Yuk, Bermain Gim Menyelamatkan Orangutan lewat Wildeverse!
Di tengah pandemi saat ini, banyak orang menghabiskan waktu di rumah. Wildeverse mencoba memberikan permainan edukatif sebagai alternatif aktivitas dan mengganjar kebosanan dengan pengetahuan.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·4 menit baca
Di tengah pandemi saat ini ada banyak gim edukatif diciptakan, salah satunya Wildeverse. Permainan ini membawa para pemain memasuki hutan virtual mencari kera besar. Tak perlu repot-repot ke Kalimantan, apalagi ke Afrika. Melalui permainan ini, kamu bisa menemukan kera besar di dapur atau mungkin di kamar mandi.
Terinspirasi dari Pokemon Go yang sempat mewabah, Wildeverse memiliki basis gim yang sama. Bedanya, kamu tidak mencari Pikachu yang imut, tetapi kera-kera besar yang akan punah.
Seperti yang dilakukan keluarga Hedwig Pahul (28) di Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Pada Jumat (3/7/2020), ia terlihat sedang menggenggam ponsel pintar dan menggesernya ke kanan juga ke kiri. Terkadang ke bawah, tetapi lebih sering ke atas.
Hedwig bermain bersama anaknya yang baru berumur dua tahun. Keduanya terlihat cukup penasaran dengan permainan itu. ”Anak saya suka ngeliat orangutannya bergelantungan,” ujarnya.
Setelah mengunduh aplikasinya, pemain akan dipandu komputer untuk memasuki hutan virtual. Hutan virtual itu membentuk pohon, rumput, hingga bebatuan. Semuanya bewarna biru kehijauan. Pemain akan dipaksa melewati pepohonan atau menginjak bebatuan selama bermain di ruang virtual itu.
Untuk memudahkan bermain, hanya obyek yang dicari saja yang dibuat persis seperti aslinya sehingga ketika pemain menemukan kotoran primata, kalian benar-benar sedang melihat kotoran!
Ada empat level dalam permainan ini, mulai dari orangutan Kalimatan, gorila, simpanse, dan bonobo. Untuk level yang pertama adalah orangutan bernama Fio.
Hedwig dan anaknya tak sendiri. Mereka bermain di level orangutan ditemani oleh Eka, peneliti orangutan. Eka adalah peneliti orangutan dari Borneo Nature Foundation (BNF), sebuah yayasan konservasi internasional, yang salah satu basisnya ada di Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah.
Eka menjadi karakter kunci dalam permainan ini karena akan memberikan banyak petunjuk, juga pengetahuan. Uniknya, Eka memang dibuat persis seperti karakter aslinya yang riang dan murah senyum, bahkan pakaiannya pun serupa. Namun, karakter di permainan ini hanya animasi tiga dimensi.
Eka akan memberikan penjelaskan sembari ngobrol di kolom percakapan tentang siapa Fio, lalu umurnya, jenis kelamin, dan banyak lagi.
Eka akan menemani kalian selama permainan di level ini. Ia akan memandu kalian untuk menjelaskan aktivitas Fio dan orangutan pada umumnya.
”You did it! Yeaaah… high five,” kata Eka setelah Hedwig berhasil menemukan sarang orangutan di atas pohon. Padahal, dalam kenyataannya, sarang orangutan yang masih bewarna hijau itu ditemukan di atas pintu dapurnya.
Hedwig kemudian diberikan pilihan untuk merespons percakapan. ”Thanks,” ia memijit layar teleponnya.
Setelah percakapan itu, Eka akan memberikan penjelaskan sederhana terkait sarang orangutan, seperti bagaimana mereka membuat sarang, dari mana orangutan belajar membuat sarang, dan fungsi sarang itu.
”Setiap malam, orangutan membuat satu sarang sebelum tidur, lalu meninggalkannya di pagi hari,” kata Eka.
Pada setiap level yang sudah dilalui, para pemain akan diberikan poin. Besarnya poin itu tergantung dari seberapa cepat pemain menemukan obyek dan berapa banyak obyek yang dipindai. Ada kategori penilaian poin mulai dari good sampai great.
Setelah menyelesaikan level Fio dalam dua hari, Hedwig melaju ke level berikutnya, yaitu gorila bernama Buka. Gorila ini berasal dari Afrika. Saat itu juga, Hedwig dan anaknya meluncur ke Afrika.
Lewat permainan ini, semua orang bisa datang ke hutan mendengar langsung dari penelitinya sambil belajar tentang kera besar dan konservasi yang kami kerjakan.
Edukatif
Permainan ini dibuat oleh Internet of Elephant (IoE), sebuah perusahaan sosial yang berbasis di Kenya dan Amerika Serikat. Mereka merupakan kolaborasi antara banyak orang dengan beragam latar belakang, mulai dari koservasionis, pendidik, desainer gim, dan banyak lagi. Mereka disatukan karena kecintaan mereka terhadap satwa liar.
IoE kemudian bekerja sama dengan Borneo Nature Foundation (BNF) di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, untuk membuat ruang virtual langsung dari rumah atau habitat orangutan. Mereka mengunjungi hutan di Taman Nasional Sebangau (TNS) dalam kurun waktu satu minggu.
Wakil Direktur BNF Internasional Susan M Cheyne menjelaskan, IoE membutuhkan waktu lebih kurang 18 bulan untuk membuat permainan itu. Mereka menggunakan realitas virtual atau yang disebut augmented virtualreality untuk membuat ruang permainan menyerupai hutan asli habitat primata mulai dari Indonesia sampai Afrika.
”Lewat permainan ini, semua orang bisa datang ke hutan mendengar langsung dari penelitinya sambil belajar tentang kera besar dan konservasi yang kami kerjakan,” kata Susan.
Permainan ini, lanjutnya, bisa dimainkan semua orang di segala usia. Orangtua bisa mengajarkan anak atau bahkan mungkin sebaliknya.
Susan menambahkan, dengan terinspirasi oleh Pokemon Go, permainan ini dirancang untuk bisa dimainkan di dalam ataupun di luar rumah. ”Itu seperti membawa Anda langsung ke hutan Afrika dan Indonesia,” ujarnya.
IoE mengambil data yang dibutuhkan di TNS selama seminggu lebih. Mereka menggunakan informasi, pengetahuan, dan data seakurat mungkin karena para pembuat permainan ini bertemu langsung tidak hanya dengan semua jenis kera besar, tetapi juga dengan para pelindungnya.
Permainan ini bisa menjadi alternatif untuk mengganjar kebosanan dengan pengetahuan penting bagaimana kerabat paling dekat manusia itu beraktivitas di hutan. Dan, betapa pentingnya hutan sebagai rumah untuk melindungi spesies endemik yang terancam punah itu.