Kesan bahwa mobil berinterior plastik di kisaran harga Rp 200 jutaan bakal tidak nyaman berbalik total. Citroen C3 rupanya masih menjaga superioritas suspensi pabrikan Perancis ini. Kenyamanannya harus dicoba langsung.
Oleh
HERLAMBANG JALUARDI
·5 menit baca
Jujur saja, Citroen C3 tidak terlalu menggugah ketika diperkenalkan pertama kali di Jakarta pada Oktober 2022 lalu. Namun, ketika mencoba selama dua hari dari Jakarta ke Bandung, Jawa Barat, meniti jalur berliku, kesan itu berubah seketika. Mobil kecil bikinan India ini gesit dan sungguh nyaman.
Mobil dengan panjang 3,9 meter ini bertransmisi manual lima percepatan, belum ada varian transmisi otomatisnya. Bagi yang tidak terbiasa, tentu butuh penyesuaian. Betul saja, mobil sempat mati ketika baru keluar dari kantor PT Indomobil Wahana Trada, agen pemegang merek Citroen di Indonesia, karena tekanan kaki pada pedal kopling dan gas kurang seirama.
Namun, penyesuaiannya tak butuh waktu lama. Lalu lintas yang cukup ramai di ruas Jalan Gatot Subroto, Jakarta, pada Selasa (30/5/2023) dilalui dengan lancar, tak pernah mati-mati lagi. Pedal koplingnya relatif empuk. Sementara putaran mesin di gigi 2 masih mumpuni di kecepatan rendah.
Memasuki jalan tol, pengendalian mobil makin mudah lagi. Rasio gigi 3 dan 4 cukup panjang sehingga tak perlu sering-sering mengganti gigi. Pada gigi 4 saja, mobil masih mampu digeber sampai kecepatan 100 km per jam.
Kluster instrumen mobil ini tak dilengkapi takometer. Pengemudi tak tahu berapa putaran mesinnya untuk menentukan penggantian gigi. Raungan mesin tiga silinder pun samar-samar saja terdengar di kabin. Sebagai gantinya, ada indikator suara ”bip” dan tanda segitiga sebagai penunjuk untuk menaikkan atau menurunkan gigi. Suara itu juga mengingatkan pengemudi jika mobil sudah melaju di atas 120 kilometer per jam. Itu terlalu ngebut untuk mobil bebobot kotor 1,3 ton ini.
Karakter transmisi manualnya cukup menyenangkan dan tak terlalu membikin pegal kaki kiri. Hal yang lebih menyenangkan lagi adalah suspensinya. Sambungan-sambungan di ruas jalan tol layang MBZ membuktikan itu. Pada beberapa mobil berdimensi serupa lainnya, sambungan itu amat menyiksa lantaran tak henti-henti mengguncang mobil.
Di sinilah kekuatan karakter Citroen C3. Suspensinya sangat efektif meredam guncangan ke bodi mobil. Keempat rodanya boleh memantul-mantul, tapi bodinya tetap stabil. Kinerja suspensinya pun senyap, tak terdengar suara-suara mengganggu dari kaki-kakinya. Keempukan suspensinya membuai.
Seperti pereli
Rute menuju Kota Bandung tak melulu lewat jalan tol. Rombongan berisi lima unit Citroen C3 beraneka warna ini keluar di Gerbang Tol Sadang, Kabupaten Purwakarta, lalu berbelok menuju kawasan wisata Wanayasa, kemudian mengarah ke Ciater, Lembang. Rute ini lebih menantang; menanjak dan berkelok. Di banyak titik kondisi aspalnya bopeng-bopeng.
Perjalanan ini tidak dikawal aparat. Kami mengandalkan rute yang ditunjukkan aplikasi Google Maps yang terpancar di layar 10 inci dengan koneksi nirkabel dengan ponsel. Rupanya, peta itu mengarahkan kami menggunakan rute sepeda motor. Walhasil, jalan yang kami tempuh sempit dan menanjak cukup curam.
Posisi gigi 2 dan 3 sangat bertenaga memacu mobil melahap tanjakan. Putaran setirnya cenderung ringan dengan radius putar di bawah 5 meter. Ini memungkinkan untuk menikung dengan kecepatan relatif tinggi. Meski diajak menikung dengan sudut sempit, lagi-lagi, suspensi mobil menopang bodi dengan amat baik. Penumpang depan tak merasakan mual meski roda setir dipelintir. Penggunaan ban bertapak 195 membuat mobil seperti melekat pada permukaan aspal atau tanah.
Rute ini melintasi perkebunan teh yang kerap dilintasi mobil pikap. Aspalnya mengelupas di sana-sini. Meski ”cuma” bermesin 1.200 cc tanpa turbo dengan tenaga maksimal 82 ps dan torsi puncak 115 Nm, kontur jalan dan kemampuan mobil memenuhi imajinasi reli ala Sebastian Loeb dengan mobil Citroen-nya.
Seluruh awak media sepakat bahwa suspensi Citroen C3 sangat nyaman. Kesan ini makin menguat pula dengan kekedapan kabin yang membikin percaya diri ketika mengemudi. Nyaris tak ada suara yang mengusik dari kaki-kaki. Begitu juga panel-panel di kabin, yang meski terbuat dari plastik keras, tak berderik saat melibas jalur bergerunjal.
Kenyamanan seperti itu yang membuat Citroen C3 terasa unggul dibandingkan dengan mobil-mobil lain di kelasnya. Mobil ini dijual dengan harga Rp 225 juta sampai Rp 236 juta, on-the-road Jakarta. Perbedaan harga menyesuaikan pilihan kombinasi warna, juga aksesori pelengkap. Di pasaran saat ini, harga ini beririsan dengan Toyota Raize, Daihatsu Rocky, atau Nissan Magnite—yang sama-sama buatan India.
Harganya bisa jadi kompetitif. Namun, apakah konsumen tertarik membeli mobil bertransmisi manual jika tidak bertenaga besar, seperti Subaru WRX atau Honda Civic Type R, misalnya? Rasanya, tenaga bukan jadi jualan utama Citroen C3. Warna jingga berkilau juga sepertinya belum cukup.
Konsumsi bahan bakar standar saja. Citroen mengklaim, konsumsi bensinnya mencapai 19,8 km per liter. Namun, selama dua hari menempuh berbagai rute—jalan tol, jalan perkebunan, kepadatan perkotaan—angka yang muncul di instrumen sekitar 15 km per liter. Bensin berisi 30 liter penuh di tangki ketika berangkat masih tersisa tak sampai setengahnya ketika sampai di Jakarta lagi pada Rabu (31/5/2023) petang yang macet.
Fitur terbaik di mobil ini adalah sarana hiburan dan informasinya. Layar berukuran 10 inci di tengah dasbor terbilang responsif dengan desain tampilan berkelas. Aplikasi Android Auto dan Apple CarPlay berjalan lancar tanpa sambungan kabel. Kualitas audionya pun mumpuni dengan separasi suara yang rapi.
Meski begitu, kenyamanan adalah keunggulan utama mobil yang dirakit di Chennai, India, ini. Pabrikan asal Perancis ini menjaga reputasi sebagai mobil bersuspensi canggih, dan kini tetap terasa di kelas terendahnya. Sensasi ”karpet terbang” ini yang perlu dirasakan sendiri oleh calon konsumennya. (HEI)