuk memindahkan secara penuh data yang dimiliki ke layanan public cloud, seperti Amazon Web Services (AWS), Microsoft Azure, ataupun Google Cloud Platform.
”Jadi, untuk perusahaan ataupun lembaga pemerintahan yang bergerak di industri yang sudah diregulasi secara komprehensif. Di sektor ini, mereka harus memenuhi berbagai standar kedaulatan data dan keamanan di data center masing-masing,” kata Micallef dalam sebuah media briefing peluncuran CDP Private Cloud yang digelar secara virtual pada Kamis (25/6/2020).
Selain Micallef, juga hadir sejumlah pejabat Cloudfare Indonesia dan VP Business Intelligence and Analytics Telkomsel Tina Lusiana.
Micallef berpendapat, dengan mengintegrasikan data center internal dan public cloud, perusahaan dapat melakukan analisis dan mengambil keputusan di mana pun data tersebut tersimpan.
Apabila data yang dimiliki oleh perusahaan tersebar di sejumlah tempat dan tidak terkoordinasi dengan baik, proses analisis untuk pengambilan keputusan tentu juga tidak maksimal.
”Dengan demikian, divisi TI kini dapat menjalankan fungsi analitik di cloud apa pun sehingga bisnis dapat memiliki kecepatan dan agility (kelincahan) yang diinginkan dengan keamanan dan tata kelola yang sesuai kebutuhan perusahaan besar,” kata Micallef.
Menurut IDC, hingga tahun 2021, lebih dari 90 persen perusahaan di Asia Pasifik akan mengandalkan kombinasi private cloud di dalam pusat data perusahaan, beberapa public cloud, dan platform on-premise untuk memenuhi kebutuhan infrastruktur mereka.
Di Indonesia, IDC memprediksikan bahwa pada 2023 lebih dari 50 persen investasi teknologi informasi dan komunikasi (TIK) akan digunakan untuk transformasi dan inovasi digital, naik dari 27 persen pada 2018.
Sejumlah perusahaan dan lembaga pengguna platform big data milik Cloudera berada di berbagai sektor industri Indonesia. Di bidang telekomunikasi ada Telkomsel, Indosat, Telkom, dan XL Axiata.
Adapun pada sektor perbankan ada, antara lain, BCA, Mandiri, Danamon, BNI, BRI, NISP, BTPN, OCBC NISP, dan OVO. Instansi pemerintah dan badan regulator, seperti Ditjen Pajak dan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), juga menjadi pelanggan Cloudera.
Single source of truth
Tina mengatakan, proses merapikan sumber data dan menjadikannya satu sebagai sebuah single source of truth memang menjadi tahapan yang mutlak dimiliki dalam sebuah perusahaan yang ingin penuh memanfaatkan big data.
Single source of truth merujuk pada sebuah kondisi dalam suatu sistem informasi suatu perusahaan di mana berbagai data dari banyak sistem ke dalam satu lokasi. Hal ini memungkinkan setiap pihak dalam perusahaan mengacu pada satu data yang sama dan pengambilan keputusan yang konsisten.
”Sebelumnya, kita punya banyak berbagai sumber data untuk mengoleksi data yang bermacam-macam. Kalau terpisah begitu, artinya kita juga punya duplikasi solusi,” kata Tina.
Tina mengungkapkan, dari hasil analisis big data, pihaknya bisa mencapai tiga hal penting. Pertama, setiap pengambilan keputusan berbasis data. Kedua, bisa menemukan hal-hal baru untuk meningkatkan experience dari pelanggan. Ketiga, perusahaan dapat mengidentifikasi business model yang baru.
Contoh praktisnya, manajemen tingkat atas dapat bisa memantau pergerakan pelanggan setelah digelarnya suatu kampanye pemasaran (marketing campaign) baru. Penciptaan model bisnis baru—seperti kerja sama dengan HBO Go—bermula juga pada hasil analisis big data Telkomsel.
Jenis data yang dianalisis oleh Telkomsel, menurut Tina, ada bermacam-macam. Setidaknya ada 12 jenis data, mulai dari data traffic internet, data tagihan pelanggan, jenis transaksi yang dilakukan, hingga lokasi pelanggan.
Dengan 150 juta pelanggan, data yang terekam oleh Telkomsel mencapai 10 miliar baris data per hari. ”Big data itu artinya data yang sangat besar dan mengalir dengan cepat. Kemampuan bagaimana memanen nilai penting dari data itu yang penting,” kata Tina.
Secara terpisah, melalui keterangan tertulis, Vice President of Information Technology Citilink Hadidz Aulia mengatakan, perusahaan maskapai itu telah memanfaatkan komputasi cloud dan sistem analitiknya sejak empat tahun lalu.
Melalui analisis big data, Hadidz mengatakan, pihaknya dapat memberikan informasi penting mengenai konsumen yang lebih baik dan mengidentifikasi peluang-peluang layanan baru.
”Dengan memperhatikan inovasi yang berkelanjutan, cloud data enterprise bisa memberikan Citilink kemampuan analitik data yang lebih kuat di lingkungan hybrid cloud guna meningkatkan efisiensi operasional dan meraih daya saing yang lebih besar,” kata Hadidz.