Lampu panggung menyala lagi.... Hasrat mencecap gemuruh pentas agaknya mulai terpenuhi. Meski kerinduan mendengar riuh penonton dan keasyikan melantangkan suara bersama demi lagu kesayangan belum sepenuhnya terobati.
Oleh
Riana A Ibrahim
·5 menit baca
Lampu panggung menyala lagi.... Hasrat mencecap gemuruh pentas agaknya mulai terpenuhi. Meski kerinduan mendengar riuh penonton dan keasyikan melantangkan suara bersama demi lagu kesayangan belum sepenuhnya terobati.
Kelompok musik Noah menutup perhelatan hari pertama yang diberi tajuk Neno Fest. Berbeda dengan dua penampil sebelumnya, yakni Agatha Pricilla dan Hindia, Noah menciptakan ”panggung” sendiri dari rumah masing-masing personel dengan memanfaatkan teknik penayangan melalui layar hijau yang terpasang sebagai latar tiap personel.
Lewat teknik itu, Noah seolah tengah dikelilingi para penggemarnya seperti saat sedang konser secara langsung. Sesekali Ariel, vokalis, tetap menyodorkan mikrofon ke depan layar atau ke arah gambar penonton untuk mengajak bernyanyi bersama. Penampilan sekitar 60 menit itu pun dilabeli ”Konser Halusinasi Noah” seolah sedang menggelar pertunjukan tunggal.
Usai membuka dengan hit ”Separuh Aku”, Ariel meminta operator yang mengatur latar untuk memunculkan suara tepuk tangan meriah. Ia pun tertawa lepas dan menyapa para penonton yang kali ini juga berada di rumah. ”Biar rasanya kayak beneran. Seru juga sih ini. O iya, ini bisa request ganti suasana, ya. Jadi, mimpi kita konser di tempat-tempat yang belum pernah bisa terjadi sekarang,” ujar Ariel sambil mengantar lagu selanjutnya.
Betul saja. Pada lagu ”Cobalah Mengerti” sesuai dengan permintaan Loekman, gitaris, latar tiap personel berubah menjadi gurun pasir. Setelah itu, berganti Ariel yang bersemangat meminta latar kapal tanker karena bermimpi menggelar konser di atasnya.
Penampilan dengan sembilan lagu yang cukup atraktif itu pun membuat semua anggota band bercucuran keringat. Mirip seperti sedang berada di atas panggung sungguhan.
”Solusi yang segar, sih. Ada penyaluran untuk menghibur orang di rumah walau enggak maksimal. Kita juga jadi belajar teknologi. Yang tadinya enggak terlalu tahu, jadi tahu. Tapi gue enggak berharap gini terus. Walau malam ini kelihatannya sukses virtual gini. Gue pengen langsung sih,” ungkap Ariel sesaat sebelum menutup aksinya yang sekaligus mengakhiri hari pertama Neno Fest, Jumat (26/6/2020).
Neno Fest atau New Normal Festival yang dibesut oleh Indonesia Streaming Gigs ini berlangsung selama tiga hari, 26-28 Juni 2020. Ada 11 musisi yang bermain selama tiga hari penyelenggaraan tersebut. Selain Noah, Agatha, dan Hindia, Tulus dan Rossa juga masuk daftar pengisi acara. Ada pula D’Masiv, Geisha, Kunto Aji, Weird Genius, Sheryl Sheinafia, dan Nadin Amizah.
Hanya Noah dan Tulus yang tampil dari rumah. Sisanya berada di atas panggung yang disediakan penyelenggara di sebuah studio. Kondisinya memang semacam berbagai festival yang akrab digelar di Indonesia, terlihat dari tata panggung dan pencahayaannya.
Kendalanya berada pada output suara yang bergantung pada tiap-tiap perangkat yang digunakan penonton untuk mengakses pertunjukan dan juga sambungan internet.
Meski tak sepenuhnya terkait secara emosi karena terpisah ruang, salah satu musisi muda, Nadin Amizah, berhasil mencuri perhatian. Konsep berkisah untuk menjalin satu per satu lagu yang dibawakannya dari album Selamat Ulang Tahun memantik para ”generasi galau” untuk tak berhenti komentar pada fitur live chat yang disediakan penyelenggara. Nadin sukses menggerus hati.
Inovasi
Penanggung jawab Neno Fest, Dian P Irawati, menuturkan, acara ini merupakan suatu terobosan yang muncul akibat pandemi. ”Awalnya itu, karena industri ini saat pandemi adalah salah satu yang terdampak, di mana konser dan festival belum bisa dilaksanakan. Jadi, kita harus punya inovasi dan terobosan baru untuk tetap bisa menghibur masyarakat di rumah. Dengan cara live streaming, dengan menghadirkan nuansa konser yang sebenarnya,” ujar Dian.
Animo publik cukup positif. Sekitar 15.000 tiket terjual melalui Loket.com dengan harga Rp 30.000 untuk 1 day pass dan Rp 70.000 untuk 3 days pass. Para penonton juga sangat aktif berkomunikasi melalui live chat saat bintang pujaan yang mereka nantikan tampil. Ada pula yang memanfaatkan untuk menyapa teman-temannya yang juga menonton dari rumah masing-masing.
Festival yang berdurasi 2-3,5 jam per hari ini pun diminta untuk kembali hadir.
”Dibilang sesuai atau tidaknya (durasi), result kemarin banyak masyarakat yang komen masih belum puas menikmatinya karena mungkin jadi terasa sebentar atau mungkin mereka sudah kangen dengan konser,” kata Dian.
Melalui akun resmi milik Indonesia Streaming Gigs, survei untuk penampil berikutnya dilakukan dalam unggahan pada empat hari yang lalu.
Sesungguhnya pertunjukan musik virtual ini sudah jamak digelar sejak pandemi menghampiri Indonesia pada Maret lalu. Sebut saja Konser di Rumah Saja yang dibuat Narasi TV hingga Konser Orkestra di Rumah yang digagas komposer Erwin Gutawa. Namun, saat itu, pertunjukan juga bertujuan untuk donasi.
Kali ini, yang disuguhkan adalah penawar bagi para pemburu konser yang harus kecewa karena berbagai agenda musik harus batal akibat pandemi. We the Fest! Yang semestinya digelar Agustus nanti diumumkan ditunda penyelenggaraannya. Hammersonic juga ditunda hingga Januari 2021.
Begitu pula dengan Prambanan Jazz Festival yang mundur pada Oktober 2020. Hanya Java Jazz Festival 2020 yang terlaksana pada akhir Februari lalu sebelum pandemi meledak di Indonesia. Situasi global juga serupa. Coachella yang diselenggarakan di California, Amerika Serikat, semestinya pada April 2020, memutuskan membatalkan agenda tahun ini dan beranjak pada penyelenggaraan di 2021.
Glastonbury Festival di Inggris yang seharusnya merayakan 50 tahun penyelenggaraannya dengan menghadirkan Paul McCartney, Taylor Swift, hingga Kendrick Lamar juga memilih batal dan menggeser pada 2021. Sebagai gantinya, para pengunjung setia acara ini diajak untuk menciptakan suasana dengan mendirikan tenda sambil menikmati tayangan berbagai penampilan musisi yang terbaik di festival tersebut lewat saluran BBC dan meramaikannya dengan unggahan di media sosial lewat tagar #Glastonathome.
Festival virtual secara global belum lama ini dilakukan Lost Horizon dengan menghadirkan Fat Boy Slim, ANNA, dan sejumlah penampil lainnya. Kemunculan Neno Fest di Indonesia ini pun seperti remedi, sekaligus memicu yang lain untuk mencari terobosan agar industri ini terus berjalan. Pada Agustus nanti, festival hiphop, RnB, dan soul virtual bertajuk Flavs juga akan digelar selama dua hari dengan menghadirkan sekitar 40 artis dengan empat panggung.