DBL Indonesia dan Ardiles yang sama-sama berbasis di Surabaya meluncurkan sepatu untuk bola basket edisi terbatas, yakni AZA 6 Hari Merdeka. Sepatu ini diproduksi cuma 1.945 pasang dengan nomor 39-47.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·3 menit baca
Tepat pukul 17.08, Senin (12/8/2019), DBL Store, Pakuwon Mall, Surabaya, memulai pelayanan pembelian sepatu AZA 6 Hari Merdeka buatan Ardiles. Lebih dari 500 orang yang mengantre sejak pukul 08.00 akhirnya mendapatkan impian membeli sepatu berkelir merah putih yang diproduksi cuma 1.945 pasang dengan nomor 39 sampai dengan 47 itu.
Para pembeli juga tidak menyia-nyiakan kesempatan mendapatkan tanda tangan dari founder dan CEO DBL Indonesia Azrul Ananda. Anak dari konglomerat media massa dan mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan ini yang mengembangkan ”merek” AZA. AZA 6 Hari Merdeka merupakan varian kedua setelah peluncuran pada Januari 2019 dengan kelir dominasi hitam dan emas.
Apa yang lebih mencirikan Indonesia, selain peta Nusantara sehingga gambar itu yang dipasang di sepatu
Sepatu ini memang manis. Ada desain peta Nusantara dengan garis putih menimpa warna merah terang. Ada juga tulisan AZA 6. Di bagian lidah sepatu terdapat jahitan merah putih dengan tulisan DBL ARDILES. Pada bagian samping tertulis putih 17 08 45 INDEPENDENCE. Badan sepatu dominan merah, sedangkan sol putih dengan telapak merah dihiasi motif putih.
”Apa yang lebih mencirikan Indonesia, selain peta Nusantara sehingga gambar itu yang dipasang di sepatu,” kata Azrul yang juga Presiden Persebaya Surabaya itu. Desain tersebut ingin mendengungkan persatuan dan kesatuan Indonesia dari Aceh ke Papua.
Sepatu ini memang kolaborasi DBL Indonesia dan Ardiles khusus untuk memeriahkan HUT Republik Indonesia pada 17 Agustus ini.
Seorang pembeli, Ricky Hendra (23), merupakan pengantre pertama yang datang di DBL Store sejak pukul 07.30. Tindakan lelaki yang juga pelatih bola basket SMA Santo Yusup, Surabaya, itu mungkin ”gila”, demi mendapatkan barang yang diincarnya.
Kami tak sembarangan mendesainnya.
Azrul mengatakan, Surabaya dipilih sebagai basis peluncuran perdana produk itu karena memang amat penting dalam perjalanan DBL Indonesia dan Ardiles. Dari ”Kota Pahlawan”, julukan Surabaya, inilah liga basket pelajar terbesar di Tanah Air dimulai pada 2004 yang diinisiasi Azrul saat masih aktif di Jawa Pos. Kini, liga itu sudah menjangkau 30 kota besar di 22 provinsi.
Surabaya juga penting bagi Ardiles. Di ibu kota Jawa Timur ini, nilai basis produksi Ardiles berlangsung. Direktur A1 Ardiles Kim Pan Seung mengatakan, kerja sama dengan DBL Indonesia, khususnya AZA 6 Hari Merdeka, memang dipaskan dengan momentum bulan perayaan kemerdekaan.
”Kami tak sembarangan mendesainnya,” kata Kim.
Ardiles, diakui Kim, belum sebesar perusahaan apparel dunia, antara lain Nike, Adidas, dan Puma, yang menguasai pasar global. Namun, kehadirannya amat penting, khususnya sejak digandeng DBL Indonesia pada 2017 guna memproduksi sepatu basket berkualitas, tetapi berharga terjangkau.
Untuk AZA 6 Hari Merdeka, harganya unik, yakni Rp 450.817. Semua sepatu basket Ardiles memang sengaja dibanderol di bawah Rp 500.000. Harga ini jauh di bawah merek-merek global yang minimal dua sampai tiga kali lipatnya.
Ketersediaan sepatu
Mengapa ini terjadi? Azrul mengatakan, salah satu problem mendasar dalam pengembangan olahraga bola basket adalah ketersediaan sepatu. Harga benda ini relatif mahal dibandingkan dengan cabang olahraga populer lainnya. Jika memakai sepatu yang tidak tepat atau kualitas asal-asalan, potensi cedera akan meningkat. Itulah dasar pemikiran DBL Indonesia menjalin kerja sama dengan Ardiles sejak 2017.
Meski berharga terjangkau, kualitas sepatu AZA 6 ini tergolong luar biasa. Mesh dari nilon rajut yang meningkatkan sirkulasi udara. Ada juga megatonich tech yang menyamankan pijakan kaki. Alas kaki herringbone untuk mendistribusikan beban sesuai kontur.
Kim mengatakan, dengan AZA 6 Hari Merdeka, Ardiles ingin menitipkan pesan bahwa Indonesia juga bisa merdeka atau menjadi raja di Tanah Air.
Azrul mengklaim potensi pasar Ardiles amat besar. Penjualan sepatu hasil kerja sama DBL Indonesia dan Ardiles diklaim lebih dari 45.000 pasang untuk satu jenis. ”Jumlah penonton liga basket pelajar itu 1 juta. Minimal sebanyak itu potensi pasarnya,” ujar mantan CEO Jawa Pos Group itu.