”Surat Kecil untuk Tuhan”, Kisah Anak Manusia yang Terampas Haknya
Oleh
Megandika Wicaksono
·4 menit baca
Seorang bocah laki-laki menatap hamparan rumah-rumah padat nan ruwet. Matanya menerawang jauh. Menembus cakrawala di bawah langit senja. Deru lokomotif seolah mengiris langit yang mulai gelap. Hujan deras dan tanah becek menambah getir suasana.
Adegan itu membuka film Surat Kecil untuk Tuhan yang diangkat dari novel Agnes Davonar. Film garapan sutradara Fajar Bustomi itu diproduksi oleh Falcon Pictures dan mengisahkan tentang anak-anak yang terampas haknya serta menyajikan perjuangan untuk meraih kebahagiaan.
Anton dan Angel, kakak beradik tanpa orangtua, meringkuk di sudut kamar, ketakutan. Pamannya yang pemabuk marah besar kepada bibinya. Suara tamparan dan bantingan perkakas dapur mewarnai perseteruan. Dua anak manusia itu pun tak luput dari aniaya dan luapan kemarahan sang paman.
Tak tahan terhadap perlakuan tersebut, mereka pun diam-diam kabur dari rumah. Hidup di jalanan dan kolong jembatan mempertemukan mereka dengan seorang lelaki tua. Om Rudi namanya. Om Rudi, diperankan oleh Lukman Sardi, memanfaatkan anak-anak jalanan untuk mengemis dan mengamen. Meski diberi tempat tinggal dan makan, anak-anak itu juga disiksa jika ketahuan bermain dan uang setorannya kurang.
Dalam buku kecil nan kumal, Angel pun menulis surat:
”Tuhan, aku rindu sama bapak dan ibu. Sekarang aku cuma punya kakak. Dia yang selalu jagain aku. Tuhan jangan pisahkan kita berdua ya. Aku ingin terus hidup bersama kakak. Aku dan kakak juga ingin bisa hidup bahagia. Tuhan semoga suratku bisa sampai di surga. Tuhan tolong kabulkan permintaan kami ya. Angel dan Anton.”
Surat dan permohonan itu seolah belum terkabulkan. Justru keduanya terpisahkan satu sama lain ketika Angel kritis tak sadarkan diri di rumah sakit akibat kecelakaan dan Anton dibawa pergi oleh ”orangtua angkat”, demikian istilah yang dipakai Om Rudi.
Lima belas tahun berlalu, Angel tumbuh dalam limpahan kasih sayang orangtua angkatnya yang menolong saat kecelakaan. Angel dewasa, diperankan Bunga Citra Lestari, menjadi pengacara di Australia dan berjumpa dengan Martin, diperankan Joe Taslim, seorang dokter spesialis jantung yang kemudian menjadi kekasihnya.
Meski Angel telah mapan, kegelisahan terhadap keberadaan Anton, sang kakak, terus menyelimutinya. Janji Anton untuk selalu menjaga dan bersamanya senantiasa hadir dalam mimpi. Angel pun memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan mencari di manakah Anton berada.
Sejumlah upaya dilakukan dengan menelusuri keberadaan Om Rudi. Kendati praktik sindikat pemanfaatan anak-anak jalanan masih dijalankan Om Rudi, Angel belum dapat membongkar seluruh misteri di mana Anton berada. Hingga akhirnya Angel berjumpa dengan Ningsih yang diperankan Aura Kasih dan Bang Asep, diperankan Rifnu Wikana.
Ningsih merupakan kawan Angel saat ditampung Om Rudi, sedangkan Asep adalah anak buah Om Rudi yang selalu mengawasi anak-anak jalanan itu mengamen. Keduanya menjadi saksi kunci untuk membongkar praktik gelap eksploitasi anak-anak jalanan oleh Om Rudi. Bahkan, terdapat 15 anak yang tewas karena organ dalam tubuhnya diperjualbelikan. Termasuk Anton yang jantungnya diambil dan dijual.
Jalinan kisah yang erat antar-adegan membawa penonton terasa terikat untuk terus mengikuti alur cerita. Kepiawaian Lukman Sardi memerankan Om Rudi yang tenang dan licik seolah menjaga misteri dan rahasia sindikat tersebut sulit dibongkar. Ketegaran dan daya juang Angel untuk terus berjuang dengan cara cerdas dan mencari saksi-saksi kunci pun mengantarkan Angel pada fakta bahwa Anton telah tiada.
Tidak berhenti pada membongkar praktik ilegal, Angel pun gigih mencari siapa pembeli dan penerima jantung Anton. Pencariannya justru berujung pada Martin, kekasihnya. Martin yang sejak kecil menderita kelainan jantung mendapatkan donor jantung yang ternyata berasal dari praktik ilegal Om Rudi.
Martin yang tulus mencintai Angel terjebak dalam keruwetan situasi. Angel merasa marah dan kecewa, tetapi di sisi lain keluarga Martin tidak mengetahui asal mula jantung itu. Namun, di atas segala situasi yang tidak dapat dimengerti oleh manusia, surat dan permintaan Angel dijawab oleh Tuhan. Angel dan Anton tetap hidup bersama, sedangkan janji Anton untuk tidak meninggalkan Angel pun tuntas tertepati. ”Tuhan itu ngasih apa yang kita butuhkan,” kata Fajar Bustomi, setelah Gala Premier Surat Kecil untuk Tuhan, Selasa (20/6), di Jakarta.
Film dengan tema anak dan mengangkat kepedulian sosial ini menambah deretan film berkualitas karya anak bangsa. Film yang tayang serentak di Indonesia pada 25 Juni 2017 atau bertepatan dengan hari Idul Fitri itu pun layak dan pantas menjadi salah satu pilihan tontonan untuk mengisi liburan bersama keluarga.
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.