Panca Sesari dari Para Bidadari
”Pementasan ini untuk menggugah kita agar menyadari kekayaan seni budaya kita,” kata Bulantrisna Djelantik, pendiri Bengkel Tari AyuBulan, menyambut penonton yang memadati Galeri Indonesia Kaya.
Bulantrisna menandaskan, pementasan Panca Sesari-Untaian Puisi dan Tari sebagai usaha mengaktifkan kembali sembilan tarian tradisional Bali yang mendapat pengakuan sebagai Warisan Budaya Dunia Tak Benda (Intangible World Heritage). Pengakuan itu disampaikan Unesco, Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pengakuan itu disampaikan pada Desember 2015.
”Kita sekarang memiliki enam pengakuan warisan budaya dunia tak benda. Ini meliputi batik, angklung, tari saman, keris, wayang kulit, dan terakhir kali tari tradisional Bali,” ujar Bulantrisna.
Sembilan tarian
Bulantrisna tidak segan-segan menyampaikan informasi terkait pengakuan Unesco tentang Warisan Budaya Dunia Tak Benda. Lebih lanjut lagi, ia menguraikan pengakuan itu terhadap tarian tradisional Bali yang mencakup sembilan tarian.
”Tari-tarian itu penting untuk dimengerti, ada tari legong. Jangan-jangan, anak sekarang tahunya hanya pia legong,” ujar Bulantrisna disambut tawa dan senyum penonton.
Sembilan tarian tradisional Bali yang memperoleh pengakuan sebagai Warisan Budaya Dunia Tak Benda meliputi tari Rejang, Legong, Baris, Sanghyang, Topeng, Barong, Gambuh, Wayang Wong, dan Joged. Tari Legong diwakili tari Legong Kraton. Tari Baris diwakili tari Baris Upacara. Tari Topeng diwakili tari Topeng Sidakarya. Tari Barong diwakili tari Barong Ket.
Pementasan Panca Sesari, sesuai namanya, panca berarti lima, sesari berarti sesaji tradisional berupa uang kepeng kuno yang melambangkan ketulusan.
”Ada lima tarian yang disuguhkan Panca Sesari. Tetapi, ada unsur sembilan tarian tradisional Bali tersebut yang dimasukkan ke dalam lima tarian Panca Sesari,” ujar Bulantrisna.
Penampilan lima tarian Panca Sesari memiliki urutan tari Rejang Dewa, Legong Jobog, Dramatari Somya, tari Topeng Sitayana, dan Joged Bumbung. Dramatari Somya mencakup elemen tarian Baris, Gambuh, dan Barong. Tari Topeng Sitayana mencakup elemen tari Topeng dan Wayang Wong.
Tari Sanghyang tidak dipentaskan. Bulantrisna menjelaskan perihal tarian sakral ini. ”Tari Sanghyang diperankan penari yang belum mengalami pubertas. Ini sebagai tarian ritual di dalam sebuah pura,” katanya.
Keunikan tari Sanghyang terletak pada penarinya yang mengalami trance atau seperti terhipnotis, kemampuan penari juga berlebih. Misalnya, dengan mata yang tertutup penari cilik itu bisa berlarian meniti bambu di pura.
Penari Sanghyang itu juga bisa meloncat tinggi, sampai naik ke pundak orang dewasa. Di atas pundak orang dewasa itu mereka menari-nari.
”Saya pernah menyaksikan penari Sanghyang ketika trance. Saya melihat, ketika itu mereka benar-benar tertidur dan mengorok. Tetapi, tubuhnya bisa melakukan berbagai gerakan tarian,” kata Bulantrisna.
Tari Sanghyang, bagi Bulantrisna, menjadi tarian religius yang mempertemukan manusia dengan Sang Misteri. Tari Sanghyang meneguhkan keberadaan manusia di hadapan Sang Misteri.
Menari bersama
Pementasan lima tarian Panca Sesari dengan diselingi untaian puisi berbahasa Bali dan Indonesia itu berujung pada tari Joged Bumbung. Ini ditarikan pemuda dan pemudi.
Penari pemuda kemudian mengajak penonton perempuan menari bersama. Penari pemudi mengajak penonton pria menari bersama. Sungguh mengesankan. Terkena bias cahaya seperti tarian pesta atau dansa berpasang- pasangan di Eropa. Namun, Joged Bumbung dengan gemulai gerak tari Bali disertai iringan rancak gamelan yang semarak. Ini meneguhkan kita akan seni budaya yang kaya, seperti dikemukakan Bulantrisna itu.
Pada awal pementasan Panca Sesari, tari Rejang Dewa disuguhkan dengan anggun oleh penari dengan jumlah yang paling banyak. Mereka adalah Nurlya, Novy Delimarta, Adrienna Wallis, Cicilia Jeno, Renny Triwahyuni, Made Getafia, Sekar Dewantari, Hendriana Werdhaningsih, Puteri M Ningrum, dan Melanie D Maharani.
Tari Rejang Dewa ini tarian yang mengilustrasikan bidadari menuntun dewa turun ke bumi. Layaknya bidadari yang lemah gemulai, tari Rejang Dewa cukup memukau. Tarian yang lembut ini membuka tarian berikutnya yang lebih rancak, yaitu Tari Legong Jobog.
Disusul kemudian Dramatari Somya dengan penari Anak Agung Panji, Putu Astawa, Wayan Arnawa, Ngurah Kolet, dan Ketut Suparna. Lalu, Bulantrisna membawakan tari Sitayana, tari yang mengisahkan tokoh Sita atau Sinta dalam kisah Ramayana.
Sesudahnya, tarian akhir dari pementasan Panca Sesari, yaitu tari Joged Bumbung. Penonton pun berjoget bersama. Kegembiraan itu seolah disuguhkan sebagai pengakuan sembilan tarian Bali oleh Unesco sebagai warisan budaya dunia.