Memulai Bisnis Kuliner dengan Strategi Menu Lokal hingga Promosi Digital
Dengan mempelajari kendala yang ada di tengah pandemi Covid-19, berbagai strategi bisa dijalankan untuk memulai usaha kuliner.
Oleh
ERIKA KURNIA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Bisnis kuliner di Indonesia dinilai sebagai bisnis yang paling menantang terlebih setelah pandemi Covid-19 menghantam aktivitas perekonomian. Namun, dengan mempelajari kendala yang ada, berbagai strategi bisa dijalankan untuk memulai usaha kuliner.
Arnold Poernomo, chef sekaligus CEO Digitarasa, akselerator start up kuliner Digitaraya dan Gofood, menyebut bisnis kuliner atau food and beverages (F&B) umumnya terkendala tiga hal, yakni kerap terjebak pada model bisnis konvensional, minimnya pengetahuan promosi dan pengembangan operasional bisnis, serta sulit menemukan mitra yang tepat untuk mengembangkan bisnis.
Dalam diskusi media bertajuk ”Meningkatkan Bisnis F&B lewat Program Promosi di Tengah Pandemi”, Selasa (28/7/2020), ia juga menyoroti tambahan masalah setelah adanya pandemi Covid-19. Hal ini, menurut dia, perlu ditindaklanjuti dengan serius agar bisa membangun usaha yang berkelanjutan.
”Adanya pandemi membuat kemampuan kita untuk bisa bertahan sangat penting agar bisa berkembang dan tujuan awal bisa berbuah,” katanya dalam diskusi virtual.
Ahli dan konsultan bisnis F&B, Bisma Adi Putra, pada kesempatan sama, menyebut, pandemi mengubah kebiasaan masyarakat dalam mengonsumsi makanan. Selain meningkatkan permintaan layanan dan transaksi daring (online), mengutip data Gofood, perubahan kebiasaan masyarakat juga meningkatkan permintaan makanan siap masak tiga kali lipat.
”Pandemi membuat kesempatan membuka usaha kuliner lebih besar karena perubahan kebiasaan dari offline ke online. Awal PSBB, misalnya, ketika bisnis warung makan terdampak, banyak yang buat bisnis preorder dan mendadak mereka punya omset puluhan juta,” katanya.
Untuk merebut kesempatan itu, ia menyarankan, agar pelaku usaha menciptakan menu baru. Menurut dia, menu yang familiar dengan lidah orang Indonesia cenderung lebih disukai, seperti gorengan, daging-dagingan, hingga makanan pedas. Selain itu, kreativitas dalam membuat paket kombo juga bisa jadi strategi untuk menaikkan transaksi penjualan.
Strategi penting lainnya adalah berani mengeluarkan biaya untuk pemasaran digital (digital marketing). Promosi itu bisa dilakukan dengan memanfaatkan endorsment atau promosi lewat media sosial. Promosi itu tidak melulu harus ditawarkan ke influencer terkenal. Saat ini, menurut dia, pasar ibu-ibu memiliki kekuatan untuk mempromosikan produk secara daring.
”Sembilan puluh persen pebisnis F&B harus fokus sama digital marketing,” ujarnya.
Jemput bola
Head of Client Solutions Facebook Mifza Muzayan mengatakan, memasarkan produk kuliner melalui platform digital juga perlu strategi. Pemilik usaha harus cermat menyasar pasar yang ditargetkan.
”Sekarang tantangannya kita harus jemput bola. Tren penggunaan digital memang naik, tetapi kita harus bikin orang gampang melihat iklan digital kita kapan saja dan di mana saja mereka berada,” katanya.
Strategi jemput bola bisa dilakukan dengan mempromosikan iklan di beragam platform media sosial dan tidak berhenti di satu platform yang dinilai banyak diikuti follower. Selain itu, pelaku usaha juga harus mampu mengonversi orang yang sekadar melihat iklan menjadi pembeli.
”Pastikan kita punya customer services. Jadi orang yang melihat postingan iklan kita di media sosial bisa langsung bertanya lewat aplikasi pesan atau layanan pemesanan,” katanya.
Program akselerasi
Untuk membantu pertumbuhan usaha kuliner lokal, Digitarasa membuka pendaftaran program akselerasi usaha Batch 2 mulai 7 Agustus 2020, untuk pelaku bisnis kuliner dengan produk siap jual untuk dipasarkan ke masyarakat, dengan usaha yang dibangun dan dimiliki sendiri.
Program tersebut kembali diadakan setelah sukses melatih 14 usaha rintisan kuliner di program pertama pada awal Maret 2020, tidak lama sebelum munculnya pandemi.
Arnold mengatakan, start up kuliner terpilih akan bisa langsung belajar mengembangkan inovasi bisnis kuliner dan pemasaran berbasis data dari talenta terbaik di industri kuliner nasional. Kurikulum pembelajaran termasuk manajemen operasional bisnis F&B, pemasaran lewat branding dan marketing, pengembangan produk, riset pasar, hingga akses ke permodalan.
GoFood, sebagai bagian dari super app Gojek, juga akan berpartisipasi sebagai mentor untuk pemanfaatan data dalam mengembangkan inovasi kuliner dan strategi pemasaran. Hal ini untuk menjangkau calon konsumen dengan lebih tepat sasaran.
”Pandemi ini mengajarkan kami banyak hal dan GoFood tetap konsisten memberikan solusi baik dari pengembangan teknologi ataupun bantuan pendampingan untuk membantu start up dan UMKM bangkit, beradaptasi, dan tumbuh seiring dengan perubahan perilaku konsumen di masa tatanan kehidupan baru,” kata VP of Adtech and PromoTech Business Gojek Bella Chyntiara.
Di sisi teknologi, GoFood akan menjembatani kebutuhan UMKM dari hulu ke hilir, mulai dari proses migrasi offline ke online, hingga strategi pemasaran berbasis digital untuk menjangkau target konsumen. Selain itu, GoFood juga memberikan akses ke berbagai program promosi sesuai kebutuhan para mitra usaha, untuk meningkatkan eksposur UMKM dan memasarkan produk dengan lebih efektif.
Salah satu alumni Digitarasa Batch 1, Adwin Winarto, selaku founder start up Kuliner Tinggal Masak, mengaku, sangat beruntung bisa mendapat pelatihan dan berdiskusi langsung dengan para pakar yang sudah sukses di industri kuliner sehingga semakin optimis berkembang.
”Tidak hanya pelatihan secara teori, kurikulum Digitarasa benar-benar bisa diaplikasikan dan dampaknya sangat terasa bagi bisnis saya, terutama jaringan yang terbentuk,” katanya.